Disaster -7-

1.8K 340 18
                                        

Jaemin kira setelah tumbangnya dia beberapa hari yang lalu akan ada perubahan besar dalam perannya di rumah. Nyatanya tidak sama sekali. Semua berjalan seperti biasanya.

Setelah hari itu Jaemin kembali menjadi Jaemin yang hanya akan mengangguk untuk apapun yang ibunya inginkan. Sayangnya Jaemin suka melakukan itu. Mematuhi semua yang ibunya katakan.

Kalau dipikir-pikir rasanya lebih enak sakit ternyata. Atau haruskah Jaemin selalu sakit agar ibunya tetap menjadi 'ibu'nya??

Eh?? Jaemin buru-buru menggeleng. Mengenyahkan segala pikiran buruk yang hinggap di kepalanya. Dia tidak mau sakit. Bagaimana pun sehat adalah yang terbaik.

Ngomong-ngomong saat ini dia ada di kelas. Melamun dengan tangan bertopang dagu. Menatap kosong pada papan tulis putih di depan kelas.

"Jaemin!"

Dia tersentak. Lalu mendengus dan menatap sinis sosok Haechan di ambang pintu kelas. Sudah berkacak pinggang seolah terlalu lama menunggunya yang termenung. Padahal kan yang sedari tadi menunggu adalah Jaemin?!

Jaemin mendesah mulai beranjak dari bangkunya dan menenteng tasnya yang ringan. Dia mencebik.

"Kenapa aku harus menunggumu selesai latihan juga?!" Katanya begitu berhadapan langsung dengan manusia tengil itu.

Jaemin sebal karena Haechan, sosok yang dia amanatkan sebagai supirnya hari ini mengatakan akan latihan sepak bola. Masalahnya Jaemin malas menunggu anak-anak ekstrakulikuler satu itu latihan. Ada Sungchan soalnya.

Tak ada alasan khusus. Jaemin hanya tak suka.

"Ya karena kamu menumpang padaku!" Kata Haechan membalas tak kalah keras.

"Aku bisa pulang sendiri!"

Jaemin melipat tangan di depan dadanya. Menantang. Melihat apakah Haechan akan menurutinya atau tidak. Memang penumpang tidak tau diri.

"Oh???!!! Kau mau pulang sendiri?? Jung Jaemin??!"

Haechan turut berkacak pinggang. Tiba-tiba merasa tertantang.

"Iya! Aku akan pulang sendiri!"

"Oh?? Benarkah??! Bagus! Sana pulang sendiri!"

Jaemin berkedip, ini jawaban di luar dugaan. Tapi tentu akan memalukan jika tiba-tiba dia mengalah.

"Iya! Aku akan pulang sendiri!!"

Langkahnya terhentak tiba-tiba. Haechan mengangguk. Wajahnya tampak menyebalkan.

Jaemin semakin mencebik. Dia berbalik meninggalkan Haechan yang masih melipat tangan di depan dada melihatnya menjauh.

"Aku akan benar-benar pulang sendiri!" katanya berbalik. Tampak berharap Haechan akan mencegahnya pulang.

Namun yang ada Haechan malah mengangguk santai dengan tangan yang tersohor seolah mempersilahkannya berlalu. Sekarang wajahnya semakin mengesalkan.

"Jangan lupa bis ke rumahmu nomor 147"

Jaemin mendengus hal dasar seperti itu bocah sekolah dasar juga tau.

"Jangan hanya menatap jalan raya seperti orang bodoh"

"Kau yang bodoh!!"

Dia berbalik menatap Haechan. Alisnya hampir bersatu karena Jaemin terus menekuk wajahnya. Terlalu sebal.

"Haechan bodoh" gerutunya.

"Aku bisa pulang sendiri. Dia pikir aku masih anak sekolah dasar?! Aku bisa!"

Lalu sedetik kemudian Jaemin betulan hanya menatap jalan raya di depannya. Melamun di depan halte sendirian. Dia ketinggalan bis.

🦋🦋🦋

DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang