Mile memacu mobilnya menuju jalan yang sudah ia tidak lewati sekitar dua bulan ini. Ini adalah tol terakhir menuju rumahnya, rumah orang tuanya. Hari ini dan besok merupakan hari libur nasional sehingga Mile memutuskan datang ke rumah kanak-kanaknya itu untuk sekedar berbakti pada keluarga.
Kemarin sore Apo mengirim pesan bahwa libur pendek ini ia akan ke rumah neneknya yang sudah delapan puluh tahun usianya. Ngomong-ngomong soal Apo, kedekatan mereka semakin meningkat sejak pertemuan mereka yang terhitung sebulan ini. Sehari setelah Apo makan sup bersamanya, rupanya pemuda itu tidak sengaja menutup pintu kamar mandi terlalu keras hingga engselnya bergeser. Dia menghubungi Mile untuk membantunya berbenah. Dan itulah kali pertama Mile masuk ke apartemen Apo.
Apo memang benar-benar seniman. Berbagai macam koleksi seni dari pahatan kayu sampai lukisan dari benang terpamerkan di rumahnya untuk ia nikmati sendiri. Sebagian dari karya itu adalah buatan Apo sendiri sedang yang lain ada yang merupakan hadiah atau ia beli dari lelang.
Ternyata datang kali kedua, ketiga, keempat mereka masuk ke apartemen satu sama lain. Apo tiba-tiba tidak keluar seharian dan ternyata ia demam. Mile menjadi tetangga sekaligus dokter yang baik menjenguk dan memberinya obat. Apo datang dengan membawa ayam saus buatannya keesokan hari untuk membalas kebaikan Mile. Mile malamnya datang mengembalikan piring dan memuji masakan Apo enak. Esok pagi rupanya Apo datang membawakan menu yang sama untuk bekal Mile. That's it. Hidup Mile terasa penuh. Ia bahagia jalannya dengan Apo lancar. Mile tidak menamai hubungan mereka. Tidak pernah ia ungkit-ungkin sebenarnya perasaan seperti apa yang ia rasakan atau hubungan apa yang ia inginkan. Saat ini ia sudah cukup dengan senyum dan perhatian pemuda itu padanya.
Mereka berikirim pesan, bertelefon singkat saat berjauhan dan saling menitip untuk dibelikan barang di dekat tempat kerja satu sama lain. Dan baru kemarin ini, Mile dan Apo berangkat ke The Hope bersama karena kebetulan jadwal mereka cocok. Sepanjang perjalanan Apo tidak henti bercerita tentang tingkah polah anak-anak disana dan betapa Apo menjadi sangat menyayangi mereka. Membayangkan tawa Apo di kursi sebelah kemudinya ini membuat Mile tersenyum di kesendiriannya sekarang.
Mile sampai di rumahnya. Rumah di lahan seluas nyaris satu hektar itu membuktikan dari keluarga bagaimana Mile berasal. Pelayan mempersilahkannya masuk dan menyediakan apa saja yang tidak Mile minta. Hanya ada Ayah, Ibu dan adik bungsunya, Jeff di rumah. Saat makan siang Jeff mengeluh bahwa ayah ibunya tidak memperbolehkannya mempunyai apartemen sendiri. Akan semakin sepi kata mereka.
"Bagaimana kalau ada jadwal tinggal. Jadi kalian bertiga bergantian menginap di sini masing-masing sepuluh hari tiap bulannya" Ayah Mile memberikan usulan yang tidak terdengar serius. Mile hanya tersenyum karena jelas itu tidak mungkin. Tempat kerjanya jauh dari sini, ia akan tua di jalan jika setiap hari harus menghabiskan perjalanan pulang pergi tiga jam sendiri. Dan lagi dia tidak bisa dekat dengan Apo.
"Jangan juga Ayah. Enak sekali kalau Kak Mile tinggal gratis. Uang gajinya utuh dong"
"Bensinnya bodoh"
"Hahahaha, makan yang benar". Ucap ayah mereka sekali lagi. Memang betul, di pembicaraan mereka terutama saat ada Mile para lelakilah yang mengisi topik. Hampir tidak pernah Mile dan Ibu berbicara tentang suatu hal yang sama. Andai ibunya berbicara pasti itu pada ayah atau adiknya sementara Mile mendengarkan. Mile heran betapa besarnya efek dari sebuah kepergian. Walau sesuatu itu kembali namun ada yang tidak utuh lagi seperti dulu. Mile tidak bisa memperbaikinya-tidak tahu bagaimana.
Usai dari makan siang itu, rupanya masing-masing kepala masih memiliki pekerjaan yang ikut dibawa liburan. Ayahnya tidak bersuara sejak masuk ruang kerja dan adiknya sibuk membaca melalui ponsel. Mile baru juga selesai melakukan video call laporan hasil kesehatan anak-anak di The Hope pada dokter spesialis anatomi. Ada pasien yang butuh dioperasi segera karena kankernya meluas sampai ke jaringan lain. Memang seperti itu pekerjaan dokter, membantu orang sampai sembuh atau menemani mereka sampai wafat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetap Tinggal [MileApo]
FanfictionDi saat-saat terakhir Mile hampir memutuskan kepergiannya ke luar negeri untuk mengejar program doktoral, seorang pemuda yang ia temui di asrama khusus pasien kanker menarik atensinya-atau mungkin seluruh hidupnya. Mile yakin jika dirinya tetap t...