CATASTHROPE

152 26 39
                                    

Hola, Folks 🖤

I bring you other universe and as usual i warn you all this story may containt hars word, alcohol, skinship, violance and etc

Please, be wise to choose what you do because i can't take responsibility for you all



Please, be wise to choose what you do because i can't take responsibility for you all

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sirine ambulans yang meraung-raung beradu dengan pendar cahaya merah. Membagi trauma bagi siapa saja yang tersentuh elemennya. Tangis dan ratapan dari pihak keluarga menggema nyalang hingga ke langit-langit yang di desain begitu tinggi. Bangunan megah yang pada hari-hari biasa akan terlihat sepi dari segala bentuk kehidupan mendadak riuh saat seseorang ditemukan meninggal di dalamnya.

Seorang gadis mencoba membaur dengan kerumunan wartawan yang sudah menunggu di luar pagar. Gadis itu sekuat tenaga menahan isak tangisnya agar tidak meluap. Ia menaikkan tudung jaketnya hingga menutupi wajah. Bahunya bergetar dan pelupuk matanya buram. Kepalan tangannya seolah menyimpan segala bentuk perasaan yang harus dia tanggung sendirian. Makin kencang hingga ujung kukunya melukai telapak tangannya sendiri.

Tepat saat petugas medis membawa jasad tersebut menuju mobil ambulan, banyak kamera diangkat tinggi-tinggi. Keamanan yang lebih banyak dari biasanya tampak kewalahan menghalau sorot kamera dan mikrofon yang disodorkan. Kerumunan pecah jadi keriuhan yang memicu sakit kepala dan mual pada Si Gadis. Ia ingin menghambur ke tubuh kaku yang ditutup kain itu. Menangis di atas sana. Memeluknya lebih erat. Menukar hidup yang tidak pernah dia inginkan untuk diberikan pada tubuh di hadapannya. Tapi dia kehilangan daya. Membiarkan orang-orang mendesaknya. Gadis itu tersingkirkan.

Terombang-ambing sebelum jatuh di belakang. Terlalu hampa untuk dirasakan sendirian. Seolah sesuatu menembus dadanya. Meninggalkan rongga di sana dan udara melewatinya begitu saja. Dunia tetap berputar dan tergesa. Mengabaikannya yang lagi-lagi harus merasa kehilangan.

Biasanya Adrian akan menawarkan tangan untuk digenggam. Biasanya Adrian akan merentangkan tangan dan membiarkannya untuk bersembunyi di sana. Adrian akan menutup kedua telinganya dan melihatnya tepat di kedua mata. Meyakinkan semua akan baik-baik saja.

Tapi kenyataan menghentaknya seketika. Begitu pintu ambulans tertutup... Adrian, sudah tidak ada.

Copyright ©Neptunelux 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Copyright ©Neptunelux 2022

All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, distributed, transmitted, or broadcast in whole or in part, in any manner, without the prior written permission of the Neptunelux, and any infringement of this is a violation of copyright law.

Hak cipta hanya milik Neptunelux dan dilindungi undang-undang.

Upaya plagiarism dalam bentuk apa pun merupakan sebuah kejahatan.

CATASTHROPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang