#3. Satu Atap

7.3K 553 19
                                    

"Kamu nggak capek, Bim baru pulang latihan, bangun pagi terus jogging?" tanya Hermawan saat melihat anak menantunya barusaja datang dari lari pagi keliling kompleks perumahan tempat tinggalnya. Bima tersenyum seraya mengusap keringat di wajah dengan lengannya. "Sudah biasa, Pah, ini aja saya kesiangan bangun, biasanya jam empat pagi sudah jogging.." jawab Bima. Hermawan menahan tawanya, terlebih lagi saat melihat Nayla yang nampak kacau pagi itu. "Sepertinya Nayla sedang buru-buru, itu kenapa pakai kemejanya kancingnya nggak sinkron gitu, Nay?" tanya Nilam seraya menunjuk kemeja Nayla. Gadis itu menggeram kesal lalu segera berlari menuju kembali ke kamarnya. Nilam terkekeh geli lalu menatap Bima. "Kecapekan ya semalam, Bim?" tanya Nilam. Bima tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Jam tiga kami baru tidur, Mah, makanya kesiangan," jawab Bima santai seraya meneguk teh hangat buatan Nilam.

"Ya pantas saja kesiangan, capek lah dari jam satu sampai jam tiga subuh.. Berarti optimis ya bakal cepet dapet cucu," ucap Nilam tanpa beban. Mendengar hal itu, Bima tersedak salivanya sendiri, beruntung teh yang ia tegak tidak menyembur keluar saking kagetnya dengan ucapan Nilam tadi.

"Bim, kenapa nggak bangunin aku sih?" kesal Nayla seraya meminum susu cokelatnya.

"Pikirku kamu kecapekan jadi baru mau dibangunin setelah aku pulang jogging ee ternyata sudah bangun duluan," ucap Bima santai seraya menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Kamu kayaknya harus bangun pagian lagi, Nay, masa suami nggak di urusin, sekarang masih tinggal sama Mama, masih enak apa apa Mama yang siapin, ada Bi Narti juga, tapi kalau besok kalian udah tinggal sendiri, kamu harus lebih rajin, Nay.. Jangan kemaleman kalau mau tempur beronde-ronde," bisik Nilam. Mendengar ucapan Nilam itu, Nayla spontan saja menyemburkan nasi goreng yang ada di dalam mulutnya.

"Yaa ampun, Nay! Jorok banget!" omel Nilam.

"Habis Mama ngomongnya ngawur!" kesal Nayla. Bima dan Hermawan saling menatap sebelum akhirnya pemuda itu memberikan segelas air mineral pada istrinya.

"Yaa kan nggak salah keinginan Mama. Kayaknya Bunda Yuni juga punya keinginan yang sama. Kami pengen kalian cepet cepet punya momongan, kami ini kan juga pengen ngerasain nikmatnya momong cucu."

Uhuk.. uhuk..

Bima dan Nayla kompak terbatuk bersamaan. Sepertinya mereka memasuki kembali obrolan random soal momongan. Bagaimana mau punya momongan, Bima dan Nayla saja bahkan nyaris tidak pernah tidur bersama kecuali semalam. "Kalian ini, kalau diajak bicara soal cucu, langsung deh, reaksinya sama! Kalau nggak keselek, batuk batuk!" kesal Nilam.

"Yaa, aku sama Bima belum kepikiran buat punya momongan, iya kan, Bim?" tanya Nayla dengan netra tajam yang melotot seolah mau melompat dari tempatnya. Bima memberikan cengiran kudanya dan tersenyum canggung.

"Mas, Nay.." tegur Nilam.

"Ya?"

"Kamu itu lho, sudah Mama kasih tahu berkali-kali, panggil suami pakai sebutan Mas, Bang, Sayang, Suami, atau apa gitu yang mesra, nggak sopan panggil nama!" tegur Nilam saat Nayla membantu sang ibu membereskan meja makan sembari menunggu Bima mandi dan bersiap-siap.

"Kan usia Nay sama Bima sama.. Ngapain panggil Mas?" ucap Nayla tanpa beban. Tangan kanan Nilam sudah mendarat keras di punggung anak gadisnya itu. "Kamu ini dibilangin susah banget! Bima itu sudah jadi suami kamu, walaupun usia dia lebih muda sekalipun harus kamu panggil Mas untuk menghormati dia, paham?" ucap Nilam penuh penekanan. Nayla menganggukkan kepalanya namun tak lama pandangannya tertuju pada Bima yang nampak berbeda pagi ini. Jarang sekali Nayla melihat Bima berpenampilan sesegar ini. Kemeja flannel kotak-kotak yang sengaja tidak di kancingkan, kaos polos warna putih sebagai inner-nya, celana jeans warna biru muda dan sepatu kets warna putih, jangan lupakan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. "Nay, sudah siap, kok malah bengong?" tanya Bima seraya melambaikan tangan tepat di mata Nayla.

TRAPPED IN MARRIAGE √ TAMAT [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang