― Day 03 : Cuddle ―
»»--⍟--««
Dalam Dekapan
―Kageyama Tobio / Reader ―»»--⍟--««
Stylus pen yang biasa dipegangnya kini tergeletak di meja, layar monitor yang selalu ditatapnya pun sekarang dalam keadaan mati. Sebuah hal yang tak biasa melihat hal demikian dari kamar bercat pucat itu.
Sosok perempuan yang biasa meringkuk di depan komputer saat ini tengah duduk dalam pangkuan seorang pria bersurai hitam, tangan besar lelaki itu berada di perutnya― memeluknya dari belakang. Sang puan― Kageyama [Your name] tengah memberi perhatian esklusif pada suaminya.
Kageyama Tobio― sang suami merupakan anggota tim voli yang profesional. Pekerjaannya itu membuat pria ini sering bepergian ke berbagai negara untuk bertanding, yang mana membuat ia jarang pulang dan menghabiskan waktu bersama istrinya. Karena hal tersebutlah Tobio selalu menagih peluk pada [Your name] setiap kali pulang. Sang puan [h/c] tidak lagi heran dengan kebiasaan suaminya itu.
Saat ini keduanya tengah menonton film horor bersama. Kamar gelap karena lampu dimatikan, cahaya televisi menjadi satu-satunya pencahayaan. Audio film dan suara hujan badai di luar membuat suasana kamar semakin menyeramkan.
Sepasang mata biru Tobio fokus menatap layar televisi, ekspresi menahan takut tampak jelas di rupanya. Lelaki itu sedari tadi terus gemetar sembari mengeratkan pelukan pada sang istri. Sedangkan [Your name] tampak begitu tenang, ia bahkan tertawa setiap kali momen jump scare.
Ingin rasanya kusebut aneh, tapi dia ini istriku. Begitulah batin Tobio.
Di pertengahan film, layar televisi tiba-tiba mati, membuat keduanya terkejut. Bahkan saking terkejutnya, Tobio sampai berteriak kencang.
"Ah, mati lampu, ya," gumam [Your name] sambil meraih ponsel yang tergeletak di sebelahnya.
"Bagaimana kau bisa setenang--"
"Lihat. Daerah kita terkena pemadaman listrik sementara," sela [Your name] sembari memperlihatkan layar ponselnya kepada Tobio tanpa mempedulikan perkataan pria itu sebelumnya.
Sepasang mata blueberry itu mengamati artikel yang muncul di layar benda pipih tersebut, dan memang benar― daerah mereka termasuk dalam daerah-daerah yang terkena pemadaman listrik. Tobio lantas menghela napas, bersyukur dalam hati bahwa kejadian matinya televisi secara tiba-tiba tadi bukanlah ulah iseng makhluk halus.
"Tampaknya, badainya akan awet," kata [Your name] sembari menatap jendela kamar yang telah tertutup gorden. Ia menyandarkan tubuh ke dada bidang sang suami kemudian menghela napas sebelum mengeluh, "Ini akan membosankan."
"Benar," balas Tobio setuju, pandangannya turut beralih ke arah gorden yang ditatap sang istri. "Aku berharap listriknya segera menyala kembali."
"Heee, apa suamiku ini takut gelap?"
Begitu pertanyaan bernada jahil itu memasuki telinga Tobio, ia langsung mengalihkan pandangan ke arah [Your name] yang tengah menoleh ke arahnya dengan ekspresi meremehkan. Air muka pria tersebut lantas berubah menjadi kesal, dongkol dan merasa tak terima akan ejekan remeh dari sang istri.
"Ti-Tidak! Sa-Sa-Sama sekali tidak!"
"Begitu, ya. Berarti, petir?"
"Aku tidak takut dengan petir!"
[Your name] menanggapi balasan yang diberikan Tobio tersebut dengan dehaman panjang. Ia kemudian mengubah posisi duduknya, kini wajahnya bertatapan dengan wajah milik sang lelaki berambut hitam itu. Sang wanita mendekatkan wajahnya ke arah suaminya, membisikkan sesuatu ke dalam rungu dengan suara lembut.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐋𝐔𝐅𝐅 𝐖𝐄𝐄𝐊 || 𝙷𝚊𝚒𝚔𝚢𝚞𝚞
Fanfiction「 𝐅𝐥𝐮𝐟𝐟 𝐖𝐞𝐞𝐤 ― 𝐏𝐮𝐧𝐠𝐮𝐝 𝐏𝐫𝐨𝐣𝐞𝐜𝐭 」 ❛❛ 𝐅𝐥𝐮𝐟𝐟𝐲-𝐟𝐥𝐮𝐟𝐟𝐲 𝐥𝐢𝐤𝐞 𝐦𝐚𝐫𝐬𝐡𝐦𝐚𝐥𝐥𝐨𝐰𝐬.❜❜ Kumpulan one shoot cerita manis tentangmu dan para karakter Haikyuu pilihan. Tenang, tidak ada bawang di dalamnya. Benar-benar ti...