Part 3

356 52 10
                                    

Happy Reading!

Jaechan rasa ia akan segera berakhir. Tatapan lekat Seoham sanggup mengintimidasi nyalinya untuk segera menghilang dari tempat itu. Apa lagi melihat postur tubuh pria di depannya, Jaechan yakin ia tidak punya kesempatan untuk bersembunyi. Dengan helaan nafas berat, akhirnya ia menyerah.

"Baiklah tuan, aku benar-benar mengaku kalah kali ini."

Seoham hanya diam dan menunggu Jaechan melanjutkan kata-katanya.

"Aku akan mengembalikan cincin milik kekasihmu dan tidak akan melawan kalau kau ingin membawaku kembali ke kantor polisi saat ini juga. Tapi tolong, jangan libatkan adik-adikku. Mereka tidak terlibat dalam hal ini. Kau lihat kan, aku hanya sendiri."

Tidak ada respon. Seoham masih mematung di depan Jaechan tanpa berniat untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Maniknya masih terfokus penuh pada objek di depannya sambil mulai berpikir, mungkin ia sedang berimajinasi atau bermimpi?

Jika semalam ia bisa membohongi dirinya dengan mengatakan bahwa ia hanya terlalu lelah, tapi kali ini tidak lagi. Tidak ada yang salah dengan seluruh indranya.

Ayolah Park Seoham, akan sangat naïf jika kau terus-terusan mengingkarinya!

Wajah ini...terlalu sama!

Dia bukan hantu. Dia benar-benar nyata. Sangat nyata.

Hanya saja Seoham terlalu asing dengan aura lelaki ini. Rambut sehitam eboninya, tatapan sinisnya, serta cara bicara yang terdengar sedikit arogan -Seoham lebih terbiasa dengan rambut secokelat caramel serta suara lembut yang kadang merengek manja kepadanya-.

Seoham yakin tengah melihat sosok Sangwoo di depannya.

Ya, Chu Sangwoo.

Sangwoo kekasihnya,

Sangwoo yang sangat ia cintai.

Tapi entah mengapa di saat itu juga hati kecilnya berteriak seperti ingin mengingatkan.

Sangwoo-mu sudah meninggal, Park Seoham!

Seoham serasa ingin menertawai dirinya sendiri.

Tapi...

Bagaimana mungkin dua orang yang berbeda bisa terlihat begitu mirip?

Tidakkah takdir terlalu kejam sampai tega mempermainkan hati seseorang seperti ini?

"Hey tuan, sampai kapan kau akan memandangiku seperti ini? Apa kau sedang menunggu polisi untuk datang menangkapku?"

Jaechan mulai kesal dan langsung menyentakkan tangan Seoham yang sedari tadi menggenggamnya. Membuat pemuda dengan pakaian tebal itu juga ikut tersentak. Tersadar dari segala pemikiran yang hampir saja membuatnya gila.

Dengan segera Seoham mengalihkan pandangan. Menghindari tatapan dingin Jaechan yang kini beradu dengan tatapan sendunya.

"Jadi, kapan kau akan memanggil polisi untuk membawaku?"

Seoham mengernyit,"Apa... maksudmu?"

-kenapa untuk bertanya saja harus menjadi gugup begini?

"Bukannya kau kemari untuk mengambil kembali cincin ini? Aku rasa kau juga sudah merencanakan semuanya kan untuk menjebak kami."

"Sepertinya kau salah paham."

Jaechan geram,"Kau ke sini untuk menangkapku kan?"

"Aku tidak pernah mengatakan itu. Kau saja yang berpikir terlalu jauh."

Irreplaceable (SuamChan ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang