31 | Alhamdulillah, Sah! (End)

70 24 6
                                    

|||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|||

"Sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah." Sang penghulu melanjutkan dengan membaca doa.

Di depan penghulu, pria dengan balutan pakaian serba putih ditambah peci di kepala, tersenyum penuh syukur karena berhasil mengucapkan ijab kabul. Meski di awal tadi sempat ada kesalahan, pada pengulangan kedua, Awan sukses menuntaskan ucapan akad dengan baik dan benar.

Kini, dia tidak lagi menyandang status lajang, sudah ada pendamping yang sekarang tengah keluar dari persembunyiannya.

Berjalan menuju akad dilaksanakan, Padme bersama kegugupan yang melanda berusaha melangkah dengan benar. Jantungnya berdetak sangat kencang, kedua tangannya dingin dan bergetar. Rasanya Padme ingin menghentikan waktu sejenak, hingga kegugupan tak lagi menyerangnya.

Menatap gadis yang kini menjadi istrinya, Awan mencoba menembus manik Padme bergerak tak tentu arah. Hanya bagian mata gadis itu yang terlihat, karena di pernikahan dan seterusnya, Padme memutuskan untuk menggunakan cadar.

Menyambut kedatangan istrinya, Awan segera meletakkan tangannya pada ubun-ubun Padme. "Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih," ujarnya sesuai dengan apa yang dianjurkan.

Selanjutnya mereka bertukar cincin, pada saat itu juga terdengar riuh menggoda dari keluarga yang menyaksikan. Sebab Padme tampak takut-takut ketika Awan mencoba meraih tangannya, pun Awan terlihat antara ingin dan tidak menyentuh tangan istrinya demi memasangkan cincin.

Keduanya merasa sangat canggung, hingga atas dorongan dari penghulu juga para saksi di sana, akhirnya cincin berhasil terpasang. Senyum di wajah kedua mempelai merekah, turut berbahagia atas kelancaran di hari istimewa ini. Meski tak terlihat secara kasatmata, Awan dapat melihat sorot bahagian dari istrinya melalui kedua mata gadis itu.

"Terima kasih, Padme. Saya akan berusaha untuk menjadi pemimpin, imam dalam keluarga kita. Hingga maut memisahkan nanti, tetaplah setia bersama saya," ucap Awan tulus.

Mengangguk, Padme menjawab lembut, "Iya, mari kita bersama-sama menata rumah tangga ini. Aku berharap, sejak hari ini, kita dapat terus meningkatkan kualitas diri dalam mengurus anak-anak kita, sekarang hingga nanti."

Awan mengamini, kemudian mencium punggung tangan Padme. Sorot haru tak juga lepas dari mata mereka, keduanya sama-sama tak menyangka bahwa hari ini sudah tiba, dan mereka dapat melaluinya dengan baik atas bantuan Allah.

Kini, mereka berharap agar Allah tidak henti-hentinya memberikan mereka kemudahan dan petunjuk dalam tiap hal yang siap menghadang perjalanan mereka ke depan.

***

"Terima kasih," ucap Padme setelah diizinkan masuk lebih dahulu ke dalam kamar. Malam ini, atas desakan para keluarga dari kedua belah pihak, pasangan pengantin baru itu akhirnya menerima untuk menikmati hari mereka di hotel yang telah disiapkan.

Kiriman Berharga Dari Negeri Piramid | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang