Mile mengacuhkan alarm di ponselnya yang menunjukkan waktu makan siang telah tiba. Mungkin 15 menit setelah ini akan datang Build yang menegurnya untuk segera pergi ke kafetaria. Atau 20 menit lagi pria yang menjadi asistennya itu datang beserta nampan yang berisi menu makan siang itu sendiri. Mile tentu tidak akan meninggalkan makan siang, sebagai seorang dokter anak yang selalu mengingatkan anak kecil untuk makan teratur, Mile tentu akan makan dengan baik juga kan.
Hanya saja, sekarang ia sedang sibuk. Dua bulan setelah pembicaraannya dengan salah satu dosennya dulu di kampus, ia mantap untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang doktoral. Walau Mile sering berkata muak menghabiskan masa mudanya mempelajari bidang kedokteran dan pediatri, tapi sekarang nyatanya Mile tertarik untuk mendapatkan gelar PhD. Diam-diam Mile ingin jadi dosen juga seperti ayahnya.
Keinginannya melanjutkan s3 itu tentu ia sampaikan kepada keluarganya. Sebagai anak pertama yang baik hati dari sebuah keluarga yang masih utuh ia tidak mungkin melewatkan hal itu bukan? Reaksi dua adiknya sudah ia duga:"Kalau engkau belajar terus lalu kapan akan menemukan kekasih?". Membuat Mile mendengus tapi juga sedikit memikirkannya. Ia sudah 28 tahun sekarang dan dia memiliki nol pengalaman di bidang percintaan. Percintaan yang serius maksud Mile, tentang saling membahagiakan dengan cinta, bukan hanya ketertarikan sejenak atau hubungan untuk pemenuhan kebutuhan biologis. Mile tampan yang pernah muda juga tentu pernah tidur dengan gadis atau pemuda manis lain jurusan di kampusnya dulu.
Omong-omong tentang reaksi keluarga waktu itu, ayah Mile justru hanya diam dan terlihat termenung. Mile tentu percaya diri akan mendapat izin dari ayahnya yang juga dokter seperti dirinya sekaligus seorang dosen. Ayahnya pasti bangga jika putranya menempuh jalan yang sama persis dengannya. Namun ternyata hal tersebut tidak semudah itu. Membuat Mile mendesahkan nafas berat ketika mengingat ayahnya. Ayahnya yang saat ini, menghubunginya lewat panggilan telfon.
"Pikirkan ulang baik-baik. Universitas di Thailand pendidikannya juga mutakhir saat ini. Tidak perlulah pergi ke lain negeri" suara ayahnya terdengar dari speaker ponsel yang ia letakkan saja di meja sementara atensinya masih tertuju pada laptop, mencari data dari universitas-universitas di berbagai negara yang ia rasa sesuai dengan kriterianya.
"Chill Dad, aku masih di sini. Masih di Bangkok. Jadi Ayah tenang saja".
Ucap Mile dengan kekehan santai. Benar saja dari ekor matanya ia dapat melirik Build yang membuka pintu dengan siku lalu masuk membawa nampan makan siang. Mile mengucap 'thank you' hanya dengan isyarat bibirnya."Sekarang masih di Bangkok, tapi kebiasaanmu kan melesat secepat kilat jika kesempatan sudah didapat" ucap ayahnya dengan nada keluhan yang hanya ditanggapi tawa Mile. Namun ketika ayahnya kembali menambahkan,
"Apa kau tidak kasihan, meninggalkan ibu?"
Mile tidak dapat menjawab apa-apa lagi.
*****
Ada satu hal yang Mile tidak fahami dari cara kasih sayang bekerja, atau lebih tepatnya cinta bekerja. Yakni di bagian; seseorang yang masih bisa mencintai orang yang telah meninggalkannya. Like, how? Bukankah diri dan waktu terlalu berharga untuk mencintai seseorang yang sama setelah ia meninggalkan dan mencampakkanmu? Meninggalkan dan mencampakkan adalah apa yang ia tahu telah dilakukan oleh ibunya sepuluh tahun lalu. Kepada mereka ; ayah, dirinya dan dua adiknya. Sebelum akhirnya kembali lagi ke sisi mereka baru genap tiga tahun ini.
Mile masih sangat muda waktu itu, dia baru hendak masuk perkuliahan, ketika ayah dan ibunya terlibat masalah beruntun dan diakhiri dengan beranjak perginya wanita itu dari rumah. Mile tidak banyak tahu detailnya. Mile kira ibunya hanya akan pergi sampai besok ketika ayahnya berkata bahwa ibunya akan kembali. Tapi ternyata besok itu adalah tujuh tahun lamanya.
Tujuh tahun, mereka tidak mendengar kabar apa-apa dari ibunya. Seorang istri dan ibu pergi begitu saja dari kehidupan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetap Tinggal [MileApo]
FanfictionDi saat-saat terakhir Mile hampir memutuskan kepergiannya ke luar negeri untuk mengejar program doktoral, seorang pemuda yang ia temui di asrama khusus pasien kanker menarik atensinya-atau mungkin seluruh hidupnya. Mile yakin jika dirinya tetap t...