tasted

77 9 1
                                    

"Tapi, Hyung, apa benar bahwa semua orang pantas merasa bahagia?"

Ah, tepat sekali. Apa semua orang pantas mencicipi rasa manis dari kebahagiaan? Yoongi juga tidak tahu. Sejujurnya, dia bahkan masih bingung dengan konsep itu sendiri. Ada banyak buku tentang masalah tersebut yang telah Yoongi baca di tiap kali dia mengunjungi perpustakaan kota. Tetapi jika mengabaikan fakta bahwa tak satupun pernah ia cicipi, sebuah jawaban keluar dari belah bibirnya seperti ringkasan pendek, "Orang-orang bilang, iya. Semua orang, bahkan penjahat sekalipun, mereka boleh untuk bahagia, sebagaimana haknya sebagai manusia." Yoongi berhenti beberapa detik, kedua manik malamnya memandangi netra karamel milik yang lebih muda. Dia bisa menemukan kilau getir dan amis dari rasa bersalah. "Namun, Tae, bagiku, bahagia dan merasa baik-baik saja adalah dua hal yang berbeda."

Tiba-tiba saja ada udara mengganjal di dalam pernafasannya, Taehyung meneguk ludah dengan gugup, "Mengapa begitu?"

"Ya, sebab saat kau merasa bahagia, kau juga akan merasa baik-baik saja. Sama banyak. Sedangkan di waktu kau merasa baik-baik saja, belum tentu kau bisa merasa bahagia sebanyak poin pertama," terangnya, diiringi sebuah sunggingan miring pada setiap kalimat-kalimat. Yoongi kemudian menyesap kopi panasnya—pahit, sepat, manis—buatan dari yang lebih muda.

"Lalu, bagaimana denganmu, Hyung?"

"Aku? Tidak termasuk dalam keduanya...mungkin," dia terkekeh kali ini. Tawanya selalu terasa seakan mereka terjebak dalam kubangan getah yang terasa asing. Suatu waktu, itu pernah terasa manis tipis, di waktu lain, itu adalah pahit. Namun kini itu terasa sakit.

---

Overtalk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang