+ Our Bad Habits

2.3K 288 7
                                    

Lisa as Alesha
Yibo as Jerald

•••

Malam ini mendung membungkus Jakarta. Alesha tengah berada di kasur sembari membaca buku romansa yang ia beli dari gramedia. Mendengar gemuruh dari luar, Ale menutup buku yang ia baca. Berniat memasak mie untuk menemani cuaca hujan yang mungkin akan datang dengan segera.

Namun ternyata, lemari yang minggu lalu penuh akan mie, kini kosong. Gadis itu berdecak, menutup kembali lemari pantry, dan bergegas ke kamar untuk mengganti pakaian an mengambil dompet. Dia harus pergi berbelanja mie, lagi.

"Perasaan gue udah ngurangin makan mie. Kok tetep cepet abis ya?" tanya Alesha sembari mengunci pintu rumah. Tangan sebelah kirinya menenteng payung, berjaga-jaga bila saat pulang, hujan datang. Sementara tangan kanannya memegang dompet.

Setelah berjalan kurang lebih lima menit, Alesha sampai. Tapi bukannya lekas masuk dia malah termenung. Kedua matanya sibuk mengamati sosok laki-laki yang tengah duduk di kursi depan mini market sembari merokok.

"Lagi ada masalah pasti." Selepas bergumam, gadis itu masuk, membeli aneka macam mie instan dan beberapa kotak susu.

Namun lagi-lagi, bukannya bergegas pulang, Alesha memilih untuk memghampiri laki-laki itu. Laki-laki yang dulu, nyaris setiap hari memarahinya karena dia tidak bisa membatasi diri mengonsumsi mie. Laki-laki yang bukan pernah lagi, namun masih Ale sukai. Jerald

"Mending lo pindah," celetuk Ale. Jerald yang sedari tadi tidak mempedulikan sekitar langsung mengalihkan pandangan ke arah gadis itu. "kalau mau mati, ngerokoknya sekalian di pemakaman aja Jer. Di sini banyak orang, kasihan mereka jadi perokok pasif gara-gara lo," sambung Ale.

Jerald menarik sudut bibir kirinya ke atas, kemudian beranjak dari tempat duduknya. Setelah laki-laki itu berdiri tepat di hadapan Ale, dia menghisap puntung rokok yang dijepit indah oleh jari telunjuk dan jari tengahnya dengan kuat. Lalu, dengan tidak sopannya dia mengembuskan asap rokok itu di depan wajah Ale.

Ale yang sudah menduga tindakan kurang ajar dari Jerald menahan napas sembari mengibas-ngibaskan tangan. Sementara Jerald terkekeh. "Anjing ya lo," umpat Ale.

Jerald menatap kantong plastik yang Ale bawa. Laki-laki itu membuang puntung rokoknya, lalu menyeletuk. "Lo juga mau mati ya? Minggu lalu gue liat lo nenteng dua kantong plastik isi mie, sekarang lo beli mie lagi?"

Mendengar ucapan Jerald, Ale pura-pura berdecak kesal. Padahal dalam hati dia menahan senang karena ternyata laki-laki itu masih memperhatikannya. Ini adalah kebiasaan buruk mereka berdua. Rokok dan mie. Dulu, saat mereka masih terikat, tiap hari topik perdebatan mereka jelas karena dua hal itu. Tapi menurut Ale, itu seru. Dia belum pernah menemukan sosok lain yang seperti atau bahkan lebih dari Jerald dalam hidupnya.

"Nggak usah sok peduli," balas Ale.

Dahi Jerald berkerut. "Bukannya lo duluan yang peduliin gue? Gue mah emang suka ngasih feedback orangnya."

Kali ini, Ale kesal. Gadis itu langsung berbalik badan, hendak pergi dari mini market. Namun, seperti kesialan yang datang di waktu yang salah, hujan mengguyur tempat di mana mereka berpijak. Melihat Ale yang setengah basah Jerald tertawa. Sedangkan dalam hati Ale mengumpat ; "Dasar orang gila.", haduh, sayangnya orang gila itu mampu membuat kamu jatuh cinta, Alesha.

Tak mungkin jika Alesha bisa jatuh hati tanpa sebab. Kalau kalian ingin tahu, inilah sebabnya. Jerald melepas jaket kulit berwarna hitam yang ia kenakan ketika melihat Ale tampak kedinginan. "Pulang bareng gue aja gimana? Gue pake mobil, kok," tawar Jerald.

"Nggak usah. Gue bawa payung, nunggu agak redaan dikit nanti gue pulang," balas Ale.

Kedua insan itu kompak menatap jalanan yang tengah dibahasi langit. Inginnya, Jerald menghisap nikotin kembali, namun dia mengurungkan niat karena saat ini dia tengah bersama Ale. Mereka memilih sibuk dengan pikiran masing-masing sebelum— kruyuk .... suara perut Ale masuk kedalam indra pendengar Jerald. Untuk ketiga kalinya, Jerald tertawa.

"Lo laper? Masak mie di sini aja gih," saran Jerald. Tanpa basa-basi, Ale langsung masuk ke dalam untuk menyeduh mie. Laki-laki dengan kaos oblong hitam itu pun tersenyum tipis.

Mendapatkan peluang, dia kembali menyalakan puntung rokok. Menghisap dan mengembuskan beberapa kali ke udara dingin Jakarta. Di belakang, Ale berjalan mendekat sembari membawa dua cup mie instan dan dua kotak susu. Satu untuknya dan satu untuk Jerald.

Sebenarnya, Jerald dengan rokok itu hal yang bagus. Bagus untuk dipandang maksudnya. Ale sangat suka ketika melihat siluet pemuda itu dengan rokok. Rahang tegas, hidung mancung, bibir tipis dengan rokok itu jika dilihat dari samping memang kombinasi yang sangat sempurna. Tapi, itu tetap tidak baik bagi kesehatan Jerald!

Sadar ada seseorang yang mendekat. Jerald mematikan kembali rokoknya. Dahinya berkerut saat melihat Ale kembali dengan dua cup mie dan dua kotak susu. "Laper banget, Le?" tanyanya.

Ale memutar bola matanya malas, gadis itu mendorong cup dan kotak susu itu ke arah Jerald. "Buat lo."

Bukannya berterima kasih, Jerald justru berkata. "Lo beneran benci banget sama gue sampai pengen gue mati ya, Le?" mendengar pertanyaan Jerald, Ale yang sudah bersiap menyuapkan mie ke dalam mulutnya beralih menatap laki-laki itu.

"Maksud lo?"

"Gue abis ngerokok, lima batang, terus lo nyuruh gue makan mie. Ini mah lo nyuruh organ dalem gue mati semua." Jerald menatap mie instan dengan kuah pedas di hadapannya sedikit ngeri. Tapi dia tidak bisa bohong, aromanya sangat menggiurkan.

"Kalau nggak mau ya udah." Tangan Ale langsung ditahan kala hendak mengambil cup itu dari hadapan Jerald. Laki-laki itu unjuk gigi, sebelum merebut cup itu dan melahap mie dengan cepat.

Mereka makan tanpa ada suara. Hanya terdengar sruputan mie, suara hujan, dan gemuruh kendaraan di jalan raya. Ale berhasil menghabiskan mienya, sementara Jerald tidak kuat. Ini terlalu pedas. Pandangan laki-laki itu jatuh pada bibir merah khas orang habis makan pedas milik Ale. Jerald, dia rindu bagaimana bilah bibir miliknya bertemu dengan itu. Sungguh.

"Alesha."

Mendengar namanya dipanggil, Ale langsung menatap Jerald. Ada jeda beberapa detik, sebelum laki-laki itu berkata. "Gue boleh ikut lo pulang malam ini?"

•••

Wdyt? Part 2? 😳

YILISM WORLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang