"Ma, Nico pergi dulu ya?"cowok yang sudah siap dengan pakaian kampusnya itu berjalan melewati dapur tempat mamanya memasak untuk mengambil sepatu.
Cowok yang sedang sibuk mencari pasangan sepatunya itu adalah Nicolas Argara, atau biasa dipanggil dengan sebutan Nico. Cowok berusia dua puluh dua tahun itu tampak keren dengan kaos putih dengan kemeja kotak-kotak sebagai pemanis, dan jangan lupakan celana jeans yang begitu pas di kaki panjangnya.
"Mau pergi kemana kok pagi-pagi gini?"tanya sang Mama mengintip dari balik tembok yang membatasi dapur dan ruang tengah.
"Ke kampus habis itu ke tempat Naya.."
Mendengar nama Naya disebut oleh anaknya sendiri dapat menciptakan rasa sakit tersendiri untuk Rani yang alibinya adalah ibu kandung Nico. Pasalnya Naya adalah nama dari istri Nico yang mengidap penyakit kanker yang sudah ia derita sejak ia kecil dan meninggal di saat usia pernikahannya bersama Nico baru menginjak satu bulan. Dan yang membuat Rani khawatir adalah Nico yang sampai saat ini belum bisa menerima jika sebenarnya orang yang ia cintai itu sudah meninggal dua tahun yang lalu. Rani khawatir jika sesuatu terjadi pada putra semata wayangnya itu.
"Kamu nggak mau pergi ke dokter psikiater kamu dulu, Nico? Dari kemarin kamu belum konsultasi ke sana loh"Rani bersuara lembut kepada Nico yang masih sibuk dengan urusan sepatunya.
"Lain kali aja deh, Ma. Lagian aku nggak kenapa-napa kok, Mama nggak usah khawatir ya."ujar Nico sambil menunjukkan senyum yang selalu membuat orang lain merasa nyaman itu kepada Rani.
"Tapi Nico.."
"Udah dulu ya, Ma? Aku ada kelas nih hari ini, takut telat soalnya"Nico mencium punggung tangan Rani untuk berpamitan dengan sang ibu.
"Nico berangkat ya, Ma.. assalamualaikum"
"Waalaikum salam"
_Nicolas Argara_
Pukul delapan pagi Nico baru saja sampai di gedung kampusnya. Sepagi ini gedung itu sudah ramai dengan mahasiswa yang berada di sana. Sebenarnya hari ini Nico tidak ada kelas pagi, ia terpaksa berbohong kepada ibunya karena ia ingin pergi menemui Naya lebih lama di pemakaman.
Jadi, tanpa ingin menunggu lama Nico pun segera melangkahkan kakinya menuju toko swalayan yang kebetulan letaknya hampir berdekatan dengan gadung kampusnya. Tapi baru beberapa langkah, Nico harus kembali memutar tubuhnya saat mendengar suara familiar memanggilnya.
"Nico!"
"Devan?"
Cowok itu Devan, teman satu jurusan dengan Nico. Devan itu dulu juga teman satu SMP Nico. Dari dulu mereka emang temenan deket, tapi setelah lulus SMP mereka berdua pisah karena saat SMA Nico ikut papanya ke Surabaya buat urusan pekerjaan selama tiga tahun lamanya. Dan jadilah Nico meneruskan jenjang SMA di sana.
"Lo ngapain di sini pagi-pagi?"
"Lo sendiri ngapain di sini pagi-pagi?"tanya Nico balik.
"Biasalah, antar Raisa ke kampus, terus lo mau ngapain ke sini?"
"Mau ke toko swalayan"
"Buat apa? Di suruh Tante Rani buat belanja, rumah lo kan juga deket toko?"
"Bukan, gue mau beli sarapan buat Naya, dari kemarin gue belum ketemu sama dia?"
"Naya?"
"Iya Naya, masa lo lupa sih?"
"Mending lo ke psikiater dulu deh, Nic"
"Ngapain?"
"Buat periksa otak lo"ujar Devan sedikit kesal dengan Nico yang belum juga paham dengan maksud dari perkataannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NICOLAS ARGARA | QIAN KUN [HIATUS SEMENTARA]
RomanceAwalnya Nico adalah cowok yang penuh dengan kehangatan yang akan membuat orang lain merasa nyaman akan sosoknya, ditambah dengan dirinya yang pertemukan dengan sosok Naya si cewek yang lemah lembut bagaikan seorang bidadari. Namun kebahagiaan Nico t...