❤️❤️❤️
"Setiap orang berbuat banyak kesalahan, itu bukanlah hal yang memalukan."
(Alive by Raiko)
❤️❤️❤️Memegang pulpen kemudian dijatuhkan, diangkat lalu dijatuhkan lagi. Begitu berulang kali yang dilakukan oleh Lara di kelas. Dia ingin menghafal naskah pidato namun konsentrasinya entah hilang kemana, mood¹nya cukup berantakan. Nanti malam ya? Ucapnya dalam hati. Lara menenggelamkan wajahnya dalam lipatan tangan di atas meja.
BRAKKK! Lara kaget. Selayang penghapus sudah menghampiri mejanya, diikuti tatapan mata seisi kelas yang fokus ke arah Lara. Sarah terlihat tertunduk, tak mau ikut campur dan menutupi wajahnya dengan buku.
"Dilara Shofiyatunnisa, mohon jelaskan apa itu perseroan terbatas!" ujar guru IPS kepada Lara. Lara yang dari tadi melamun dan tidak memperhatikan terlihat bingung. Diam seribu bahasa.
"Kenapa? Tidak bisa menjawab?" sambung guru IPS. Lara masih terdiam. "Dari tadi ngapain?" lanjut guru IPS pada Lara.
Setelah pertanyaan itu, guru IPS lalu melanjutkan pelajaran. Mata-mata yang tadinya mengawasi Lara sudah kembali berfokus ke guru IPS untuk penjelasan selanjutnya. Lara menggelengkan kepala berulang kali dan menepuk-nepuk kepalanya, berharap konsentrasinya kembali.
Pelajaran selesai, waktunya pulang. Lara yang biasanya menunggu Sarah untuk pulang bersama kini pamit pulang terlebih dahulu. Sarah yang masih memiliki kegiatan, mengiyakan Lara. Walau Sarah dan Lara tidak tinggal di satu desa yang sama, namun jalan pulang mereka satu arah.
Sesampainya di rumah, Lara begitu kurang bersemangat. Energinya terkuras entah hilang kemana. Fikirannya tidak bisa lepas dari acara nanti malam. Setelah makan siang, Lara tidur di kamar. Berharap saat bangun nanti, energi sudah terisi penuh untuk menghafal dan mempersiapkan segala sesuatunya.
Beberapa waktu berlalu, terdengar dari arah pintu kamar yang dibuka.
"Ra, sudah azan Ashar. Mandi," ibu membangunkan Lara yang masih tertidur."Acara nanti malam, segera disiapkan," imbuh ibu. Mendengar 'acara nanti malam' Lara langsung terbangun. Segera meraih handuk dan mandi sore.
Pukul 18.30 WIB setelah maghrib, terdengar suara selawatan mengalun menandakan akan ada acara yang digelar. Lara yang mendengar suara tersebut, segera mempersiapkan diri.
Setelah maghrib, dia kembali mengulang hafalan naskahnya sampai azan Isya berkumandang. Setelah sholat Isya, Lara mulai mengenakan pakaian fashion show² yang kemarin sudah dipayet bulik.
Setelah mengenakan pakaian, Lara langsung menuju ke rumah nenek. Bulik berkata, akan mendandani Lara sebaik mungkin untuk tampil.
"Assalamualaikum, Bulik," kata Lara sambil ngos-ngosan karena saat menuju ke tempat nenek tadi ia berlari agak cepat. "Waalaikumussalam" sahut bulik yang terlihat sedang memegang bunga dan alat make up³. Lara lalu mendekat dan bulik segera merias.
Lara yang duduk manis diberikan sentuhan bedak padat dan pemerah pipi. Tak lupa bibir Lara diolesi lipstik warna pink agar terlihat lebih segar serta menarik. Pada kelopak matanya, diberikan sedikit sentuhan eyeshadow⁴. Kerudung langsungan yang dikenakan Lara, ditata sedemikian rupa dan diberikan tambahan hiasan bunga. Lara malam itu terlihat begitu manis.
Setelah selesai didandani, Lara kemudian bergegas untuk segera menuju ke tempat acara bersama teman-teman yang ikut lomba. Hati Lara kembali tidak karuan. Angin dingin malam itu, menambah sikap grogi Lara. Berkali-kali Lara meyakinkan dirinya.
Pukul 20.00 WIB, acara dimulai. Panitia mulai sibuk mengkondisikan panggung sekaligus penonton yang semuanya merupakan tetangga desa Lara. Setelah MC membacakan susunan acara, akhirnya diketahui bahwa urutannya adalah:
1. Tilawah Iqro'
2. Tilawah Quran
3. Pildacil
4. Peragaan busana
5. Drama komedi dari pemuda/i karang taruna."Baik, kita panggil peserta pertama kita, Ananda Imam Ghazali. Kepada Ananda Imam dipersilakan menaiki panggung untuk membacakan tilawahnya." ucap MC kepada Imam lalu mempersilakan naik ke atas panggung. Lara melihat Imam mulai menaiki panggung dan membaca iqro' 6 sesuai arahan juri.
Kemarin Lara sudah mengatakan kepada panitia bahwa dia mengundurkan diri untuk lomba tilawah iqro', jadi malam ini dia hanya fokus untuk lomba pildacil dan peragaan busana. Peserta demi peserta sudah dipanggil dan kini menginjak lomba tilawah Al-Quran.
Ada satu peserta yang memikat perhatian Lara, yakni Maulana Ibrahim. Dia adalah anak SMP namun sudah mulai menghafalkan Al-Quran. Dia juga memiliki suara yang bagus sebagai seorang qori'. Apabila membaca Al-Quran dia akan membawakan bacaan dengan nada bayati. Surah Al-Quran yang dia bawakan malam ini adalah Al-Mulk. Membuat hati tenang bagi yang mendengarkan.
Pasti tahun ini yang menjadi juara lomba tilawah Quran, kak Maulana lagi! Tebak Lara dalam hati. Setelah selesai mendengar lantunan ayat suci dari Maulana, Lara selalu bertekad ingin mengikuti jejaknya untuk bisa lancar dan dapat membawakan bacaan Quran dengan baik dan benar.
Tidak terasa untuk lomba tilawah Quran sudah selesai. MC mulai melanjutkan ke lomba berikutnya, yakni pildacil. Hati Lara tiba-tiba deg-degan hebat. Dia melihat di sekeliling panggung. Banyak pasang mata yang menanti penampilan-penampilan terbaik para peserta. Namun Lara belum melihat sosok ayah dan ibunya. Bulik dan neneknya tadi mengabarkan akan turut hadir, namun juga belum terlihat oleh Lara.
Saat Lara ingin latihan yang terakhir kali, dia baru sadar bahwa naskahnya tertinggal di rumah. Sudah tidak ada waktu lagi untuk mengambil.
"Baik, peserta pertama pildacil pada malam hari ini adalah Dilara Shofiyatunnisa. Kepada saudari Lara, kami persilakan" kata MC lalu meninggalkan panggung. Sadar namanya dipanggil, Lara lalu diminta para panitia untuk segera memasuki pangung.
Lara pun berjalan pelan menaiki undakan anak tangga menuju panggung. Ini adalah kali pertama dan aku gugup luar biasa,ucap Lara dalam hati.
Ia lalu mulai memegang pengeras suara yang diberikan panitia.
"Assalamualaikum wr. wb." salam Lara kepada penonton mengawali hafalannya."Waalaikumussalam wr.wb." jawab para penonton dengan riuhnya. "... Segala puji bagi Allah ...," Lara meneruskan. Dia terus mencari sosok ayah dan ibunya yang belum juga dia temui.
"Kedua, berbhakti kepada kedua orang tua merupakan-" suaranya terhenti. Tidak, bukan karena suatu hal yang mengagetkan mata. Melainkan karena Lara mendadak lupa isi pidato selanjutnya. Penonton sudah mulai terdiam.
"Kedua, berbhakti kepada kedua orang tua merupakan suatu-" suara Lara kembali berhenti, tidak mampu melanjutkan. Mendadak lidahnya kaku. Penonton mulai gaduh. "Kedua, berbhakti kepada orang tua adalah-" ucap Lara kembali.
"Huuuuuuuuuuuuuuuu..." Sorak penonton tiba-tiba. Lara hilang kendali, fikirannya kosong. Dia tidak dapat melanjutkan dengan baik. "Dia nggak hafal! Kalau nggak hafal, nggak usah maju! Huuuuu," sindir seorang anak yang umurnya sebaya dengan Lara di panggung bagian depan.
"Malu-maluin, huuuuuu ..." ucap anak yang lain. Orang dewasa terlihat tertawa.
Kenapa orang dewasa tertawa? Apa ini lucu? Aku hampir menangis di sini, fikir Lara dalam hati. Lara hanya mematung, tidak bisa melanjutkan. Suara-suara tidak nyaman terus terdengar masuk ke telinganya. Sampai kemudian, salah satu panitia menghampiriku, memintaku menutup pidatonya.
"Sekian, pidato yang dapat saya sampaikan. Terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb," tutupku kemudian menuruni panggung. Gelak tawa dan sorakan masih menggema.
"Nggak apa-apa, bagus kok tadi!" kata salah satu panitia menepuk pundakku, terlihat buru-buru mempersiapkan peserta berikutnya.
---
¹)Suasana hati
²)Peragaan busana
³)Dandan
⁴)Bayangan mata, warna yang digunakan untuk memperindah mata
KAMU SEDANG MEMBACA
[IM]PERFECT
General Fiction- tentang trauma, cita, cinta dan air mata - balas dendam terbaik adalah menjadikan diri lebih baik