9. The Right Timing

2.9K 295 62
                                    

Dini hari tiba tapi Mingyu dan Wonwoo masih terjaga usai menghabiskan beberapa jam untuk saling bertukar saliva dan saling menyentuh aset satu sama lain. Mereka kembali memakai celana yang tadi mereka lepas, Wonwoo juga kembali memakai bajunya yang dilepas oleh Mingyu. Setelah mencuci tangan mereka, Mingyu kembali membawa Wonwoo ke dekapannya dan mengecupi pucuk kepala Wonwoo penuh sayang.

"Dadaku sakit.." Cicit Wonwoo sembari memegangi dadanya yang terasa ngilu.

"Apa aku terlalu keras menggigitnya?" Mingyu menatap Wonwoo khawatir. "Maafkan aku, Terra. Padahal aku sudah berusaha untuk menahan nafsuku.. tapi kau terlihat sangat menggoda."

Wonwoo tersenyum dan mengusap pipi Mingyu. "Tidak apa-apa. Aku juga.. me-menyukainya."

Mingyu balas tersenyum lalu mengecup bibir Wonwoo. "Kau tidak menyesal?"

Wonwoo menggelengkan kepalanya. "I-itu pengalaman yang paling menakjubkan seumur hidupku.."

"Aku bisa menunjukkan hal menakjubkan lainnya di atas ranjang."

"Kau bilang kau tidak berpengalaman, tapi kau terlihat sangat berpengalaman."

"Yah.. soal itu..." Mingyu menghindari tatapan Wonwoo. 'Karena aku sering mengintip Ayahanda dan para selirnya di malam hari.'

"Apa kau bekerja di rumah hiburan? Atau kau pernah datang ke sana?"

"Tentu saja tidak. I-ini juga pengalaman pertamaku. Aku mendengarnya dari... Umm.. ah, ya! Aku mendengarnya dari Aven. Dia sangat berpengalaman."

Wonwoo mengangguk-angguk. "Taiga.."

"Ya?"

"Apa kita akan menikah?"

"H-huh?" Mingyu terkejut mendengarnya. "Me-memangnya kau mau menikah denganku? Kau bilang kau ingin mengenalku lebih dulu."

"Ah! Kau benar.. aku ingin mengenalmu."

"Tentu." Mingyu mengecup dahi Wonwoo. "Kita bisa memulainya dengan perlahan."

Dan setelah itu, mereka terus mengobrol dan mengobrol. Hingga tak sadar matahari mulai terbit dan menerangi kamar mereka dari celah gorden.

Sementara itu di Moridal, Jisoo melihat Seokmin yang sedang merapikan kamar dan mengemas barangnya. Dia mengetuk pintu yang terbuka itu dan Seokmin melihat ke arahnya.

"Selamat pagi?" Sapa Jisoo.

"Oh, ah, selamat pagi, Neva." Seokmin kembali pada kegiatannya. "Ada yang bisa aku bantu?"

"Kau.. akan pergi?"

"Ya, aku akan mencari Ta—.. maksudku Pangeran Taiga." Seokmin menggendong tasnya dan menghampiri Jisoo. "Dan mungkin aku tidak akan ke sini lagi." Dia menepuk bahu Jisoo. "Terima kasih untuk segalanya, Nevaza."

Dan saat Seokmin melangkah pergi, Jisoo langsung menahan tangannya. "Boleh aku bercerita padamu sebelum kau pergi?"

Seokmin diam menatap paras manis di hadapannya itu. "Pangeran Sabana tidak akan senang jika melihat kita berduaan."

"Sabana sedang pergi ke hutan." Jisoo mengeratkan genggamannya. "Sebentar saja, Aven. Aku butuh pendapatmu."

Akhirnya Seokmin membiarkan Jisoo mengajaknya kembali duduk. Dia hanya diam menunggu Jisoo memulai pembicaraannya.

"Jadi... Umm..." Jisoo menatap Seokmin sekilas. "Ini tentang Pangeran Sabana."

Seokmin mengangguk.

"Kalau kau dari kerajaan, kau pasti sudah mengenal Pangeran Sabana sejak lama, bukan?"

The King's Bride [⏹️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang