"Sama sekali ngga."
Kalimat yang Bintang keluarkan membuat Difa mengernyit keheranan. Waktu kecil Bintang sangat dekat dengan Galang—ayahnya. Setahu Difa, keluarga Bintang adalah keluarga cemara seperti halnya keluarga Difa.
"Maksudnya lo ngga kangen sama om Galang? Bukannya lo anak kesayangannya?"
Bintang melempar tatapan sinis pada Difa. Difa mengernyit. Memangnya pertanyaannya adalah pertanyaan yang salah?
"Mending lo masuk, balik lagi terus makan aja sana!" perintah Bintang. Difa menyipitkan matanya sambil tersenyum.
"Diem-diem lo perhatian ya orangnya," ucap Difa membuat Bintang terheran.
"Gue cuma kasian!"
Bintang bangkit dari duduknya. Ia pergi masuk ke rumah meninggalkan Difa yang masih menatap kepergiannya. Difa ikut bangkit lalu membuntuti Bintang di belakang Bintang.
"Perhatian sama aja kaya kasian tau Bin," ucap Difa yang menyejajarkan dirinya di samping Bintang.
"Beda."
"Ngeyel."
Bintang menghentikan langkahnya. Ia memposisikan dirinya menghadapi Difa. "Perhatian itu kaya bunda ke gue, ada karena terdorong kasih sayang," jelas Bintang. "Kalo gue ke lo namanya kasian, karena lo babu gue," lanjut Bintang menjelaskan.
Difa melempar tatapan garang sambil berkacak pinggang. Seperti singa yang siap menerkam mangsanya. Sudut bibir Bintang terangkat sedikit. Ia tersenyum tipis membangunkan kucing garong yang sedari tadi mengganggunya.
Bintang kembali melangkahkan kakinya menjauh dari hadapan Difa. "Penjelasan gue ngga salah bray," ujar Bintang tanpa menengok pada Difa.
Difa mengejar Bintang. Tapi sayangnya ketika hampir sampai menarik bahu Bintang, hidung mancung dan dahinya bertabrakan dengan pintu kamar Bintang. Ya, Bintanglah pelakunya.
"Sialan lo Bin!" maki Difa sambil mengelus dahinya yang terasa sakit. "Aduh..."
"Kalo ngga gue tutup ntar jadi fitnah, lo masuk-masuk kamar gue," ujar Bintang yang kembali membuka sedikit pintu kamarnya.
"Ya mana gue tau lo mau masuk kamar ternyata."
"Alesan. Orang lo pernah masuk kamar gue, waktu anter seblak kematian lo."
Bintang menutup pintunya ketika Difa hendak berbicara. "Bintang kampret." Dari dalam terdengar suara gelak tawa Bintang.
"Apa lo masih klepek-klepek sama gue?!" Pertanyaan Bintang membuat Difa makin darah tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPEND
Teen FictionPernah berharap tapi tidak menanti suatu hal yang diharapkan terjadi? Difa Faradea salah satu budak cinta martabak manis yang suka menyimpan memori manis. Memori manis yang selalu berputar di pikirannya ketika melamun atau kerap kali datang tanpa re...