Sasa menikmati segelas jus jeruk di kantin dengan khidmat. Dia sedang di kantin sendirian, tidak bersama Resti atau Nina. Akhir-akhir ini Resti sibuk dan tidak bisa diajak main, ibunya Resti juga berkali-kali memarahi Resti yang kadang melanggar peraturan, ada di luar rumah saat lewat pukul 7. Maka izin Resti untuk berkeluaran sekarang sangatlah sulit.Sedangkan Nina, ah, si bucin itu memang sedang menghabiskan masa pacarannya dengan Rizkand. Sisalah Sasa yang masih jomblo ini.
"Hai, boleh duduk di sini?" Pertanyaan itu membuat Sasa menoleh, dan mengangguk saat melihat siapa yang bertanya.
"Boleh, Ra." Sasa mempersilakan teman lamanya, Rara Virnayanti untuk duduk.
Sasa tidak peduli apakah Rara akan bertanya tentang hubungannya dengan Jalu atau tidak, toh memang sudah tabiat Rara dari dulu.
"Sendirian aja? Nina mana?" tanya Rara. Rara memang tidak mengenal Resti, mengingat pada awal-awal perkuliahan memang Resti tidak terlalu dekat dengan Nina dan Sasa karena konflik lama itu.
"Nina lagi sibuk pacaran sama Rizkand, biasa."
"Oh." Rara mengangguk-angguk, sesekali menyeruput jus jambunya. "Lo sekarang kerja di mana, Sa?"
Nah, ini yang menarik. Jadi, dulu stasiun TV tempat Teropong Malam tayang memang satu studio dengan stasiun radio tempat Sasa bekerja. Karena satu kampus, jadilah mereka mengenal satu sama lain.
"Sejak keluar dari pengisi radio, gue sekarang jadi penulis, sih," jawab Sasa, "gue sering ngisi-ngisi artikel gitu. Sama tim marketing sosial media di perusahaan gitu, gue cari pekerjaan yang bisa dari rumah. Sibuk kuliah."
Rara mengangguk mengerti, kesibukan kuliah memang membuat mereka kelelahan.
"Gue denger lo deket sama Jalu, kayaknya seru deh, Sa, kalau kita kumpul bareng. Kan bentar lagi ada Lintas Alam."
Benar juga. Acara Lintas Alam kembali dibuka, dan memang acaranya sebentar lagi, membuat Sasa berpikir untuk mengiyakan ajakan Rara.
"Lihat nanti ya, Ra. Gue juga belum tahu, nih, acara ke depannya apaan. Nanti chat gue aja, nomor gue masih yang lama, kok."
***
Malamnya, sesuai diskusi, teman-teman Sasa akan menginap di rumah Sasa. Nina, Via, Hani, Melati, dan Syifa. Minus Resti, karena tidak diperbolehkan oleh ibunya.
Rumah Sasa kebetulan kosong, Sasa tidak ikut ayah dan ibunya yang pergi ke Solo untuk pertemuan keluarga. Jadilah mereka leluasa untuk mengobrol dan bersenang-senang.
"Lo sekarang gimana sama si Sultan?" tanya Melati pada Via.
"Ya gitu. Masih pacaran. Adem ayem aja, kok." Via menjawab.
"Si Hani, nih, pacarnya baru lagi!" Via berseru, menunjuk si Cut Hani, yang cengar-cengir.
"Siapa?"
"Adalah, namanya Teuku Ayatullah, dipanggilnya Teuku. Si Hani baper gara-gara diboncengin sama dia, terus pacaran. Orang-orang emang pada satsetsatset."
"Tapi masih gamon sama si Faris," keluh Hani, mereka semua tertawa.
"Yah, habisnya emang si Faris paling berkesan, sih," celetuk Syifa, "gue sempet kenal sama si Faris, kalau yang lain enggak tau gue."
"Hani mah cantik, yang ngejar juga banyak, pantes lah satsetsatset," tambah Melati, terkekeh pelan.
"Bener sih, soalnya kalau si Hani post di IG, komenannya buaya semua, cuyy," keluh Nina, "parah, Hani peletnya emang kuat, sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anatomi Rasa [✔]
TeenfikceBertahun-tahun lamanya, Sasa masih saja terpaku pada bayang-bayang masa lalunya dengan sang mantan gebetan yang sudah tertinggal di belakang. Sebenarnya Sasa tidak berniat mencari pengganti, tapi yang hilang memang akan selalu berganti, maka dari...