Difa berdiri menunggu seseorang di depan pintu rumahnya. Sesekali menatap rumah sebelahnya. Menatap penuh harap keluarlah seseorang yang ia tunggu segera keluar dari rumah. Ia mulai gelisah menunggu selepas mengecek jam tangan miliknya.
"Tuh anak mana, sih? Jangan bilang lupa," gerutu Difa yang mulai melangkahkan kakinya menuju gerbang rumahnya.
"Iya Bun, Bintang pergi dulu ya!"
Suara itu menarik perhatian Difa. Bintang yang baru keluar dari rumahnya langsung mendapat tatapan garang dari Difa.
"Lama banget sih? Niat nemenin gue ngga sih?" gerutu Difa yang melanjutkan langkahnya masuk ke halaman rumah Bintang.
"Sabar, namanya juga cowo siap-siap."
"Kalo buat cewe itu normal, lo cowo," ujar Difa yang membuntuti Bintang mendekat ke motor milik Bintang.
"Dih siapa bilang cuma buat cewe. Gue cowo wangi mangkanya lama." Bintang mulai menyalakan motornya dan mengeluarkan dari halaman rumahnya.
"Bilang aja lo mager aslinya kan. Ngga niat." Difa kembali menggerutu membuat mood Bintang turun.
"Jadi ngga? Kalo ngomel terus gue tinggal nih," ucap Bintang mulai menjalankan motornya perlahan.
Difa mendekat dengan cepat ke arah motor Bintang. Ia naik ke motor Bintang dan kini hanya diam.
"Ngga boleh cemberut mukanya kalo jalan sama gue. Gue malu nanti yang ada," ujar Bintang sambil mengarahkan spionnya agar dapat melihat Difa di belakangnya.
Bukannya mendapat wajah senyum Difa, Bintang mendapat pukulan kecil pada helmnya. Kini Bintang ikutan cemberut. Belum saja jauh pergi dari rumah, Difa sudah membuatnya dongkol.
"Kalo masih cemberut juga gue bawa ngebut nih," ucap Bintang dengan segera melajukan motornya dengan cepat.
Difa yang terlonjak kaget dengan sigap meremas kemeja Bintang yang dijadikan outer. Bukannya meminta Bintang pelan, Difa kembali memukul helm Bintang. Bintang mengaduh pelan.
"Modus banget sih lo!" teriak Difa yang kagetnya masih membekas.
"Lo yang modus pegang-pegang tuh," sahut Bintang sambil memelankan laju motornya.
"Reflek! Kalo ngga nanti gue jatuh," ucap Difa lalu melepaskan eratan tangannya dari kemeja Bintang. Tapi tangannya ditahan oleh Bintang dan ditarik agar memeluknya.
Niat baik Bintang agar Difa aman dibawa olehnya justru Difa mencubit tangan Bintang. "Modus banget lo kampret!"
"Modus dikit-dikit boleh kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPEND
Teen FictionPernah berharap tapi tidak menanti suatu hal yang diharapkan terjadi? Difa Faradea salah satu budak cinta martabak manis yang suka menyimpan memori manis. Memori manis yang selalu berputar di pikirannya ketika melamun atau kerap kali datang tanpa re...