Chapter 6

31 16 17
                                    

.
.


Nanda menatap sekelilingnya, ia tak melihat seorang pun di taman ini. Mungkin saja, orang-orang masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing sampai tak memiliki waktu untuk sekedar bersantai di taman ini. Dirinya bahkan yang baru saja pulang sekolah eh ralat habis dari makam bunda dan kakaknya sudah nongki di taman seorang diri.

Gadis itu tak masalah harus berjalan kaki sampai di rumahnya, ia tak mau membuat supir pribadinya kelelahan yang setiap waktu selalu sedia mengantarkannya kemana saja, lagi pula rumahnya tak terlalu jauh dari arah sekolahnya.

Nanda perlahan duduk di bangku panjang taman itu.

"Sepi banget." Celetuk gadis itu sambil bergidik ngeri.

Ia mendongakkan kepalanya guna memandang langit yang cerah berawan. Angin sepoi-sepoi terasa menyapu permukaan kulitnya membuatnya bisa merasakan sentuhan dingin tersebut. Nanda bahkan memejamkan matanya menikmati semilir angin yang berhembus dengan sangat merdu.

Sampai sebuah suara dedaunan kering yang seperti baru saja di injak terdengar di indera pendengarannya.

Sontak saja Nanda menoleh ke belakang, dan....

Wow!

Ia melihat seorang cowok tinggi berdiri di sana. Cowok itu terlihat menggunakan kaos lengan panjang berwarna hitam, celana panjang putih keabu-abuan, sepatu senada dengam kaosnya, masker hitam dan juga topi hitam. Lihatlah pemandangan itu, sungguh....

Misterius ....

Wajahnya tak nampak sama sekali, membuat Nanda memicingkan matanya mulai was-was.

"Di lihat dari perawakan misteriusnya, mungkin aja orang ini......

........ pencuri?!"

Nanda meneguk salivanya susah sembari memperhatikan sekitarnya berharap ada orang lain selain dirinya dan sosok misterius itu. Tapi jawaban yang ia dapat hanya satu,

Di taman cuma ada dia dan cowok itu!

Help ....

Rasanya Nanda ingin berteriak meminta tolong saat ini.

Sementara cowok yang di maksudnya hanya diam di tempat. Sampai cowok itu perlahan membuka topi dan juga maskernya, membuat Nanda seketika membeku di tempat.

Revil??

Nanda menggeleng dengan tegas "Nggak...nggak.... nggak mungkin! Itu halusinasi lo doang Nda, nggak mungkin kan kalau Revil ada di taman seperti sekarang ini." gumamnya masih dengan menggelengkan kepalanya.

Ia kembali menatap Cowok di depannya "Eh! Kok belum ilang sih?"

Nanda kemudian beralih mencubit pipinya sendiri "Aww!! Kok sakit yah?"

Gadis itu meringis sambil mengusap pipinya yang terlihat kemerahan akibat cubitannya sendiri. Perlahan Nanda kembali mendongak guna menatap cowok tampan yang sama persis dengan wajah pujaan hatinya.

Nanda lagi-lagi meringis kecil.

Ini kenyataan ternyata! Tapi.... kenapa rasanya ia masih tidak percaya yah?

"Revil...... Itu lo?" Tanya Nanda ragu-ragu.

Sadar dengan apa yang baru saja ia katakan, gadis itu sontak menepuk jidatnya sendiri.

"Kenapa gue nanya pake bahasa indonesia sih? Dia nya kan nggak ngerti."

Namun, melihat anggukan singkat dari cowok di depannya membuat Nanda membuang napas lega "Oh, tau bahasa indonesia ternyata...." gumam gadis itu, dan sedetik kemudian matanya terbuka sempurna.

Hope Not RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang