.
."Si Revil liatin lo tuh." Bisik Sara saat pandangannya mengarah pada Revil yang terus saja menatap Nanda.
Nanda yang tidak percaya langsung menoleh ke sebelahnya, siapa tau kan Revil tengah menatap orang lain bukan dirinya, biasalah gays, jangan terlalu geer dulu biar gak sakit hati. Nanda mengerutkan keningnya, yang berdiri di sebelahnya semuanya laki-laki,
"Masa iya sih Revil liatin cowok."
Gadis itu mundur selangkah dan tatapan Revil tetap mengarah padanya. Tepat setelah itu, Revil melangkah ke arahnya, hal tersebut tentu mengundang tatapan bingung orang-orang yang sedari tadi memperhatikan Revil.
Hampir, dan sedikit lagi pemuda itu berdiri di hadapan Nanda, Vernon yang entah datang dari mana tiba-tiba saja merangkul Revil.
"Weh Bro, ngapain lo ke barisan anak Ipa, kita anak Mipa 1, lo lupa?"
Revil menatapnya datar, dan Vernon yang melihat itu memberi kode agar Revil mau menurutinya. Ia kemudian melirik Nanda "Sorry yah.... Revil mungkin ngiranya barisan kelas kita di sini."
Nanda yang masih tidak tahu apa-apa hanya mengangguk kaku.
Dan setelahnya, Vernon menyuruh Revil untuk ikut berbaris dengannya di barisan kelas MIPA dan Revil pun hanya bisa mengikut.
"Gila weh, tadi Revil liatin lo mulu Nda, keknya lo ada utang deh sama tuh cogan."
Plak!
"Utang pala lo gue copot, yakali gue punya utang ma Revil. Mungkin dia terpesona sama kecantikan gue makanya liatin gue mulu." Kata Nanda sambil mengibaskan rambutnya ke belakang sampai mengenai wajah Sara.
Sara mendelik "Lo pake shampo apaan sih Nda? Kok baunya aneh gitu."
"Lah? Emang baunya kek gimana?" Tanya Nanda sembari mencium rambutnya sendiri.
"Bau bunga tai ayam!" Jawab Sara kemudian berlari ke barisan belakang, karena takut mendapat amukan Nanda.
Sementara Nanda yang di ejek seperti itu langsung mengangkat kepalan tangannya tinggi-tinggi "Awas lo Sar, ntar gue buntungin pala lo!"
Beberapa murid cowok yang mendengar ancaman Nanda bergidik ngeri memandang gadis itu.
"Hihhh, heran bat gue, anak IPA 2 isinya psikopat semua anjir."
※※※※※※
"Lo udah gila Vil?! Kenapa lo samperin tuh cewek?"
Revil hanya diam saat Vernon melemparkan pertanyaan seperti itu padanya. Saat ini, keduanya sedang berada di ruang ganti pakaian pria, karena memang mereka di beri perintah untuk segera mengganti seragam olahraga ke seragam pramuka.
"Sumpah?! Lo itu model Vil! Lo suka sama tuh cewek? Boleh! Tapi lo jangan nunjukin rasa suka lo terang-terangan karna itu bisa mempengaruhi karir lo sendiri. Lagian lo nggak liat apa tatapan orang-orang mengarah ke lo semua. Lo nggak sadar itu?"
Revil memandang Vernon dengan datar "Dari awal kau juga tau kalau aku tidak pernah tertarik dengan profesi itu Ver. Ini kesempatan ku untuk tidak menjadi model lagi jika semua orang berpikir aku menyukai seorang gadis."
Vernon mengacak rambutnya frustasi. "Lo beneran suka sama dia?"
Revil tak menjawab membuat Vernon membuang napas jengah "Dengar Vil, selain karir lo yang jatuh, cewek itu juga bakalan jatuh...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope Not Reality
Teen FictionMungkin kisah ini akan terdengar klasik bagi kalian. Siswa-siswi SMA yang berusaha mengejar mimpi dan kisah cintanya. Mempertahankan senyuman orang lain meski diri sendiri sudah lebih dulu terluka. Berjalan di atas duri-duri dan rela menampung banya...