5. Harapan Terindah

11 2 0
                                    

🌺🌺🌺
"Apakah kau suka dipuji, dengan menjawab anggapan semua orang. Akankah senyummu tetap menawan, bahkan jika kau sembunyikan dirimu yang sebenarnya. Terbangun saat melihat awal dari mimpi. Lanjutannya dapat dicapai suatu hari oleh diriku sendiri."
(Kanashimi Wo Yasashisa Ni by Little By Little)
🌺🌺🌺

Siang sepulang sekolah, cuaca terasa begitu cerah dan bersahabat. Lara telah selesai dengan pekerjaan rumah yang diberikan guru di sekolah tadi pagi. Setelah makan siang, dia lalu menuju meja belajar. Tangannya menyentuh lembaran kertas lusuh yang terlihat telah disentuh berulang kali.

Sambil merebahkan diri di kasurnya, Lara mulai mengamati kalimat demi kalimat yang ada di kertas tersebut.
"Assalamualaikum wr. wb. ..." ucap Lara sembari menutup mata. Dia sedang menghafal teks pidato untuk lomba dai cilik di kampungnya besok malam. Lara berulang kali mengucapkan kata demi kata. Setiap sampai di pertengahan teks, jantungnya berdebar.

Lara merasakan sensasi campur aduk. Dia tidak sabar, gugup sekaligus senang. Namun sebenarnya yang paling dia nantikan adalah besok dia akan dilihat bapak dan ibunya di pentas seni nanti. Lara tersenyum gemas. Aku akan memberikan yang terbaik! ujar Lara dalam hati. Lara lalu melanjutkan hafalannya sampai ia tertidur.

***
Jarum panjang menunjukkan pukul 16.30 WIB. Karena hari ini libur TPA, Lara meminta izin ibu untuk berkunjung ke rumah neneknya. Setelah mendapatkan izin, Lara kemudian langsung berjalan menuju rumah nenek yang berjarak 10 menit dari rumah. Lara tidak lupa membawa baju biru yang akan ia gunakan untuk lomba fashion show¹.

"Bulik..." sapa Lara setelah sampai di rumah neneknya. Terlihat bulik sedang menyetrika baju terakhir.

"Eh, bajunya sudah dibawa, Ra?" sahut bulik pada Lara. Lara kemudian menyodorkan bajunya sambil senyam-senyum.

Bulik lalu berdiri, mematikan arus listrik yang ia gunakan untuk menyetrika. Kemudian, ia terlihat menuju kamar untuk mengambil alat yang biasa ia gunakan untuk memayet.

"Bisa minta tolong masukkan benang ke dalam lubang jarum ini, Ra?" kata bulik. Lara mengangguk kemudian mengambil alih jarum dan ujung benang warna biru laut yang senada dengan bajunya.

Lara terlihat memilin ujung benang dengan tangannya. Sesekali ia membasahi ujung benang lewat mulutnya sebagaimana orang-orang pada umumnya agar benang terasa lebih kencang dan runcing.

Hati-hati Lara memasukkan ujung benang ke dalam jarum. Sekali coba, langsung berhasil. Lara kemudian memberikan jarum dan benang tersebut kepada bulik.

Momen yang tenang dan damai, membuat Lara selalu betah berada di rumah nenek. Apabila Lara libur sekolah, biasanya Lara akan menginap satu malam untuk menonton film horror bersama buliknya tersebut.

Nenek datang dari dapur membawa singkong rebus. Wanginya semerbak, membuat perut keroncongan. Lara yang belum makan siang merasa tergugah untuk mengambil satu singkong rebus tadi sambil mengamati bulik memayet bajunya.

"Aduh!" kata Lara agak sedikit menjerit. Singkong yang ada di tangannya kini terbang kemudian jatuh di depannya. Saking laparnya, Lara lupa kalau singkongnya baru matang dan masih panas. Nenek dan bulik hanya tertawa cekikikan melihat tingkah Lara. Sepersekian detik, Lara juga ikut tertawa bersama.

***
"Lara..." sayup suara mampir di telinga Lara yang tertidur.
"Ra..." kini tubuh Lara sedikit diguncang-guncang.
"Ra, bajunya sudah selesai dipayet," kata suara itu.

Lara yang masih setengah sadar mencoba mengumpulkan nyawa. Melihat baju biru dengan hiasan pernak-pernik serta kerlip membuat mata Lara yang tadinya kriyip-kriyip² menjadi terang benderang.

"Woaaahhh..." sahut Lara takjub tak bisa berkata-kata. "Makasih ya, Bulik. Ini bagus sekali. Lara suka! Besok pas tampil, jangan lupa lihat Lara lho ya!" sambung Lara kegirangan.

Bulik hanya senyum dan mengangguk. "Oke! Semoga menang ya, Ra!" jawab bulik. "Udah malam, kamu tidur sini saja ya," sambung bulik. Lara hanya mengangguk sambil terus memandangi bajunya. Mereka pun mengemasi peralatan dan mulai menonton TV.

Tok! Tok! Tok! Terlihat pintu dibuka. Nenek yang sedang nonton TV di samping Lara menengok ke arah pintu.

"Sudah malam, kok ya dijemput. Lara sudah pulas tidur ini. Kasihan kalau mau dibangunkan." kata nenek pada tamu yang ternyata itu adalah orang tua Lara. Melihat akan dijemput, Lara pura-pura sudah tidur. Di rumah pasti disuruh belajar, mending di rumah nenek bisa lihat Fitri sama Farrel, gumam Lara dalam hati.

"Besok Lara sekolah, Bu. Lain kali saja kalau Lara sedang libur sekolah," kata ibu Lara kepada nenek sambil mulai mendekati Lara. Usaha Lara gagal untuk tidur di rumah nenek malam itu. Akhirnya Lara bangun, mengalah dan pulang bersama orang tuanya.

Sesampainya di rumah, Lara menggantung dan menyemprotkan minyak wangi ke baju yang baru dipayet bulik. Tanpa rasa bosan, Lara terus memandangi bajunya tersebut.

Lara tidak bisa tidur, dia memikirkan pentas seni yang tinggal besok malam. Dia selalu membayangkan saat dirinya pentas. Pasti meriah sekali dan sangat menyenangkan. Lara mencoba memejamkan mata, namun tidak bisa. Mungkin karena di rumah nenek tadi Lara sudah tertidur. Lara beranjak dari kasurnya, mulai mondar-mandir.

"Assalamualaikum wr.wb. ..." ucap Lara tiba-tiba teringat teks pidato miliknya. Dia berjalan bolak-balik sambil menghafalkan naskahnya. Kadang, dia menuju cermin dan berkaca. Tersenyum melihat dirinya sendiri. Sebentar lagi, aku akan dilihat banyak orang! kata Lara berulang kali dalam hati.

Terdengar suara pintu dibuka. Ibu mematung sambil memegang gagang pintunya. "Ra, kalung kamu nggak ketemu?" tanya ibu. Lara yang tadinya mondar-mandir kini mematung. Dia teringat kembali kalung yang dia hilangkan kemarin. Setelah pencarian, Lara tetap tidak menemukan keberadaan kalung tersebut. Ibu lantas langsung menutup pintu kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Lara terduduk, merasa bersalah. Teledor banget ya, aku? Padahal pengait kalung sudah diberi perban biar tidak mudah lepas, ucap Lara dalam hati. Menerka keberadaan kalung yang mungkin tidak akan pernah ditemukan lagi.

Lara menghela nafas panjang. Ia lalu menuju meja belajar dan menata buku pelajaran yang besok akan dibawa. Oh iya, binder matahari belum aku kasihkan ke Sarah. Aku siapkan sekalian deh, dari pada nanti lupa, ujar Lara dalam hati. Ia lalu menata isi binder ke dalam tas warna pinknya. Setelah dirasa telah rapi dan tertata, Lara pun beranjak menuju tempat tidur.

***

¹) Peragaan busana
²) Kondisi mata yang terpejam dan berkedip-kedip

[IM]PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang