22 | Tentang Zaky

37 21 0
                                    

|||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|||

Tiba pada larut malam, sekitar jam sebelas lewat, ponsel Padme berdering. Menyudahi bacaannya pada quran, Padme mengambil benda elektronik pipih tersebut. Melirik sejenak bayi yang terlelap sejak dua jam lalu, gadis itu menerima panggilan.

"Halo, Li. Beneran tengah malam ya, kamu hubungi aku." Padme duduk di tepi ranjang, membelakangi bayi Ali yang tidur.

Terdengar kekehan dari Liliane, perempuan itu membalas, "Habisnya baru free sekarang, aku juga pengin cepat-cepat cerita. Ya, mau nda mau, begitu dapet waktu lepas kayak gini, langsung aja telepon."

"Mashaa Allah. Aku jadi makin penasaran, ada apa sebenarnya."

"Sebelum itu, gimana anakmu? Sudah tidur atau masih jaga? Aku takut ganggu mereka."

"Jam segini, rumah sudah sepi, Li. Kalau pun ada yang jaga, palingan Ishaq yang lagi main game. Tapi sekarang dia sudah jarang main game, lumayan cepat dia tidur. Malah Bundanya ini yang jaga," sahut Padme diiringi tawa kecil.

"Tenang, kamu jangan takut. Ada aku yang temani kamu bergadang malam ini." Liliane terkikik.

Mengangguk berulang, Padme pun memancing agar Liliane segera memulai berbicara akan hal yang membuatnya penasaran dari awal dibicarakan. "Sekarang cerita, kenapa? Kabar apa, sih?"

Terdengar dehaman, tampaknya Liliane tengah menyiapkan diri sebelum memulai topik utama mereka malam ini.

"Ekhem! Gini, kamu jangan kaget, ya. Aku peringatkan dari awal."

"Inshaa Allah." Padme membenarkan posisi duduknya.

"Tentang Zaky, Pad. Aku perhatiin, ya, dia kayak ada rasa sama kamu," buka Liliane langsung.

Mendengar ungkapan tersebut, sontak Padme terkejut. Dia memang menjaga jarak terhadap laki-laki, termasuk pada teman-temannya sekalipun. Jadi, tentang kepekaan seperti ini, dia kurang cepat tanggap. Sebab yang gadis itu pikirkan adalah dalam beberapa waktu ini, dia belum membuka jarak terhadap lawan jenis.

Meski terkadang Padme merasa ada yang aneh pada sikap Zaky terhadapnya, Padme tak punya gambaran pasti terkait ungkapan isi hati pria itu.

"Hah? Masa?!"

"Tuh, 'kan. Kamu kaget!"

"Kamu dengar ini dari mana, Li? Jangan asal, ah," tukas Padme masih tak percaya.

"Kelihatan banget tahu, Pad! Dari cara dia lihat kamu, perhatiin setiap kamu bicara, kalau orang yang nda ada ketertarikan sama sekali, nda mungkin dia perhatiin kamu selekat itu!"

Tanpa sadar, Padme menghela napas hingga Liliane menyadari hal tersebut.

"Dari cara kamu menghela napas, roman-romannya, kamu nda ada rasa sama Zaky, 'kan?"

Kiriman Berharga Dari Negeri Piramid | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang