Mile duduk di kursi nyamannya sambil terus memikirkan pembicaraan dengan ayahnya. Yang terbaru dari terakhir mereka bermain catur. Mile menjelaskan lebih banyak tentang hubungannya dengan Apo pada ayahnya termasuk kedatangannya ke rumah mereka saat ayahnya tidak ada dua pekan lalu. Pria tua itu terlihat bersemangat saat diceritakan bahwa Apo akrab dengan ibu Mile. Seolah dekat dengan wanita itu saja sudah menjadi tambahan 50 poin plus bagi calon menantunya nanti.
Mile sungguh tidak percaya ketika ayahnya menyinggung usianya. Bukan memerintah tapi menyatakan bahwa usia 28 adalah usia yang pantas jika seseorang hendak menikah jadi apabila Mile punya wacana ke sana maka ia dipersilahkan.
Mile tidak menganggapi apapun. Pernikahan adalah suatu hal yang besar. Tentu tidak diputuskan begitu saja. Tapi proses ke pernikahan itu sendiri juga butuh waktu lama bukan? Bisa memakan waktu satu sampai dua tahun sendiri untuk mempersiapkan sebuah pernikahan yang sempurna. Jika dihitung-hitung, Mile sudah memiliki penghasilan tetap. Kendaraan dan tabungan yang lebih dari cukup. Mungkin hanya membutuhkan apartemen yang lebih luas atau bahkan rumah. Mereka hanya berdua saja kan? Memiliki anak adalah hal nomor sekian yang bisa mereka pikirkan saat mereka sudah siap nanti. Over all, Mile kalkulasi ia bisa menikah dengan Apo saat usianya 30 nanti.
Mile sadar, bayangannya untuk menikahi Apo adalah karena ia ingin membuat pemuda itu selamanya di sisinya. Bagi mereka orang asia, pernikahan adalah sebuah ikatan yang suci. Ikatan yang prioritasnya melebihi apapun jadi apabila kau sudah menikah maka wajar jika kau ikut dengan pasanganmu. Suamimu misalkan, atas nama pernikahan kalian.
Mile memandangi homescreen ponselnya yang memaparkan foto Apo tersenyum menggendong kucing yang mereka temukan secara random di taman. Ternyata pemuda itu juga penyayang binatang. Senyum gemasnya pada kucing membuat Mile gemas juga, pada Aponya.
Ponsel yang sedang dipandangi malah berdering oleh panggilan dari seseorang, Cintaku nama kontaknya.
"Halo sayang?" hanya dari suaranya saja sudah ketahuan jika Mile bicara sambil tersenyum.
"Kau mengatakan pada ibumu soal kita?" Apo suaranya sedikit panik.
Mile menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi."Tidak."
"Hah? Lalu bagaimana bisa? Kau tahu tidak. Ibumu datang ke kantorku saat aku istirahat tadi dan langsung heboh, dia bilang 'baru tahu jika aku dan putranya berkencan' " Apo entah kenapa masih terdengar panik.
"Tapi aku memberitahu ayahku"
"Ugh Mile"
"Memangnya kenapa? Lambat laun semua juga akan tahu kan kalau kau itu milikku?" Mile tersenyum gemas. Entah apa yang dipanikkan oleh kekasihnya di seberang sana.
"Aku malu. Entah kenapa malah jadi canggung begitu dengan Ibumu." pemuda di ujung sedikit mengeluh.
"Tidak masalah. Aku juga canggung kok dengan ibuku"
"Apa?"
"Tidak. Lupakan"
"Kau sudah makan?""Sudah tadi. Kau pulang jam berapa nanti?" Mile bersyukur Apo tidak menanyakan kalimatnya sebelumnya.
"Seperti biasa pukul enam"
Obrolan mereka tidak terlalu lama karena ini masih jam kerja. Dari pembicaraan barusan Apo mengaku kaget bahwa Mile menceritakan tentang Apo pada orang tuanya. Dia bertanya tidakkah mereka masih terlalu awal untuk itu. Mile seorang penenang yang baik, menyatakan bahwa itu dia lakukan sebagai bentuk keseriusan dan penghargaannya pada hubungan mereka. Apo kemudian tidak membahasnya lagi sampai mereka menutup telefon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetap Tinggal [MileApo]
FanfictionDi saat-saat terakhir Mile hampir memutuskan kepergiannya ke luar negeri untuk mengejar program doktoral, seorang pemuda yang ia temui di asrama khusus pasien kanker menarik atensinya-atau mungkin seluruh hidupnya. Mile yakin jika dirinya tetap t...