7

78 10 0
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁Ryo ingin segera

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali di depanku hanya ada hamparan hijau rumput dan kulihat di ayunan ada seorang wanita muda sendirian.

Aku mendekati wanita muda tersebut dan menepuk pundaknya membuat aku tersenyum melihat dia ternyata dia kaachan.

"Kaachan." Ucapku.

"Ryo mau ikut kaachan?" Tanya Kaachan.

"Mau!" Pekikku bersemangat.

"Waktu ryo masih ada habiskan bersama kakakmu, nenek dan temanmu ya." Ucap Kaachan.

"Kapan waktu ryo habis kaachan?" Tanyaku.

"Tenang saja tidak akan lama kok." Ucap Kaachan.

"Kaachan boleh minta pelukan?" Tanyaku ragu.

"Sini nak." Ucap Kaachan.

Aku memeluk tubuh kaachan sangat erat dan hanya menikmati perasaan hangat di pelukan kaachan.

"Tousan akan memelukmu ryo." Ucap Kaachan.

"Tidak akan kok ryo yakin akan hal itu semua." Ucapku.

"Tunggu saja nak." Ucap Kaachan.

"Iya kaachan." Ucapku.

"Kembali nak kakakmu menunggu kamu." Ucap Kaachan.

"Baiklah kaachan." Ucapku.

"Tunggu kaachan menjemputmu ya." Ucap Kaachan.

"Hehehe iya." Tawaku.

Aku menutup mataku dan saat membuka mata langit putih rumah sakit terlihat jelas disampingku ada gon tertidur.

"Aniki!" Panggilku.

Gon bangun dan langsung memeluk tubuhku sangat erat membuat aku terkekeh geli akan ini semua.

"Tidurmu lama sekali!" Kesal Gon.

"Hehehe gomen." Tawaku.

"Dokter bilang lebih baik ryo menjalankan kemoterapi saja agar penyakitmu tidak semakin parah." Ucap Gon.

"Ryo akan pergi saat kaachan menjemputku jadi aku menolak tentang pengobatan kemoterapi." Ucapku.

"Ryo sekali saja menurut ucapanku ini demi kesehatanmu ini juga." Ucap Gon.

"Aniki ryo hanya ingin memenuhi ucapan tousan saja agar segera mati." Ucapku.

"Lupakan ucapan tousan yang itu ryo kumohon lakukan kemoterapi." Mohon Gon.

"Keputusanku sudah bulat aniki sampai kapanpun tidak akan menjalani kemoterapi yang cukup menyakitkan itu cukup penyakitku yang sakit." Ucapku.

"Wajah kaachan bagaimana?" Tanya Gon mengalihkan pembicaraan.

"Cantik seperti foto yang berada di ruang keluarga rumah." Ucapku.

"Ryo payah ya aniki belum bisa membahagiakan tousan bahkan satu piala pun tidak pernah dibawa pulang." Ucapku.

"Aku cacat dan kalau bukan karena alat bantu dengar aku tidak akan mendengarkan apapun." Ucapku.

"Baiklah kalau sudah itu keputusanmu mari buat kenangan manis sebelum kau tiada." Ucap Gon sambil tersenyum.

Bibir gon memang tersenyum tapi mata gon berkaca-kaca mengatakan itu semua dan aku hanya tersenyum saja.

"Sejak dulu aku ingin sekali ke akibahara." Ucapku.

"Setelah ryo keluar rumah sakit kita akan berkeliling akibahara bersama-sama." Ucap Gon.

"Berapa lama aku tidak sadarkan diri?" Tanyaku.

"Dua hari." Ucap Gon.

"Sore nanti lebih baik aku keluar dari sini saja kan waktuku tidak banyak lagi." Ucapku.

"Memang banyak tempat yang ingin kau kunjungi ryo?" Tanya Gon.

"Ada di buku diary milikku di kamar disana semua tempat impianku tertulis." Ucapku.

"Aku akan bilang kepada dokter dulu agar kau segera keluar dari rumah sakit." Ucap Gon.

"Ya aku mengerti." Ucapku.

Gon keluar ruang rawat untuk bertemu dengan dokter setelah gon cukup jauh dariku.

"Sialan seluruh tubuhku sakit!" Kesalku.

Aku menutup mataku tapi rasa sakit itu masih saja ada dan aku tidak menemukan obat sama sekali.

"Aku pasti akan disiksa tousan lagi karena menghamburkan uangnya." Ucapku.

"Kaachan bohong." Ucapku.

"Tousan tidak akan pernah menyebut namaku sampai kapanpun dan aku mengharapkan pelukan darinya tidak mungkin." Ucapku.

Aku sejak lama menyerah dengan hal sederhana bernama pelukan dari ging karena kupikir apapun keadaanku tidak akan mengubah kebencian ging kepadaku.

"Ryo menyerah tousan apapun yang terjadi kedepannya aku tidak akan menangis lagi seperti dulu demi mengemis pelukan darimu." Ucapku.

"Lagipula ryo akan pergi bersama kaachan jadi yang kuinginkan saat ini adalah pelukan dari kaachan saja." Ucapku.

"Pelukan kaachan hangat ryo merasa aman berada dalam pelukan kaachan." Ucapku.

"Kaachan aku merindukanmu." Ucapku.

Pintu ruang rawat terbuka disana ada dokter ternyata ini rumah sakit biasa aku kontrol bahkan dokter menghela nafas kasar melihatku.

"Kau sudah membaik ryo-kun?" Tanya Dokter.

"Begitulah dan izinkan aku pulang ya." Ucapku.

"Ya sudah pulang saja percuma aku membujukmu soal kemoterapi." Ucap Dokter.

"Hehehe." Tawaku.

Dokter melepaskan infus di telapak tangan kananku dan gon berlari melunasi biaya rumah sakit.

"Ryo-kun kau memang bukan pasien termuda yang kutangani tapi aku bingung dengan jalan pikiranmu." Ucap Dokter.

"Percuma hidup dok kehadiranku tidak diharapkan ayahku." Ucapku.

"Ada kakakmu yang akan menjagamu selalu ryo-kun." Ucap Dokter.

"Aku cuma ingin beristirahat dengan tenang dok tanpa rasa sakit lagi." Ucapku.

"Memang penyakit ini sangat menyakitkan sekali apalagi dialami oleh anak kecil seusiamu." Ucap Dokter.

"Tadinya aku ingin sepertimu dokter menolong orang lain tapi harapanku sekarang sudah pupus." Ucapku.

Gon datang dan mengganggukkan kepalanya aku yang mengerti berdiri dari kasur rumah sakit menghampiri gon.

🍁 Bersama kaachan

Fc Twins

~ 19 Oktober 2022 ~

Cepat update karena kouta habis

✔️ Gon Freecss Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang