Kanara menarik adiknya pergi dari tempat kejadian saat empat orang berbadan tegap, berjas berwarna hitam keluar dari mobil pajero.
Satu orang mencoba menekan kunci untuk membuka pintu, dua orang sibuk menghalau orang-orang agar pergi dari tempat kejadian, dan satu orang lagi sibuk berbicara menggunakan ponsel.
Kanara yang sudah duduk di kursi kemudi, mau tidak mau harus keluar lagi ketika adiknya hanya diam di sisi pintu penumpang sambil menatap lurus ke depan, menyaksikan Lingga keluar dari mobil dan dipindahkan ke kursi belakang.
Bisa Zara lihat, wajahnya pucat, matanya terpejam persis seperti orang yang sudah selesai menuntaskan hidup di dunia.
"Dek, ayo masuk, kamu nggak kasihan sama aku?" Kanara menanyai sambil mendorong adiknya masuk ke dalam mobil.
"Ka Nana, kamu nggak kasihan sama orang di depan itu?" Zara balik bertanya.
"Kasian, tapi lebih kasian cacing di perutku minta makan."
Zara tersenyum tipis, lalu meminta si gadis bersurai merah itu agar secepatnya pergi mencari warung. Untuk saat ini, Zara harus mengkhawatirkan cacing-cacing di perut Kakaknya. Kondisi Lingga, biar akan ia tanyakan pada Jelita—salah satu pegawai Lingga.
🌹
Api amarah itu langsung menguar di wajah wanita paruh baya yang baru saja tiba di rumah sakit bersama seorang perempuan.
Pria berjas hitam yang beberapa menit lalu memberitahu kondisi Lingga, langsung bangkit dari duduknya dengan perasaan kalut.
"Mana Tama?"
"Masih di dalem, Bu, lagi diperiksa."
"Gimana bisa sampai pingsan? Kerjaan kamu apa? Saya suruh kamu ngikutin dia dari belakang, kamu turutin nggak?"
Pria itu hanya bisa menundukkan kepala, ia merasa bersalah karena terlambat mengetahui keberadaan Lingga.
"Udah Ma, nggak baik ribut di rumah sakit."
"Kalani, ini taruhannya nyawa Tama, kalau dia mati gimana? Siapa lagi penerus Kakakmu?"
"Kakak masih bisa nikah lagi, Mama."
Wanita paruh baya itu mendengus. "Kamu nggak ngerti ya? Dia udah nggak minat lagi sama perempuan."
Seketika, Pria berjas hitam itu mendongak, demi melihat ekspresi majikannya. Tidak minat dengan perempuan? Itu benar-benar membuatnya merinding.
"Apa kamu lihat saya? Kamu pikir anak saya kaum nabi Lut?"
Pria itu langsung menundukkan kepala. Tampang majikannya sudah kembali galak. Ia buru-buru membuang pikiran bodohnya, lagipula, mana mungkin anak Ibu Oya mengikuti tren-tren jaman sekarang yang suka sesama jenis, ia tahu, pria yang menjadi ayah si tidak kuat matahari itu adalah pria sejati. Mungkin beliau lebih menyayangi mendiang istrinya sampai tidak berani membuka hati untuk orang baru.
Ketiganya langsung bubar begitu dokter keluar dari ruang UGD bersama seorang suster di belakang.
"Gimana cucu saya, Dok?"
"Masnya seperti biasa, Bu Oya."
Wanita paruh baya bernama Oya itu langsung memberi pujian dan bersyukur pada Tuhan karena sudah menyelamatkan cucu laki-laki dan pertama keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bingung
General FictionBaru putus dengan pacar lima tahunnya. Tiba-tiba ada seseorang yang tidak Zara kenal mengajaknya berpacaran. Kesialannya pun mulai dari sana. Hidupnya yang tenang tiba-tiba berubah seperti artis papan atas saat orang itu terus-terusan mengganggu.