Part 16

303 49 17
                                    

~ Irreplaceable ~

"Apa? Jinan?"

Donghun menggeleng enggan sementara tangannya masih sibuk menuliskan beberapa resep obat yang harus dikonsumsi oleh pasiennya yang paling keras kepala.

"Kau baru sebulan keluar dari rumah sakit dan sudah mau melakukan perjalanan jauh? Tidak bisa!"sobekan nota itu diserahkan kepada Jaechan yang daritadi hanya diam menyaksikan interaksi 2 orang di depannya.

"Hanya perjalanan udara."

"Oh, kebiasaanmu lebih memilih perjalanan darat dari Jinan ternyata sudah berubah."

Mata Donghun membesar saat melihat Seoham dan Jaechan saling melempar pandangan.

"Jangan bilang saat kau membawa Park Jaechan ke sini- kalian!"

Seoham tersenyum lebar meski Donghun belum selesai bicara.

"Kalian berdua benar-benar tidak waras! Perjalanan selama itu.... ck!"

"Hanya ingin mengecek rumah, apa orang yang bertugas mengurusnya bisa melakukan tugas dengan baik atau tidak. Apalagi setelah kecelakaan ini aku jadi merindukan eomma dan appa. Tidak bisakah kau memberi ijin kepada seorang anak yang ingin mengunjungi makam orangtuanya?"

Ada keragu-raguan di wajah Donghun.

"Percayalah, aku tidak akan melakukan pekerjaan apapun. Lagi pula ada Jaechan, kau bisa mengecek keadaanku dari dia."

Donghun meletakkan pulpennya,"Park Seoham-ssi, sekali ini saja tolong dengarkan apa kata doktermu. Aku masih harus mempertimbangkan permintaanmu beberapa hari."

Seoham ingin protes tapi merasakan genggaman Jaechan di punggung tangannya akhirnya pria itu diam. Bahkan dalam perjalanan pulang pun Seoham tidak banyak bicara akibat masih sedikit kesal dengan Donghun. Begitu pula Jaechan yang tidak membuka mulut sama sekali. Seoham pikir lelaki itu terlalu fokus dengan jalan macet di depannya, padahal Jaechan sedang sibuk memikirkan hal yang terus-terusan mengusiknya akhir-akhir ini. Setiap hari.

Cengkraman pelan Seoham di lengannya membuat Jaechan kaget dan refleks menoleh. Hal pertama yang ia temukan setelah ditarik paksa dari lamunannya adalah wajah khawatir Seoham.

"Kau baik-baik saja kan?"

"Justru aku yang harus menanyakan itu. Apa hyung baik-baik saja? Donghun-ssi belum memberi ijin padahal hyung sudah merencanakan ini sejak keluar dari rumah sakit."

Seoham menghembuskan nafas berat. Tampak sekali kernyitan di dahinya dari tadi tidak pernah mengendur.

"Apa kita pergi diam-diam saja?"

"Hyung, jangan berpikiran aneh-aneh! Kau dengar kata Donghun-ssi tadi? Ini semua demi kebaikanmu juga.""

Seoham menatap wajah serius Jaechan sejenak, lalu perlahan senyum kecil terpatri di wajahnya.

"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."

Ini pernyataan biasa. Tidak ada yang istimewa dari interaksi mereka. Hanya saja tiap mengingat pelukan Seoham malam itu, Jaechan merasa setengah kepalanya mendadak kosong dan hanya diisi dengan tatapan lembut pria ini.

Antrean kendaraan di depan mobil mereka mulai berjalan dan Jaechan kembali fokus dengan kemudinya.

"Aku tiba-tiba ingin makan tomyam dengan kuah yang pedas. Kalau tidak boleh, pizza dengan keju yang banyak juga tidak apa-apa."

"Donghun-ssi tidak akan mengijinkanmu. Sebelum ke rumah sakit tadi aku sudah menyiapkan bahan untuk-"

"Ck, pasti bubur lagi."

Irreplaceable (SuamChan ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang