7

12 1 0
                                    

Jenna memakan sepotong sandwich buatan Sarah meski cewek itu tak nafsu makan.
Demi apa?

Jenna duduk berhadapan dengan Cookie
bersebelahan dengan Verdyan yang berhadapan dengan Sarah.

"Makan yang banyak ya Jenn, masih banyak kok." Sarah tersenyum ramah pada Jenna seolah-olah dia ibu kandungnya.

Jenna tidak memberi respon apapun hanya bisa menghela napas dan berharap semoga hari cepat berganti.

Cewek di depan Jenna yang bernama Cookie menatap Jenna lekat.
Banyak yang ingin dia tanyakan pada saudari tirinya. Mungkin ia akan menanyakannya nanti.

"Je kamu ke sekolah di antar papa ya sama Cookie juga."

Ucapan Verdyan membubarkan lamunan Jenna membuat cewek itu menatap tak santai papanya. Papa tirinya.

"Apa?"  Jenna bertanya siapa tahu dia salah dengar. Siapa tahu otaknya salah menerjemahkan getaran gendang telinganya.

"Kamu ke sekolah di anter papa sama Cookie juga."

"Cookie sudah pindah ke sekolah kamu kebetulan juga dia sekelas sama kamu. Jadi, kamu harus temenin dia disana."
Tambah Verdyan.

"Tapi Jenna ke sekolah sama-"

"Nando?"

Jenna terdiam.

"Papa gak mau tau pokoknya hari ini papa yang anter kamu!"

"Iya Jen hari ini aja kok." Cookie menyahuti dengan manis.

"Hmm." Jawab Jenna setelah menghela napas untuk kesekian kalinya.

Setelah beberapa detik Jenna meraih ponselnya dari meja makan itu.
Dibukanya suatu aplikasi lalu tangannya mulai lincah bergerak-gerak di layar.

Jenna:
Sorry Nan gue ke sekolah di anter bokap

Nando Alghinavi:
Oke

Seorang cowok dengan sepeda motornya yang sejak tadi berhenti di depan sebuah rumah langsung pergi melesat tanpa jejak.

Padahal gue udah lama nunggu lo Jenna

Maafin gue Nan. Gue tau lo udah nunggu gue sejak tadi pagi di depan gerbang. Sorry

.

"Papa. SMP NIRMALA itu kaya apa sih? emang bakal sebaik SMP yang dulu?" Cookie yang duduk di sebelah kursi pengemudi itu bertanya pada sang pengemudi.

Sedangkan dia..
Cewek berwajah pucat, bibir kering dan badan kurus itu hanya terduduk di kursi belakang lemas. Tatapannya kosong kearah jendela.
Jenna. Hari ini.. hatinya makin membiru rasanya seperti ada serpihan kaca kecil tajam yang menusuk di seluruh tubuhnya.
Ini hari terburuk yang pernah ada.

"Emm ya apa ya. Sekolahnya seru-seru aja bahkan mungkin lebih baik dari sekolahmu yang dulu. Kalau kamu masih bingung kamu bisa tanya kakak Jenna." Jawab si pengemudi dengan seutas senyum yang indah.

Pandangan Jenna tetap keluar-  bersamaan dengan air mata yang turut keluar membasahi pipinya  -melihat suasana jalanan pagi hari dari kaca jendela.

Dari kaca yang kini basah tertetesi oleh bulir-bulir dingin dari awan mendung diatas sana.

Tangan Jenna terasa bergetar. Karena getaran ponsel yang dipegangnya.

Rakanarja Elgantara:
Jenna

Biru PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang