3 | (Bukan) Sugar Baby

64 30 1
                                    

|||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|||

"Assalamualaikum, Ibu!" sapa Padme yang kemudian diikuti oleh Liliane dengan sapaan yang berbeda.

"Selamat pagi, Ibu. Lama tidak berjumpa."

Padma dan Liliane bergantian memeluk Ibu kantin yang mana selama sekolah, mereka sering memesan makanan di sana. Jika ada waktu kosong, mereka juga suka nongkrong di sana sembari memakan camilan atau sekadar minum. Bahkan, tidak jarang mereka suka mengambil kesempatan untuk singgah sebentar di kantin saat izin keluar--toilet.

"Ya Allah, lamanya sudah Ibu nda lihat kalian. Baru muncul sekarang."

"Begitulah hidup, Bu. Kalau sudah lepas dari masa-masa menyenangkan kaya gini, jauh dari teman-teman yang biasanya kumpul, bakal fokus sama kehidupan masing-masing," sahut Liliane, dia duduk di kursi panjang.

Padme mengangguk setuju, terutama bagi seorang introvet sepertinya. Tidak dapat dimungkiri bahwa menjadi fokus pada diri sendiri merupakan kesenangan yang istimewa, tidak melibatkan banyak pihak secara langsung atau tatap mata. Bukan bermaksud menolak adanya aksi sosial, Padme hanya merasa dia akan lebih nyaman dan mampu bekerja dengan baik jika sendirian, dia bisa menjadi begitu gugup saat bertemu oran gbanyak. Walau kegugupan itu tidak terlihat jelas, orang-orang tidak akan tahu apa yang dia rasakan hanya dalam sekali tatap.

"Betul, Ibu. Maaf, kami jarang sekali kemari. Hampir nda pernah malah," sambung Padme tidak enak hati.

Ibu kantin menggeleng santai. "Nda masalah, yang penting kalian sudah berkembang. Maksud Ibu itu, kalian sudah bisa menemukan jalan sendiri-sendiri. Sekarang kalian kesibukannya apa? Kerja atau kuliah?" tanyanya kemudian.

"Aku masih kuliah, Bu. Lagi cari lowongan kerja juga, belum dapat-dapat," jawab Liliane yang pertama.

Ibu kantin mengerutkan dahi. "Banyaknya lowongan kerja itu Ibu lihat, masa kamu nda pernah dengar?"

"Iya, Lili juga ketemu sih, Bu. Tapi nda cocok, ah."

Padme mengambil satu bungkus makanan ringan yang dijual. "Nda cocok kenapa, Li?"

"Gajinya kurang besar, kah?" tambah Ibu kantin.

Liliane mengedikkan bahu bingung. "Nda ngerti, ah. Kayak kurang pas aja, gitu. Terus banyak juga yang sip-sipan, 'kan? Nah, mangkanya aku malas."

Padme mengangguk paham, pembagian waktu dalam pekerjaan bagi mahasiswa yang masih menempuh pelajaran merupakan sesuatu yang memiliki pertimbangan panjang. Kecuali jika mereka bisa mengatur jam kerja sendiri, seperti jika masuk kuliah pagi hingga siang, bisa mengmbil kerja setelahnya.

"Iya juga, sih. Kalau kamu dapat jam kerjanya pas masuk kuliah kan, ribet." Padme mengunyah makanan ringan tadi.

"Nah, itu dia Pad. Kalau misalnya aku minta izin, masa setiap dapat jam begitu aku izin terus. Bisa jebol nilaiku, yang ada nanti ngulang lagi."

Kiriman Berharga Dari Negeri Piramid | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang