2. Sarah Digoda, Lara Membela!

16 3 0
                                    

💬💬💬
"Angkat jarimu dan hitung mundur. Ayo pergi, 3-2-1 buatlah kebisingan!"
(Hero's Come Back by Nobodyknows)
💬💬💬

Hari ini seperti hari biasa, dengan aktivitas yang sama. Lara bangun tidur, mandi dan melanjutkan kegiatan rutin lainnya, seperti kata pak Kasur dalam lagunya yang fenomenal.

Bangun tidur kuterus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi kutolong ibu
Membersihkan tempat tidurku

Sampai sekolah pukul 05.45 WIB, keadaan seperti biasa. Lengang dan damai. Pintu kelas juga masih dikunci. Lara selalu menggunakan momen ini untuk bermain di lapangan atau jajan es goreng/ es potong/ es serut maupun es doger.
"Neng, tumben nggak beli es?" kata Eko, penjual es goreng langganan Lara.
"Lagi pilek, Pak," jawab Lara sambil melarikan diri.

Pagi itu di bulan Januari memang agak sedikit membuat Lara kerepotan dengan pilek. Seperti namanya, Januari -orang bilang Januari memiliki arti kata 'hujan sehari-hari.' Sebab keadaan ini, Lara diminta untuk tidak jajan perkara apapun yang berkaitan dengan es oleh orang tuanya.

Masih menenteng tas, Lara langsung menuju ke lapangan. Duduk di gazebo sederhana yang terbuat dari bambu. Ia lalu mengeluarkan permen sunduk berbentuk kaki warna merah yang dia bawa dari rumah.

Beberapa waktu kemudian, setelah puas berada di lapangan Lara langsung menuju kelas.
"Baru datang, Ra? Tumben?" tanya Sarah yang sudah sibuk merapikan buku bindernya.

Lara hanya tertawa kecil sambil masih mengemut permen sunduk berbentuk kaki tersebut.
"Sarah, mau permen?" tawar Lara. Sarah hanya menggeleng.
"Sudah ngerjain matematika, Ra?" tanya Sarah kembali.

Lara tersedak. Matanya membelalak, kaget. Teringat, kalau matematika ada PR. Kemarin saudara Lara ada yang hajatan. Lara izin tidak masuk sekolah dan belum sempat mengerjakan PR. Padahal kemarin Lara sudah menyempatkan ke rumah Sarah untuk menyalin soal-soalnya.

Lara lalu mengeluarkan buku dari tasnya dan mulai membuka soal yang sudah dia salin kemarin. Sarah memandangi sahabatnya ini dengan penuh heran. Ia lalu membuka buku tugas matematikanya. Menggeser buku PR-nya ke dekat Lara.

"Eh? Sarah?" kata Lara keheranan.
"Udah hampir masuk. Pak Ibnu kan datangnya tepat waktu. Kamu tidak akan sempat mengerjakan lagi. Salin saja jawaban punyaku." Jelas Sarah.

Lara lalu menarik nafas dan menghembuskannya. Kemudian berkata, "Ajari aku caranya saja, oke? Tidak keberatan kan Bu Sarah?" yang dipanggil hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala lalu berkata, "Imbalannya, kasih aku tiga kertas binder yang ada bunga mataharinya kemarin." Lara mengangguk setuju.

***
Kriiiing... Kriiiiing... Kriiiing...
Jam istirahat bedering, mengakhiri pelajaran matematika yang sungguh memusingkan kepala pagi ini. Lara bersiap ke kantin untuk membeli soto kesukaannya.

Tiba-tiba, Lara kebelet pipis. "Sarah, aku ke toilet dulu. Kamu duluan aja, nanti aku susul," pungkas Lara sambil langsung melarikan diri ke toilet, tidak tahan lagi. Setelah selesai, Lara langsung ke kantin. Mencari Sarah kesana-kemari tidak ada, ia lantas kembali ke kelas.

Braakk!
Lara yang lari terburu-buru karena takut bel istirahat segera habis tidak sengaja menabrak palang pintu yang dibuka oleh Dimas.
"Eh! Sorry¹, Ra! Aku nggak seng-" belum sempat Dimas menyelesaikan permintaan maafnya, Lara langsung bergegas ke dalam kelas. Sepertinya Lara juga tidak sadar kalau tadi ada Dimas di belakang pintu.

Ternyata, kursi dan mejanya sudah diduduki oleh dua orang anak laki-laki, dari wajahnya bukan dari wajah teman sekelas. Oh! Itu wajah para kakak kelas.
Ngapain sih mereka? batin Lara.

[IM]PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang