#7. Wejangan

4.6K 467 46
                                    

Bima menatap tajam ke arah Ganesha yang sudah sejak tadi berdiri menghadap ke arahnya. Nayla berusaha menenangkan Bima. Jujur saja, pandangan Bima saat ini benar-benar menyeramkan. Ia seolah ingin memakan Ganesha hidup-hidup.

"Bim, kita bisa bicarakan ini di rumah," ucap Nayla setengah berbisik.

Bima mengalihkan pandangannya pada Nayla yang memegangi tubuhnya agar tidak menghajar Ganesha. Bima tersenyum miring.

"Apa yang mau di bicarakan, Nay? Semua sudah jelas!" ucap Bima tegas.

Nayla menaikkan satu alisnya. Kini mereka saling beradu pandang. Dari sorot mata Bima, Nayla dapat merasakan amarah dan rasa kecewa Bima bersamaan.

"Kamu salah paham, Bim! Berapa kali harus aku bilang kalau ini salah paham!"

Bima diam. Ia kembali menatap Ganesha yang tampak santai di tempatnya. Bima memicingkan matanya pada Ganesha.

"Anda adalah komandan Nayla, tetapi apakah pantas Anda memperlakukan Nayla seperti tadi. Saya ingatkan, Nayla sudah menikah. Tolong, jaga jarak dengan dia," ucap Bima datar. Ia lalu meraih tangan Nayla, menggenggamnya kuat dan mengajak wanita itu berjalan menjauh.

"Saya hanya ingin memperlakukan Nayla dengan pantas," ucap Ganesha setengah berteriak.

Bima menghentikan langkahnya dan dengan cepat menatap ke belakang.

"Maksud Anda apa?" tanya Bima tegas. Laki-laki itu kini berusaha sekuat tenaga menahan emosinya.

"Saya tahu dia sudah menikah dengan kamu, tetapi selama pernikahan itu, saya tidak melihat Nayla bahagia. Dia murung. Sedih. Kadang juga tidak fokus saat bertugas. Saya sebagai atasannya wajib mengetahui penyebab dari perubahan sikap Nayla itu. Saya pikir apa yang saya lakukan tidak berlebihan," ucap Ganesha acuh.

Bima menahan napasnya sejenak lalu kembali mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.

"Kamu dengar, kan, Bim." Nayla berbisik tepat di samping Bima.

Bima kembali mendengus tertawa lalu menatap Nayla tajam.

"Kamu bahkan nggak memikirkan perasaanku, Nay. Aku ini suamimu, Nay! Sudah hampir dua bulan kita menikah, tetapi kamu tidak ada sedikitpun upaya untuk bisa menerimaku. Aku pikir seiring berjalannya waktu kita bisa sama-sama berusaha untuk saling terbuka dan membuka hati. Namun, aku salah. Hanya aku yang berjuang, kamu enggak," ucap Bima penuh penekanan.

Bima melepaskan tautan jemarinya dengan Nayla sebelum akhirnya berjalan menjauh.

Bima diam sejenak di atas sepeda motornya. Ia menunduk dalam dan membuang napas kasar. Bima sengaja mengejar Nayla hingga ke Semarang dengan mengendarai sepeda motor. Mengesampingkan keselamatannya sendiri demi memastikan Nayla sampai dengan selamat. Namun, Bima tidak habis pikir jika ia melihat hal yang membuatnya kacau.

Bima memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Hari sudah mulai gelap. Pikiran Bima masih tertuju pada Nayla. Bima masih berharap Nayla menghentikan langkahnya, tetapi dia salah. Nayla bahkan tidak peduli. Bima menggeram tertahan seraya menambah kembali kecepatan sepeda motornya. Ia dengan gesit melewati kendaraan demi kendaraan di hadapannya. Emosi membuat Bima semakin melaju kencang.

Tikungan demi tikungan ia lewati, tetapi saat memasuki salah satu tikungan tajam, Bima tergelincir. Hujan gerimis membuat jalan menjadi lebih licin dan karena salah perhitungan, Bima pun akhirnya terkapar di pinggir jalan.

Bima meringis saat merasakan nyeri di tangannya. Ia melihat jari kelingkingnya mengalami dislokasi. Tangan kirinya mengalami benturan yang cukup keras. Bima menahan napasnya sejenak dan menarik kembali jari kelingkingnya pada posisi semula. Perlahan ia bangkit dan berjalan pelan menghampiri sepeda motornya yang berjarak beberapa meter dari posisi jatuhnya. Beberapa warga sekitar menghampiri Bima. Beruntung kondisi lalu lintas tidak sedang ramai sehingga Bima masih diberikan keselamatan dan umur panjang.

TRAPPED IN MARRIAGE √ TAMAT [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang