Bisa menimbulkan kejang-kejang karena beberapa kata kasar
•
•
•
•
•
© Haruichi Furudate•
•
•
•
•
•
•
•
•Setelah berduaan sama Kuroo, gue mutusin buat balik lagi ke dalam. Matahari udah mulai ke barat dan langit mulai gelap, nggak bingung sih mau tidur di mana nanti tinggal numpang ke kamar Kak Kiyoko atau Yachi. Gue nggak tega bangunin Suna dan nggak mungkin juga kita tidur berdua. Bukan Mahramnya kata bapak guee... Dan gue masih kebayang-bayang kejadian tadi ( ・ั﹏・ั).
Kuroo balik ke wilayahnya, katanya ada urusan. Dan malam ini cuma ada Kak Kiyoko, Yachi, Kita, Suna, sama Akaashi.
Gue harus minta maaf sama Akaashi, tadi udah nggak sopan ngomong kayak gitu.
Saat gue masuk ke kastil lagi dan berhenti untuk minum di dapur. Gue lihat dari pintu Akaashi juga mau ke dapur.
"Akaashi." Panggil gue.
"Eh (Name), disini?" Doi balik tanya.
Tapi ekspresinya nggak sesantai kemarin, kayak ada rasa takut, cemas, ama bingung gitu. Gue samperin dia dan keliatan mundur-mundur gitu. Langkah kaki, gue cepetin dan tangannya gue raih.
"(N-Namee)..."
Dia mau nepis tangannya tapi langsung gue raih dua-duanya. Njir setakut itukah? Lumayan gemes sihh.
"Jangan menghindariku Akaashi... Aku tidak ada teman untuk bicara." Rayu gue dengan suara sok dimelas-melasin.
Kayaknya doi dikit luluh, tarikan tangannya berhenti dan liatin wajah gue. Kita berdua saling tatap-tatapan dan gue bisa lihat pipinya merona, alhasil gue juga ikut merona -_-.
"M-maaf..."
Oh hatiku.... Gilak manis banget ni bocah kalau malu. Pengen gue cubit tu pipinya, gemessssssshhhhh.
"Tidak, aku yang seharusnya minta maaf sudah mengatakan hal yang tidak-tidak pada dirimu. Padahal kita baru kenal, seharusnya juga aku bersyukur karena bisa bertemu dengan kalian. Tidak bisa ku bayangkan jika yang menemukan ku adalah vampir lain."
Gue ngomong gitu sambil nahan supaya nggak melahap pipi Akaashi, ucul banget kayak bocil dimarahi mak nya. Mungkin dia malu karena dari tadi gue pegangin terus tangannya, wajahnya ganti nunduk gitu. Hehehehe lumayan gue bisa modus sekalian ( ꈍᴗꈍ).
Akaashi POV
(Name) memegang tanganku? Kawaii. Ah memalukan aku tidak berani menatapnya, ingin sekali lebih dekat dengannya.
Aku juga bersyukur (Name), kita bisa bertemu. Karena kebaikan hatimu, Suna san bisa pulih dengan cepat.
"Aku juga bersyukur." Balasku kemudian kembali menatap matanya.
(Name) tersenyum manis sekali, andai dia bukan manusia terpilih mungkin saja akan ku jadikan sebagai istriku. Tapi, aku juga punya firasat bahwa yang lainnya seperti memiliki perasaan yang sama sepertiku.
Aku tidak mau kalah dengan mereka.
"Akaashi."
"Akaashi.."
"Akaashiiiii!"
"Eh i-iya (Name)?."
Ah sial! Aku melamun sambil memandangi wajah (Name), apa yang akan dipikirkan (Name) nanti, pria dengan mata jelalatan?
"M-maaf (Name)." Ucapku dengan gugup, ahhh aku terlalu kikuk.
Akaashi POV End
"Tidak perlu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘽𝙇𝙊𝙊𝘿 𝙎𝘾𝙍𝘼𝙏𝘾𝙃 [𝕳𝕼 𝖃 𝕽𝖊𝖆𝖉𝖊𝖗]
Fanfiction🐾(Name) yang begitu tergila-gila pada hal-hal mistis, tiba-tiba saja masuk ke dalam dunia yang peradabannya begitu berbeda dari kehidupan aslinya. 🐾 ‼️MOHON DIBACA‼️ 🐾Status: writing process 🐾Genre: Dramatic 🐾Fanfiction writer: ADSRE 🐾Owner o...