Dear M.
Ini adalah bulan keenamku di Bangkok. Bulan Juli. Coba lihat apa saja yang menemaniku di bulan Juli ini. Kau bisa lihat sendiri ya.
Foto-foto yang kuberi nomor itu akan aku jelaskan.Lembar foto pertama, tanggal 4 Juli, adalah aku sedang berbelanja di swalayan.
Foto kedua tanggal 10 Juli, adalah aku makan siang di balkon saat hujan baru reda dan ada pelangi. Foto ini mukaku blur karena aku fokus mengarahkan lensa polaroidnya ke pelangi.
Foto ketiga aku lupa tanggalnya, adalah anjing depan apartemen.
Foto terakhir tanggal 21 Juli adalah aku di toko bunga. Aku beli bunga.Lalu, coba lihat, aku diberi buket bunga edelweis oleh salah seorang klien. Bunga ini kukeringkan dan kupajang sebagian dalam bingkai. Sebagiannya lagi kumasukkan ke sini untukmu. Aku yakin kapanpun kau membuka ini bunga keringnya masih tetap cantik.
Dan, aku mencoba mengawetkan dandelion di cairan resin! Ini lebih sulit dari mengawetkan cangkang kerang karena ini ringkih sekali. Tapi lihat hasilnya. Lumayan kan untuk percobaan pertama? Ini kuberikan untukmu juga.
Kemudian, yang di dalam map itu adalah aku melukis kamar tidurmu. Aku ingin menambahkanmu berbaring di matras tapi tidak jadi. Hahaha
Seseorang menambahkan kalimat demi kalimat dalam secarik kertas yang ia pangku di lututnya. Tampak begitu serius melakukannya seolah tidak ingin ada hal yang tertinggal di dalam kertas tersebut.
Lima belas menit menulis, kertas yang asalnya hanya selembar kini menjadi hampir setebal koran. Banyak sekali yang ia tulis di situ. Setelah dirasa cukup, ia masukkan kisahnya di kertas-kertas tadi kedalam sebuah kotak berisi berbagai macam hal random mulai dari foto, kalung, koral, dan lainnya. Kemudian ia menutup kotak tersebut dan memberikan perekat untuk menutupnya. Dan sebagai sentuhan terakhir, ia menambahkan tulisan 'My July, For My M' di sisi atas kotak tersebut.
Sudah selesai. Ia bangkit dan menuju lemari pakaiannya. Ada ruang sisa di bagian atas yang menjadi tempat lima kotak serupa berjejeran disana. Kotak terakhir digabungkan ke dalam. Entah sampai kapan ia akan terus membuat kotak-kotak ini. Akankah sampai penuh? Ia jadi berpikir akan disimpan dimana sisanya jika ternyata ini nantinya semakin banyak. Semoga saja tidak.
*****
Mile mengistirahatkan kepalanya di bantal yang ditumpuk dua. Pembicaraannya terakhir di mobil sepulang kerja dengan Apo hari ini masih memenuhi kepalanya.
"Orang tuaku bercerai saat aku berusia tujuh tahun. Ibuku dibawa pamanku yang seorang staf konsulat ke Jerman, Hamburg lebih tepatnya. Sedangkan ayahku masih di Huahin"
Mile masih mendengarkan dengan seksama. Apo tanpa diminta kali itu menceritakan tentang bagaimana dia meninggalkan Thailand dan menjalani sebagian besar usianya di Jerman.
"Kami beruntung karena pamanku memiliki cukup uang untuk kami tinggal dan koneksi untuk mencarikan ibuku pekerjaan. Ibuku akhirnya menjadi seorang asisten rumah tangga di rumah seorang pasangan dokter. Iya, dokter. Jadi kau bukan dokter pertama yang ada di sekitarku." Apo tersenyum singkat dan dibalas pula oleh Mile. Ia sedang mendengar sisi hidup lain dari pemuda yang yang ia idamkan ini.
"Nah, pasangan ini, adalah Tuan Roland asli nordik dan istrinya yang orang thailand. Namanya nyonya Prim. Mereka sangat baik walau si suami ini kaku dan terlihat menakutkan."
Apo tidak memandang Mile. Matanya jauh memandang ke arah kosong di depan.
"Aku dan ibuku dinaturalisasi ketika usiaku enam belas. Sepanjang usiaku itu juga aku hidup dengan tentram berkat ibu. Kini dibanding pamanku, kami lebih dekat dan bergantung pada keluarga tuan Roland. Terimakasih istrinya yang baik itu. Kami banyak mendapat kemudahan berkat mereka.
Putra mereka adalah teman mainku. Ketika kami bergaul di sekolah yang berbahasa jerman nyonya Prim selalu berbahasa thailand kepada kami. Ia tidak ingin kami lupa bahasa ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetap Tinggal [MileApo]
FanfictionDi saat-saat terakhir Mile hampir memutuskan kepergiannya ke luar negeri untuk mengejar program doktoral, seorang pemuda yang ia temui di asrama khusus pasien kanker menarik atensinya-atau mungkin seluruh hidupnya. Mile yakin jika dirinya tetap t...