Bisa dibilang sepuluh tahun terakhir ini Mile menjalani aktifitas yang memenatkan kening. Dari awal ia menyetujui permintaan ayahnya untuk masuk ke fakultas kedokteran ia sudah tau masa mudanya tidak akan seseru teman-temannya. Sudah begitu Mile malah menambahi hal itu dengan memutuskan menekuni pediatri sampai seluruh masa mudanya hampir habis dimakan ilmu kedokteran. Sekarang dia sudah di penghujung usia dua puluhan dan ia merasa sangat bosan.Dua tahun ini dia bekerja di salah satu rumah sakit swasta sebagai dokter anak. Mile yang workaholik tidak terlalu memberi dirinya porsi hiburan dan relaksasi sehingga dirinya merasa jenuh. Rekan sejawat di rumah sakit sering mengajaknya cuci mata ke klab malam terkenal di kota tapi Mile sudah lelah badan setelah seharian bekerja. Aktifitasnya pergi-pulang tepat waktu dan tidak aneh-aneh itu membuat dirinya mendapat pandangan bagus dari dokter-dokter senior di rumah sakit. Bahkan istri direktur utama sudah pernah bilang langsung padanya ingin mengambilnya sebagai menantu.
Mile sudah biasa mendapat pujian. Tapi tidak ada yang membuat dirinya berbunga-bunga, semerekah dirinya minggu ini. Semua kejenuhan dari tempat kerjanya seolah lepas begitu saja dan dirinya menjadi terlalu bersemangat menjalani hari. Mile bahkan bangun tidur langsung tersenyum loh.
Iya, itu semua hanya karena eksistensi tetangga baru bilik sebelah, Apo. Nama lengkapnya ternyata Nattawin Wattanagitiphat. Mile tahu dari kartu nama yang pemuda itu berikan di pertemuan pertama mereka. Sayang hari itu mereka tidak pulang bersama karena Apo ada janji makan siang bersama rekan kerjanya.
Apo sudah dua pekan tinggal di sini namun mereka berinteraksi jauh lebih sedikit dari yang Mile inginkan. Selain jam kerja mereka yang berbenturan Mile juga cukup canggung untuk menyapa duluan. Jika beruntung bertemu di The Hope kadang mereka bertukar senyum atau percakapan paling lama 5 menit. Ayolah mereka di sana sama-sama untuk kerja bukan kencan. Mereka juga sering sarapan di kafetaria apartemen di waktu yang bersamaan. Mile yang sudah rapi terburu-buru pergi kerja dan Apo yang masih santai dengan kaus pagi menikmati pola kopi sambil menerawang entah kemana. Sudah Mile bilang kan, pemuda itu tidak terlalu memperhatikan Mile.Itu juga yang Mile pikirkan. Apo terlihat sering tenggelam di pikirannya sendiri. Mile bukannya sok menyimpulkan hanya berdasarkan momen-momen mereka yang singkat dan tidak berpoin itu. Tapi setiap Mile melihat Apo -yang jelas lebih sering dibanding Apo melihat Mile- pemuda itu pasti sedang termenung. Bahkan di sela-sela mengajari anak-anak kadang Apo terlihat zone out. Setiap sarapan Mile lebih sering melihat Apo memandangi gelas kopi dibanding menyuap makanan. Mile jadi semakin penasaran dengan pemuda itu.
Sejujurnya, Mile awalnya merasakan ketertarikannya terhadap Apo hanyalah karena keelokan fisik pemuda itu semata dan mungkin akan pudar beberapa hari kemudian. Tapi rupanya tidak. Mile terlalu merasakan efek dari kehadiran pemuda itu yang bahkan orangnya sendiri tidak sadar sama sekali. Mile sarapan ke kafetaria karena ingin melihat Apo. Di The Hope Mile bersemangat berharap bisa berpapasan atau berinteraksi dengan Apo (Mile sampai berharap dokter Sam tidak cepat sembuh astaga!). Mile memikirkan Apo di siang bolong dan membayangkan sedang apa pemuda itu saat malam datang. Ini sudah terlalu berlebihan.
Sementara Apo jelas tidak terpikirkan sedikitpun. Mile yakin dirinya hanyalah satu dari sekian orang yang suka menyapa dan ingin tahu tentang pemuda itu. Seseorang semenarik Apo pasti dipuja-puja dimanapun. Selain dirinya tentu banyak laki-laki atau wanita yang juga mendekati Apo bahkan dengan langkah yang lebih masif. Ah, membayangkannya membuat Mile galau.
Dari pembicaraan mereka, Apo lebih sering membahas hal di sekitar mereka seperti anak-anak, cuaca, berita terkini dan lain-lain, hampir tidak pernah menceritakan apapun tentang dirinya. Dia ramah tapi menutup diri. Sejauh ini informasi yang Mile tahu hanya Apo berusia 26 tahun, seorang ilustrator, menyukai seni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetap Tinggal [MileApo]
FanfictionDi saat-saat terakhir Mile hampir memutuskan kepergiannya ke luar negeri untuk mengejar program doktoral, seorang pemuda yang ia temui di asrama khusus pasien kanker menarik atensinya-atau mungkin seluruh hidupnya. Mile yakin jika dirinya tetap t...