"Enak baksonya?" cowok yang duduk di samping seorang gadis yang sedang asik menyantap bakso keliling yang kebetulan lewat di sekitar taman kota.
Gadis itu kemudian mengangguk sambil memasukkan sepotong bakso ke dalam mulutnya. Terlalu nikmat makan bakso di cuaca yang cukup panas seperti ini, di tambah es teh manis yang selalu siap menemani.
Nico yang melihat Aliya memasukkan satu potong besar bakso ke dalam mulutnya itu hanya bisa terkekeh kecil sembari membersihkan tetesan kuah bakso yang mengenai dagu Aliya dengan tisu. Cowok itu kembali terkekeh saat kedua pipi Aliya menggembung akibat bakso yang memenuhi mulutnya yang mungil.
"Dikit-dikit aja sayang, makannya. Itu baksonya masih banyak kok" peringat Nico kepada Aliya yang sama sekali tidak menggubris perkataan pacarnya.
"Seenak itu emang baksonya?" Nico bertanya dan langsung mendapat anggukan kepala dari Aliya.
Aliya tampak susah payah menelan semua isi mulutnya dengan es teh, sebelum akhirnya gadis itupun menjawab. "Serius deh, ini enak banget. Kamu harus cobain deh, enak loh"
Aliya mulai mengambil satu sendok bakso untuk disiapkannya kepada Nico, namun anehnya cowok itu menolak dengan halus.
"Enggak deh, aku masih kenyang. Kamu aja yang habisin" Terdengar suara decakan pelan keluar dari mulut Aliya.
"Ck! Padahal ini enak banget loh. Bakal nyesel deh kamu kalo nggak coba sekali aja"
"Udah nanti aku bungkus aja makan di rumah" putus Nico disusul dengan kekehan.
Keduanya kemudian kembali fokus dengan kegiatan mereka masing-masing. Aliya yang sibuk menghabiskan sisa bakso di mangkuknya, sedangkan Nico sibuk menatap wajah antusias Aliya yang selalu memberikan reaksi yang luar biasa setiap kali memasukkan setiap suapan bakso ke dalam mulutnya. Sesekali Nico melihat Aliya tampak kesulitan untuk menelan baksonya, walaupun demikian, Aliya masih kekeuh untuk menghabiskan baksonya.
"Ekhem! Bakso langganan gue rasanya jadi nggak enak gara-gara ni makhluk berdua!."
Oh, karena saking asiknya dengan kegiatan masing-masing, Aliya maupun Nico sampai lupa jika masih ada orang lain yang kini duduk di hadapan mereka dengan wajah yang menahan rasa kesal.
Sudah hampir setengah jam lamanya Gerald hanya disuguhi oleh ke-uwu-an dua pasangan kekasih ini. Padahal sudah jelas-jelas mereka bertiga datang ke penjual bakso keliling ini karena usulan darinya. Namun bukannya dianggap, Gerald malah terabaikan seperti ini.
Oh! Shit. Dengan kompak pasangan kekasih itu menoleh ke arahnya yang masih merengut sambil menyantap bakso miliknya. Sungguh, dirinya sudah menyesal membawa mereka berdua kemari. Tadinya Gerald hanya ingin pergi makan bakso bersama Aliya, namun dengan tidak tau dirinya Nico datang dan berakhir mereka bertiga di sini. Ralat, berdua, hanya Nico dan juga Aliya, tidak dirinya yang hanya menjadi obat nyamuk.
Nasib orang jomblo jadi nyamuk buat mantannya sendiri.
"Ganggu aja sih lo, Ger?!" sahut Aliya menatapnya tidak suka, sedangkan Nico hanya menanggapinya dengan kekehan.
"Nyesel banget gue bawa lo berdua ke sini. Lagian kenapa sih pacaran nggak bilang-bilang dulu ke gue!" ujar Gerald tidak terima.
"Ya kalo gue pacaran bilang lo dulu namanya bukan pacaran, tapi disuruh beli garam!" ketus Aliya.
"Ya kali gue suruh lo beli garam, bisa bedain garam sama gula aja nggak bisa" Gerald meletakkan kembali garpu dan sendoknya di atas mangkuk kemudian beranjak berdiri dari tempat duduknya.
"Loh, mau kemana?" Kali ini bikan Aliya, melainkan Nico yang bertanya. Cowok yang sedang berdiri itu hanya diam sembari menolehkan kepalanya ke arah dua 'kekasih' itu.
"Pergi cari angin biar nggak pengap disuruh liat orang pacaran mulu!" ujarnya panjang dan pergi belajar begitu saja.
_Nicolas Argara_
Di sisi lain, lebih tepatnya di restoran yang cukup mewah, duduklah sepasang kekasih yang sedang berdiam diri di sebuah bangku layaknya dua pasangan itu sedang bermusuhan. Karena semenjak keluar dari bioskop tadi, Raisa sudah merajuk entah dengan alasan apa.
Melihat pacarnya yang merajuk seperti ini membuat Devan yang berniat untuk memasukkan steak itu harus tertunda. Dengan helaan napas yang panjang, Devan mulai menatap wajah Raisa yang masih merengut sembari memainkan makanannya.
"Mau sampe kapan kamu mau marah begitu, sayang. Dari tadi aku kamu diemin kaya begini. Sekarang coba bilang deh, kamu mau apa nanti aku beliin.." ujar Devan setelah menghentikan kegiatan makannya.
Sedangkan gadis yang duduk di hadapannya hanya diam dan masih memainkan pisau dan garpu di atas daging steak miliknya.
"Sayang.." panggil Devan sekali lagi.
"Sayang ngomong dong.. mau sampe kapan kamu ngambek sama aku begini, hah? Atau aku tinggal aja nih!" ujar Devan dan langsung bangkit dari tempat duduknya hendak meninggalkan Raisa.
Namun niatnya itu harus tertunda saat dengan tiba-tiba Raisa menahan tangannya. Sontak saja hal itu membuat Devan menolehkan tke arah Raisa yang kini beralih menatapnya dengan wajah yang memelas. "Jangan.." Plis deh, ini Devan udah mau melayang aja nyawanya 😳
"Ya udah, terus maunya apa?" Ujar Devan mencoba untuk tetap cool. Udah ketar-ketir nuh.
"Mau es krim.."
_Nicolas Argara_
"Totalnya jadi lima belas ribu, kak.." seorang kasir minimarket tersenyum ke arah cowok yang saat ini sedang menunggu belanjaannya selesai dihitung.
"Mau dibayar cash atau kredit, kak?.." sambung kasir perempuan itu ramah setelah memberikan belanjaan milik Gerald.
Ya, cowok yang sedang berdiri di depan kasir dengan sekantung belanjaan di tangan kirinya itu adalah Gerald. Setelah perdebatan ringan saat di warung bakso tadi, Gerald memutuskan untuk pergi ke minimarket untuk membeli beberapa minuman dan snack yang akan menemaninya rebahan sambil bermain ponsel di rumah nanti.
"Pakai cash aja, mbak.." cowok itu menyerahkan dua lembar uang kepada kasir dan segera diterimanya.
"Terima kasih kak, atas kunjungannya, semoga bermanfaat.."
Setelah membayar belanjaan, Gerald memutuskan untuk duduk sebentar di kursi kosong yang berada di samping pintu kaca minimarket sembari merogoh isi kantung belanjaannya kemudian mengeluarkan satu kaleng cola dari sana.
Tanpa menunggu lama, cowok itu segera membuka penutup kaleng dan langsung meneguk habis isi kaleng setelah benda besi itu terbuka.
"Hah.." cowok itu menghela napas panjang sebelum menyandarkan punggungnya pada kursi yang didudukinya saat ini. Menatap sekeliling, jalan raya kota Jakarta seperti biasa akan selalu ramai dengan penggunaan kendaraan dan juga beberapa pejalan kaki yang jumlahnya tidak seberapa. Juga jangan lupakan beberapa pohon rindang yang menghiasi setiap trotoar jalan. Sungguh pemandangan yang indah dan juga menenangkan.
Gerald beruntung bisa lahir di tengah kota yang indah seperti Jakarta. Karena banyak hal yang bisa dirinya lakukan di sini, tanpa takut akan ada tentara yang akan menembak kepalanya saat dirinya berlari di tengah keramaian kota.
Ger, jangan halu, mana ada tentara yang nembak kepala orang cuma gara-gara lari 😐
Buk.
"Eh.."
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
NICOLAS ARGARA | QIAN KUN [HIATUS SEMENTARA]
RomanceAwalnya Nico adalah cowok yang penuh dengan kehangatan yang akan membuat orang lain merasa nyaman akan sosoknya, ditambah dengan dirinya yang pertemukan dengan sosok Naya si cewek yang lemah lembut bagaikan seorang bidadari. Namun kebahagiaan Nico t...