Suka dua-duanya

34 13 62
                                    

Jam lima pagi, ponsel Zara berdenting. Satu chat dari Lingga begambar kamera terlihat di sana.

Zara tidak mau repot-repot mengambil ponsel seperti orang kebanyakan. Gadis itu masih duduk di sofa sambil membaca sesuatu di buku.

Zara baru menutup bukunya setelah ponselnya di meja berbunyi nyaring. Seseorang telah menghubunginya.

"Saya pikir belum bangun." Suara Lingga menyambut begitu Zara menerima telepon.

"Bangun, tapi tadi males aja langsungn cek, lagi sibuk baca."

"Kirain sibuk mikirin saya."

Hembusan napas Zara terdengar di telinga Lingga. Lelaki itu terkekeh di seberang sana.

"Mas Lingga, bisa nggak sih, jangan geer? Capek tahu nanggepin."

"Maaf, cuma becanda. Foto matahari terbit sesuai permintaan kamu. Kalau jelek, nggak usah komen, saya nggak jago foto."

Zara langsung mengotak-atik ponselnya, melihat foto yang dikirim Lingga. Senyumnya terpatri ketika melihat Lingga menjadi model dalam foto berlatar matahari terbit. Ia kemudian menempelkan kembali ponselnya ke telinga.

"Bagus banget, dikatain nggak bisa foto." Monolog Zara.

"Aku nggak req ada kamu."

Tawa Lingga kembali terdengar. "Iseng, bonus aja, siapa tahu kamu jatuh cinta sama saya nanti."

Sebenarnya, Zara merasakan ada yang berbeda pada hatinya setelah mereka benar-benar dekat. Akan tetapi ia tidak dapat menebak, apakah itu perasaan suka atau hanya sesaat saja karena ada seseorang yang memerhatikannya setulus Lingga? Zara benar-benar tidak tahu.

"Aku bakal simpen sebagai kenang-kenangan," putus Zara yang langsung mendapat senyuman lebar Lingga.

Kenapa sih senyumnya Lingga gitu amet, bikin jantung nggak aman aja. Batin Zara.

"Nanti kalau aku pulang, kita jalan lagi. Nanti ku traktir es krim."

Zara mengangguk, lalu mengatakan ya. Ia tidak akan pernah menolak lagi permintaan Lingga mulai sekarang.

🌹

Ketiga sahabat itu sedang tiduran di atas karpet ruang keluarga rumah Nero dengan mata menatap ke atap yang langsung memperlihatkan awan dan sinar matahari yang sedang eksis di atas sana.

Nero yang berada ditengah-tengah, beberapa kali menendang betis kedua sahabatnya secara pelan, membuat salah satunya marah sedangkan yang satunya sibuk menerima telepon.

"Apa sih, dari tadi kaki lo cari masalah aja?" Tanya Zara kesal setelah menutup telepon Lingga.

Nero mengaduh sakit karena Zara balas menendang betisnya kuat.

"Gue iseng, gitu aja marah, nggak asyik lo pada," kemudian Nero duduk menyila.

Damla berdecak kesal, lalu bangkit untuk mengambil kue coklat di atas meja. "Iya tuh, gue lagi kutekan, mana belum kering, kelau kena kakinya, ngamok lagi, kirain orang gay."

"Caper dia tuh," kata Zara kemudian,  langsung mendapat tatapan tajam Nero.

"Buat apa caper ke tikus got, nggak berguna."

Kue coklat mendarat tepat ke wajah Nero. Damla tersenyum miring saat pandangannya dan Nero bertemu.

"By the way, lo udah ada rasa ke Lingga?" Pertanyaan Damla membuat Zara menatapnya sebentar.

BingungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang