10 (END)

159 27 0
                                    




.



.



.









David pernah memikirkan tentang keberadaan dunia ini saat ia berusia 15. Kemana orang akan dibawa saat mereka sudah meninggal atau bagaimana cara menyelesaikan sebuah perasaan asing yang terus datang tanpa ia minta. Ia juga memikirkan tentang bagaimana rasa mencintai dan kehilangan seseorang yang dicintai. Kadang, ia juga masih memikirkan tentang bagaimana orang lain bisa merasakan emosi.

Putra semata wayang keluarga Kim itu di besarkan dengan hati yang sudah mati. Sejak kecil ia dididik untuk menghilangkan rasa kemanusiaan nya dengan alasan karena dirinya lah yang akan diwariskan perusahaan milik sang ayah. Papanya mendidiknya dengan keras, semata-mata hanya agar ia membunuh semua perasaan yang di anggap merepotkan untuk menjadi seorang pemimpin. Sedangkan sang mama menjadikannya sebagai bidak catur, seseorang yang harus mengotori tangannya demi keegoisan orang yang berkuasa.

Ya, singkatnya di ukurannya yang masih anak-anak, David Kim sudah di ajarkan untuk membuang rasa empatinya. Ia diajarkan untuk membunuh perasaan itu supaya ia menjadi seseorang yang kuat. David menganggap dirinya tidak memiliki pilihan, sehingga ia berakhir menuruti kedua orang tuanya. 

Apa yang diajarkan oleh mereka sudah ia terapkan saat itu, sebelum ia bertemu dengan Marvin Kim. 

Benar, Marvin Kim memang penyebab dindingnya secara perlahan mulai roboh.

Ia banyak berubah. Apa yang dikatakan papanya tidak salah, ia memang berubah, sangat melunak sejak mengenal Marvin.

David rupanya juga manusia biasa. Lelaki yang haus akan kasih sayang, perhatian dan juga rasa belas kasih. Ia mendapatkan semuanya dari satu orang saja, Marvin Kim, mataharinya. Marvin Kim telah memberikannya cinta tanpa rasa pamrih. 

Tanpa sadar, David merasa dirinya tidak masalah jika ia harus membuang banyak hal demi kekasihnya, ia tidak masalah jika ia bahkan harus menghilangkan dirinya dari dunia jika Marvin yang menginginkannya. Semua yang ia lakukan selama ini adalah untuk Marvin, untuk melihat Marvin tertawa, untuk melihat Marvin tersenyum, untuk melihat Marvin tetap hidup bersamanya hingga rambut mereka memutih suatu hari nanti. 

David terobsesi?

Iya, karena hanya Marvin saja yang dapat menjaga sisi kemanusiaannya.

Hari ini adalah keesokan dari kemarin, hari ini ia bisa melangkah menjadi orang yang lebih baik atau sebaliknya. Semuanya tergantung dari niat dan bagaimana cara kita memandang dunia.

Ia datang ke desanya setelah mengurus perpindahan di kampusnya. Pada akhirnya ia (terpaksa) menerima sang ayah yang terus kekeuh agar dirinya mau mengemban ilmu di luar negeri. Mungkin setelah ini ia akan menyusun rencana baru agar ia tidak perlu menghadapi permintaan ayahnya yang sangat merepotkan dan membuatnya jengkel. 

Desanya itu sudah hancur. Tempatnya tumbuh bersama sang terkasih selama 10 tahun kini sudah hilang, tak layak lagi untuk di tempati. Masih ada sekitar 4 rumah yang layak dipakai tapi penghuninya pun sudah dievakuasikan sejak kejadian penyerangan itu.

Alongside ft. Junshiho/Mashikyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang