"Gue nggak punya rencana masa depan lain kecuali nikah muda, terus enjoy sama kehidupan gue sebagai istri. Punya anak lucu, ya udah nikmatin hidup aja." Pemikiran yang sangat amat sederhana. Di saat perempuan lain mungkin sedang berlomba untuk menjadi wanita mandiri yang bisa melakukan apa pun sendiri, dia malah ingin segera memiliki teman hidup.
Itulah Syahra, dia memang selalu memandang dunia ini dengan cara yang paling sederhana, menurutnya menaruh harapan besar soal apa yang ada di depan sana hanya membuat lelah. Seperti Prima sahabatnya yang sekarang sedang berbicara bersamanya di kafe yang tak jauh dari sekolah. Prima sedang pusing-pusingnya karena di hadapkan dengan berbagai latihan soal UTBK karena SNMPTN-nya tidak lulus.
"Lo mah stress."
"Enakan jadi ibu rumah tangga tau Prim, kayak ya udah nggak berkutat lagi sama tugas." Syahra sendiri selalu merasa muak dengan tugas-tugasnya, kadang dia sampai muntah hanya karena harus memahami dua soal matematika. Dia memang agak berbeda, di waktu-waktu tertentu dia agak alergi dengan mata pelajaran.
Prima hanya menggelengkan kepalanya, entahlah dia juga tidak tahu bagaimana awal mereka bisa bersahabat, dua orang yang sangat bertolak belakang. Syahra dengan segala kemalasannya sementara Prima dengan jiwanya yang sangat ambisius. Kalau ke toko buku Prima memilih buku-buku pelajaran serta latihan soal, maka Syahra akan langsung beralih ke rak novel, dia lebih suka kisah cinta manis daripada buku pelajaran yang memusingkan.
"Lo nggak takut hidup susah setelah nikah?" tanya Prima, ya paling tidak dengan berpendidikan tinggi pikirannya pasti lebih bisa terbuka.
"Makanya sekarang gue lagi kencengin doa sama Allah biar dikasih yang tampan, mapan, beriman dan berakhlak mulia."
Prima hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan pemikiran teman karibnya, tapi dalam hati dia juga ikut mendoakan semoga Syahra bahagia dengan pilihannya.
***
"Kamu nggak ada niat nikah muda Rey?"
Reyner yang barusan memasukkan makanan ke dalam mulutnya langsung tersedak dan menyambar air mineral di sebelahnya.
"Apa sih Ma!"
"Mama pengen punya cucu. Lagian apa sih yang kamu cari? Umur dua lima dengan kondisi udah punya rumah sendiri, karir bagus, kayaknya kamu udah cocok deh nikah."
Reyner memilih memahami karena memang dia sedang tinggal di Indonesia. Di mana ukuran kesuksesan adalah pernikahan, padahal sekarang karir Reyner sedang ada di puncak.
"Anak temen mama banyak, kamu kapan-kapan ikut mama arisan deh."
Reyner memilih diam karena memang selama ini dia tidak banyak bicara.
"Dengerin nggak sih?!"
"Denger."
Mamanya itu memang paling random, Tiba-tiba ingin punya cucu itu bagaimana konsepnya?
"Kamu mau nikah, 'kan?"
"Iya kalau udah ada jodohnya."
Mamanya tidak bisa menyembunyikan senyumnya, ingin punya cucu hanya alibi, dia sebenarnya ingin punya menantu, memiliki anak satu denga sifat sedingin kulkas lima pintu benar-benar membuat hidupnya sangat garing.
***
Spill prolog dulu yaw.
Sebenarnya nggak pengen numpuk cerita on going karena masih banyak yang belum selesai, tapi demi apa pun covernya ini tuh gemesss banget!
Aku nggak tahan banget buat pos. Jadi ini prolog dulu, nanti sisanya akan menyusul, kemungkinan update rutin kalau ceritanya Okxy sama Aruni udah tamat, bentar lagi kok itu.
Dan kayaknya untuk cerita yang lain juga bakal jarang up, karena memang sekarang aku lagi nulis di beberapa platform mohon dipahami ya guys!
Dan ya! Aku bawa kisah cinta yang agak nyerempet ke islami gitu wkwkwkw.
Ini sih gemes banget ide ceritanya, dijamin bikin baperrrrr!
Soalnya emang kisah cinta yang ada bumbu-bumbu islamnya itu selalu bikin gemesss.
Janga lupa dukungannya ya guys! Love you😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Imam Is an Idol
Teen FictionSelalu ada getaran spesial ketika pertama kali bertemu dengan sosok yang spesial pula. Itulah yang Reyner rasakan saat pertama kali bertemu dengan Syahra, saat ikut mamanya arisan ibu-ibu di sanalah keduanya bertemu dan Reyner memantapkan hati untuk...