Laki-laki pilihan Mama

96 32 253
                                    

Ingin sekali Zara menceburkan diri ke laut jika restoran favoritnya itu berada di samping laut. Malu sekali dirinya bahkan setelah sampai di rumah, malunya tetap sama saat masih ada di depan Lingga dan melihat tatapan aneh orang-orang padanya.

Kenapa harus Lingga, orang yang harus ia hindari itu pemilik restoran favoritnya. Ah... kenapa rencana Tuhan sangat tidak menguntungkan untuk dirinya?

"Zahra, Mama bikinin kamu coklat, mau nggak? Kalau nggak mau, biar Nana yang minum."

Zara tidak menjawab, membuat tanda tanya besar di kepala ibunya saat ini.

"Azzahra, budeg ya kamu?" Marinka kini menyusul ke kamar Zara yang terletak di depan ruang keluarga.

Zara yang sedang tiduran di atas kasur, menatap langit-langit kamarnya langsung berdiri. Marinka sangat benci jika melihat barang-barang diletakkan di sembarang arah. Wanita yang berstatus ibunya itu sangat gila kebersihan, sama seperti kakak sulungnya.

"Aduh-aduh, anak perempuan kok kayak anak laki. Nih kamar apa kamar main anak kecil?" Omel Marinka sambil memungut pakaian kerja, kunci mobil dan tas kerja anaknya yang berserakan di lantai.

Zara hanya menunduk karena takut. Marinka akan menjadi-jadi jika melihat anaknya menyahut dan menatapnya tanpa merasa bersalah, terlebih anak itu adalah dirinya.

"Mama pusing sama kamu Zahra, tapi ya udah lah ya, memang gitu sih kalau orang putus cinta. Kamu mau coklat panas?"

"Mama nawarin aku? Tumben."

Marinka yang sudah selesai menaruh barang-barang Zara pada tempatnya, kemudian melirik sang anak dengan jengah. "Tumben? Kapan sih Mama nggak perhatian sama kamu," Lalu menarik tangan Zara, membawa ke dapur.

Saat sampai di dapur. Teko berisi coklat panas sudah tersaji di atas meja. Asap berlomba-lomba keluar dari teko ketika Zara membuka penutup tekonya.

"Aduh." Ringis Zara saat tangan Marinka memukul pundak telapak tangannya.

"Tutup! Entar panasnya hilang kalau kamu buka semua."

Zara pun menutup kembali sesuai perintah Kanjeng Marinka yang sudah menatapnya tajam.

Marinka menghela napas, lalu mengusap dadanya sebentar. "Mau Mama tuangin?" Tanyanya lemah lembut. Perlakuan Marinka itu sama sekali bukan Marinka yang Zara kenal lebih dua belas tahun tinggal bersama.

"Boleh deh kalau ditawarin. Mama kok hari ini perhatian banget ke aku, pasti ada maunya nih."

Marinka tidak menjawab, ia langsung meletakkan cangkir itu tepat di depan anaknya yang masih menunggu jawaban.

"Apa nih Ma kira-kira? To the point aja, mau ngerasain nginep di Mari beach ya? Atau mau ketemu raja Dubai?"

"Bisa nggak, kalau Mama baik ke kamu, nggak usah ditanya-tanya terus?"

"Nggak bisa, aku curigaan orangnya, tapi gomawo Eomma."

"Bahasa apa lagi sih Zahra? Mama bingung lagi nih."

"Bahasa pacarku yang Korea, Ma."

"Udah punya pengganti si sipit, kamu? Astaga, cepet banget, terus gimana agamanya? Awas ya kecentol yang beda lagi."

Zara memasang ekspresi sedih agar skenarionya berjalan lancar.

"Beda lagi?" Tebak Marinka sedikit panik.

Zara mengangguk pelan, lalu memperlihatkan wajah idola Koreanya yang bernama Taehyung yang sedang berdoa dengan tangan saling menggenggam.

Wajah Marinka tidak tertebak lagi setelah melihat. Entah sedang menahan emosi atau sedang menyusun rencana agar anaknya segera putus.

BingungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang