03. Ruang Mimpi

49 20 4
                                    

Mobil sport hitam milik Nico baru saja memasuki pekarangan rumahnya yang sedikit becek akibat hujan deras tadi sore. Nico membuka pintu mobilnya dan langsung berjalan ke dalam rumah dengan membawa tas kampusnya. Baju yang digunakannya siang tadi sedikit basah karena kehujanan, namun alih-alih dingin Nico malah merasa nyaman dan biasa-biasa saja sekarang.

Nico membuka pintu rumahnya dengan hati-hati, takut jika saja Mama sudah tidur dan akan terganggu dengan suara deritan pintu yang cukup nyaring. Nico memang seringkali membuka pintu rumahnya sedikit keras, entah apa alasannya hingga sang Mama terbangun saat itu juga. Setelah itu Nico tau jika dirinya sudah banyak berubah akhir-akhir ini, mungkin karena dirinya yang kurang istirahat dan terus mencari kesibukan sendiri saat tidak ada jam kuliah untuknya, seperti bermain piano contohnya.

Dari balik celah pintunya, Nico masih bisa melihat dengan jelas jika lampu ruang tengah masih menyala terang. Awalnya Nico berpikir jika sang Mama belum tidur dan sedang mengobrol dengan Papa nya di rumah tengah. Namun nyatanya tidak, setelah cowok itu membuka pintu rumah dirinya dapat melihat dengan jelas atensi seorang perempuan berpakaian rapi itu  sudah duduk di samping Mama nya.

Cowok itu pikir dirinya hanya salah lihat, namun setelah melihat sosok perempuan itu tersenyum padanya membuat Nico sadar jika matanya masih bisa melihat dengan jelas. Perempuan itu tak lain adalah dokter psikiater nya. Bukan sebuah alasan besar mengapa Nico bisa punya seorang dokter psikiater nya sendiri, sebab dua tahun lalu tepatnya setelah kematian Naya, Nico sempat dibawa oleh kedua orang tuanya pada dokter psikiater tersebut karena mereka seringkali mendapati Nico menangis dan berbicara sendirian dengan terus menyebutkan nama Naya seorang yang membuatnya selalu menangis dan tertawa diwaktu tertentu.

Setelah dokter menyatakan jika putra semata wayangnya itu mengalami depresi sedang dengan kematian Naya yang begitu ia cintai. Nico masih menganggap bahwa sosok Naya masih berada di sampingnya sampai saat ini, bahkan tak heran jika Nico masih menyimpan semua barang-barang yang dulu adalah milik mendiang istrinya di dalam kamar. Mulai dari baju-baju kesukaannya hingga beberapa pasang pigura yang menampakkan wajah bahagia Naya lewat foto-foto yang disimpannya.

Dalam hati Nico sempat mengumpat dengan kehadiran dokter psikiater nya itu di rumahnya, padahal dirinya sudah berkali-kali meyakinkan kepada kedua orang tuanya bahwa dirinya baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun seberapa besarpun cowok itu menyakinkan pada orang tuanya, mereka semua tidak akan pernah percaya, mereka hanya mengira jika Nico ini sudah gila padahal sama sekali tidak.

Tak ingin terus bergelut dengan argumennya sendiri, cowok itu lebih memilih untuk beranjak pergi dan meninggalkan dua perempuan yang kini menatapnya dengan bingung. Sebenarnya Nico sendiri tidak mau membuat Mamanya kecewa dengan perbuatannya kali ini, mungkin sekarang dirinya sudah duduk di samping sang Mama jika saja perempuan itu tidak ada di sana. Cowok itu tidak suka setiap kali perempuan itu datang dan selalu menanyakan kabar dan kondisinya setiap saat, berusaha sok akrab dengannya.

"Kamu mau kemana, Nico?"suara seorang laki-laki yang begitu familiar itu menyambutnya dari arah dapur. Orang itu tak lain adalah Papanya.

Nico hanya menghela napasnya memburu sebelum dirinya menjawab pertanyaan sang Papa. "Ke kamar, Pa. Nico capek baru pulang.."

"Apa sebaiknya kamu duduk dulu, Mama udah nungguin kamu dari tadi. Kamu mau bikin Mama kamu kecewa sama kamu?"ujar Papa dengan halus.

Sejujurnya Nico tidak ingin membuat sang Mama kecewa ataupun merasa sedih dengan sikap buruknya, namun selama perempuan asing itu masih berada di dalam rumahnya dirinya tidak akan membiarkan kenyamanan untuknya. Dengan perasaan yang sulit untuk diungkapkan, Nico kembali menghela napas panjang-panjang sebelum cowok itu kembali menjawab. "Nanti aja, Pa. Nico mau istirahat."dan final, tidak ada yang akan berani jika Nico sudah berkata dengan nada dingin dan tegas seperti ini. Jikapun terus dibantah, Nico tidak akan segan-segan untuk melakukan hal lain kepada dirinya sendiri jika saja mereka terus memaksanya.

NICOLAS ARGARA | QIAN KUN [HIATUS SEMENTARA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang