1

416 27 13
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁 Sifat gon dan ryo

Aku terbangun dan saat membuka pintu kamarku kulihat seseorang yang membuatku ketakutan setengah mati.

Orang tersebut ayahku ging dengan kasar menarik tanganku menuju ke gudang bawah rumah dan mulai menyiksaku kembali.

"Ck kau cacat dan pembunuh istriku!" Kesal Ging.

Aku diam saja dan hanya menatap mata ging saja namun ging malah menendang tubuhku begitu saja.

"Aku muak denganmu!" Kesal Ging.

Ging pergi begitu saja dari gudang dan aku bangun tidak memperdulikan tubuhku yang mengeluarkan banyak darah.

"Aku benci." Ucapku.

Aku menghapus darah yang kurasakan keluar dari hidungku dan malah tersenyum akan hal ini.

"Mungkin sudah waktunya." Ucapku.

Aku berjalan terseok-seok menuju ke kamar mandi, dan membersihkan tubuhku dengan asal memperban kedua tangan dan kakiku sementara punggungku kubiarkan saja.

Aku duduk di meja makan saat akan memakan roti ada yang menepuk pundakku ternyata itu gon.

"Seragam panjangmu kotor ryo ganti dengan yang pendek saja padahal." Ucap Gon.

"Aku menyukai baju panjang." Ucapku.

"Jangan bilang kau disiksa tousan lagi." Ucap Gon.

"Biarlah aku sudah terbiasa." Ucapku.

"Aku bangun terlambat jadi tidak bisa menolongmu." Ucap Gon.

"Tidak perlu membantuku itu malah membuat tousan semakin menyiksaku." Ucapku.

"Aku kakakmu ryo!" Protes Gon.

"Cukup hibur aku saja masalah tousan bisa kutangani sendiri." Ucapku.

"Aku belum menyerah mendapatkan pelukan dari tousan untuk pertama kalinya." Ucapku.

Gon menatapku kasihan dan aku hanya tersenyum saja menenangkan gon bahwa aku baik-baik saja.

"Wajahmu tersenyum namun sorot matamu tidak ryo." Ucap Gon.

"Sudahlah kalau aku sedih juga aku akan menceritakannya kepadamu aniki." Ucapku.

"Baiklah." Ucap Gon.

Setelah sarapan kami pergi sekolah bersama-sama dan gon malah mengambil tas sekolahku.

"Kau izin tidak perlu masuk kelas untuk hari ini aku tahu pasti punggungmu perih sekali karena aku juga merasakannya." Ucap Gon.

✔️ Gon Freecss Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang