Segerombolan orang ber-pakaian jas berdiri di belakang Osamu. Mereka mulai menambak banyak peluru kearah pria itu.
Osamu hanya diam seraya tersenyum tipis. Sementara para anggota bonten telah berpencar sedari tadi.
Ia berbalik menatap segerombolan orang itu. Sebuah peluru hampir mengenai mata nya, tetapi dengan cepat Osamu menangkap peluru itu menggunakan tangan kosong.
" Itta, itta. " ringis pria itu.
Osamu segera melempar peluru digenggamannya kesegala arah, dan mengibas-ngibas kan tangan kanannya.
" sakit sekali. " gumamnya, seraya menatap telapak tangan yang memerah.
Segerombolan orang itu terkejut ketika melihat aksi Osamu, yang menangkap peluru dengan tangan kosong.
Iris coklat Osamu melirik kearah sebuah pistol yang tergeletak tak jauh darinya. Seketika, senyuman gila terlukis di bibirnya.
" Ne, siapa yang memerintahkan kalian untuk menyerangku? "
Ia arahkan pistol berisi peluru penuh itu kearah segetombolan orang yang menatapnya takut.
" A-ampuni kami! " seru salah satu dari mereka seraya berlutut.
Satu persatu dari mereka mulai berlutit dan bersujud di depan Osamu. Kecuali satu orang yang masih menatapnya tajam.
" Keberanian mu patut di puji. " ucap Osamu dan langsung menembakkan satu peluru ke arah dada kanan orang itu.
Seketika orang itu jatuh dan mati di atas genangan darah. Rekan-rekannya yang melihat itu semakin bergetar ketakutan.
Terlebih ketika merasakab aura intimidasi Osamu yang sangat kuat.
Osamu berlangkah maju mendekati mereka semua. Tangan kirinya terulur menodongkan pistol kearah mereka.
" Aku tak pernah mengenal rasa belas kasih. " ucapnya dingin penuh penekanan.
Tujuh peluru dapat membunuh empat belas orang yang tersisa.
Osamu menatap pistolnya, lalu menyimpan nya kembali. " Sate.... aku harus bagaimana? " gumamnya.
Ia berjalan melewati mayat-mayat itu dengan santai. Tak memedulikan keadaan sekitarnya yang cukup kacau.
" Saa, Kaeru ka. " gumamnya, berjalan keluar dari gedung itu, menuju tempat mobilnya terpakir
Ia masuk kedalam mobil bernuansa putih itu, lalu mengendarainya pulang.
Disisi lain, para anggota bonten telah selesai membersihkan puluhan orang yang menyerang gedung itu.
Haruchiyo menatap sekitar, mencari keberadaan Osamu. " Dimana dia? " gumam pria itu, seraya membersihkan katana-nya menggunakan kain putih.
Rindoi datang bersama Ran dengan kemeja yang penuh oleh bercakan darah " Ternyata kau sudah selesai. " ucapnya kecewa.
Haruchiyo mengernyit kesal mendengar penuturan rekannya. " kau pikir aku lemah? " tanyanya
Ran dan Rindou mengangguk bersamaan.
Urat-urat kekesalan muncul di dahi juga pipi Haruchiyo. " Sialan. " umpatnya.
Sepasang adik kakak itu memilih untuk pergi meninggalkan Haruchiyo yang terus mengumpat.
Skip~
Pada malam harinya.
Osamu mengunjungi sebuah bar terpencil, tempat biasa ia minum untuk melepas setres.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
' Bar Lupin '
" Seperti biasa. "
Seorang bartender tua, langsung menyiapkan pesanan Osamu dengan cepat.
Kringg
Suara bel pintu berbunyi, seorang pria bersurai blonde masuk kedalam bar itu. Juga suara langkah kaki yang menuruni tangga memasuki indra pemdengaran kedua pria itu.
" Osamu, ternyata kau disini. " ucap pria itu.
Senyuman tipis terlukis di bibir Osamu yang langsung menoleh kearah pria itu. " Yo! Inupi-kun. " sapanya.
Pria bernama lengkap Inui Seishu itu duduk di samping Osamu, dan langsung memesan minuman yang biasa ia pesan.
" bagaimana harimu? " tanya Seishu berbasa-basi.
" Tidak terlalu baik, belakangan ini aku selalu tertimpa kesialan. " jawab Osamu, membuat Seishu tertawa kecil.
Suasana menjadi hening, hanya ada suara dentingan kaca yang mengisi bar itu.
Tak lama kemudian pesanan keduanya telah siap.
" selamat menikmati. " ucap bartender tua itu.
" Arigatou. " ucap Seishu.
Osamu hanya diam, lalu meneguk sekali minumannya. " Hah, sudah lama aku tidak meminum ini. " gumamnya.
" Kemana saja kau selama ini? " tanya Seishu, mengingat sudah dua bulan mereka tak bertemu.
Dengan ber-semangat Osamu langsung menatap kearah Seishu, tak lupa dengan matanya yang berbinar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Mencoba seluruh teknik bunuh diri! " serunya.
Seishu menghela nafas lelah. Ia membiarkan saja Osamu yang sedang bercerita panjang tentang pengalamannya mencoba teknik bunuh diri. Sementara ia menikmati segelas alkohol yang dibuat dengan racikan khusus.