2

21 4 0
                                    

Jenna berjalan menyusuri lorong sekolah dengan pandangan kosong.
Ucapan-ucapan mamanya kemarin masih terngiang-ngiang di kepalanya.

Kamu gak perlu ngurusin mama lagi Jenna. Tinggalin aja mama. Mama juga udah nggak sanggup buat hidup lebih lama lagi.

Kalau nanti mama udah nggak ada.. suruh papa kamu buat cari mama baru ya. Perempuan yang cantik dan gak sakit-sakitan kayak mama.

Ucapan itu sangat menusuk dada Jenna, berhasil menembus perisai besi transparan yang dipakainya.

"JEEE!"

Jenna menghentikan langkahnya.
Menatap sumber suara yang memanggil namanya.

Tampaklah Vidya tersenyum kearahnya sambil melambaikan kedua tangan dengan deretan gigi putih yang dipamerkan.

Jenna menghampiri cewek cantik blasteran Indonesia-Australia itu.

"Gak ada pr kan?" Vidya bertanya sambil melangkah.

Jenna menggeleng dan menjawab seadanya
"Gak ada."
Mood nya hari ini terbilang jelek dan itu membuatnya malas bicara membuat dirinya berubah seratus delapan puluh derajat Celsius, Kelvin, Fahrenheit, Reaumur.

Sepanjang perjalanan Vidya ngoceh-ngoceh sendiri sedangkan Jenna hanya diam tak mendengarkan. Tatapannya kosong ia masih memikirkan kata-kata mamanya.

Tak terbayangkan di benaknya bila suatu saat nanti mamanya akan pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

.


Hingga akhirnya mereka sampai di kelas.

"Je lo mau tau gak cowok yang gue kagumin dari SD sampe sekarang?"

Pertanyaan Vidya meluncur begitu saja saat Jenna baru saja duduk di bangkunya.

"Siapa?"

"Dan lo tau? dia sekelas sama kita!" Vidya tersenyum sendiri sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Siapa?"

Vidya mengalihkan kedua tangannya dari wajah ke samping mulut lalu mendekati telinga Jenna untuk membisikkan.

"Rakanarja."

Vidya menjauhkan wajahnya setelah membisikkan nama itu.

"Tapi gue cuma sekedar kagum doang sih. Gue juga gak bakal terluka kalo liat dia ma cewek lain. Im fine he just my friend."

.

"Itu dia!!" 

Jenna mengikuti arah telunjuk Vidya yang menunjuk ke seorang cowok.
Cowok itu berdiri bersandar di samping pohon sambil memainkan benda hitam mengkilap.

Tatanan rambutnya sangat cocok untuk dia.
Rambut se mata namun tak sampai menutupi matanya.
Tubuh tinggi dan kekar namun tak berisi.

Jenna mengangguk kecil.

"Eh nyokap gue udah jemput. Lo mau nebeng?"  Tawar Vidya setelah satu mobil putih berhenti di depannya.

Mereka sekarang sedang berada di halte bus depan sekolah.

"Nggak usah, terima kasih."

"Beneran nih?" Vidya memastikan.

"Iya."

"Yaudah gue duluan ya. Dadah!"

Jenna mengangguk lalu tersenyum.

Seorang cowok menaiki motor ninja hitam tiba-tiba berhenti tepat di depan Jenna setelah mobil Vidya melesat pergi.

Biru PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang