10

94 12 4
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁Akhirnya

Aku dan gon sedang menonton tv dengan tenang hanya ada canda tawa antara aku dan gon waktu hidupku hanya tersisa sampai besok saja jadi gon tidak jadi bersekolah dia bilang tidak mau meninggalkan aku sama sekali.

"Aniki sepertinya tousan sangat sibuk dengan pekerjaan dia ya?" Tanyaku.

"Biarkan saja aku tidak peduli." Ucap Gon.

"Jangan begitu dong mulai lusa kan aniki akan hidup berdua bersama tousan saja." Ucapku.

"Makanya aku ingin menghabiskan banyak waktu denganmu dibandingkan pergi ke sekolah." Ucap Gon.

"Tousan bisa marah lho sama aniki." Ucapku.

"Tidak peduli biarkan saja." Ucap Gon.

"Aniki aku menginginkan roti melon dong." Ucapku.

"Sebentar ku ambilkan dulu." Ucap Gon.

Gon berdiri dan berlari menuju ke dapur membuat aku tersenyum tapi tak lama aku mulai batuk-batuk dengan cepat aku mengambil obat milikku dan meminumnya sangat cepat.

"Ck!" Kesalku.

"Ryo roti melonnya habis." Ucap Gon.

"Aku mau roti melon aniki." Ucapku.

"Aku belikan ya." Ucap Gon.

"Lima ya." Ucapku.

"Tentu saja jangan kemana-mana ya aku akan segera kembali." Ucap Gon.

"Ya hati-hati di jalan." Ucapku.

Aku melihat kepergian gon dengan senyuman dan aku mulai tertidur karena pengaruh obat.

Tamparan di pipi membuat aku sadar saat aku sadar ternyata itu ging membuat aku kaget seharusnya ging tidak pulang hari ini.

"Puas kau menghamburkan uangku!" Kesal Ging.

"Aku mengecek transaksi ternyata kau memanfaatkan putraku demi kesenanganmu saja hah?!" Kesal Ging.

Aku menggelengkan kepalaku akan ucapan ging barusan dan selanjutnya aku ditarik menuju ke gudang belakang rumah.

Di gudang aku dilemparkan begitu saja membuat aku batuk darah tapi ging tidak peduli sama sekali.

"Maumu apa sih hah?!" Kesal Ging.

Ging mencekik leherku membuat nafasku sesak dan menatap memohon ging tapi ging semakin mencekik leherku semakin kuat membuat pandanganku sedikit buram saat aku akan kehabisan nafas ging melepaskannya.

"Aku tidak akan membiarkanmu mati sebelum melihat kau menderita!" Kesal Ging.

"Kenapa istriku mementingkan kau yang cacat bahkan membuatku malu di hadapan kolega bisnis sih?!" Kesal Ging.

Ging menendangku sangat kencang dan aku merasakan punggungku seperti mengenai sesuatu tapi entahlah.

"Kau harus segera mati dan jangan pernah hadir dalam hidupku lagi!" Kesal Ging.

"Harusnya kau kubunuh sejak awal kelahiranmu dan hanya gon saja yang hidup!" Kesal Ging.

Aku akan berdiri tapi ging kembali menendang tubuhku beberapa kali bahkan wajahku juga ditendang ging.

Aku tidak memperdulikan tentang darah yang terus saja menetes di hidung dan mataku karena sepertinya ini keinginan ging agar aku segera mati.

"Kalau tousan menginginkan aku mati tembakan saja pistol ke jantungku." Ucapku.

"Kau anak sialan!" Kesal Ging.

Ging terus menyiksaku mulai menendangku, memukul kepalaku dengan benda tumpul, dan entah berapa kali wajahku dihajar ging.

"Kenapa kau berbicara hah?!" Kesal Ging.

"Sudah kukatakan kau diam dan jangan pernah mengatakan satu kata pun dihadapanku!" Kesal Ging.

Aku hanya tersenyum dan pandanganku semakin memburam seiring siksaan ging yang sangat tidak terkontrol sama sekali.

"Kaachan ikut." Lirihku.

Setelah itu aku tidak merasakan apapun di tubuhku seolah-olah rasa sakit itu menghilang begitu saja apalagi di hadapanku saat ini ada kaachan dan kakek tersenyum.

Di tempat lain tepatnya supermarket gon yang sedang mengantri tiba-tiba merasakan perasaan tidak enak sama sekali.

"Ryo." Gumam Gon.

Gon menaruh uang begitu saja dan berlari pergi menuju ke rumahnya perasaannya semakin tidak enak.

Tiba di rumah ternyata ada mobil ging terparkir membuat perasaan tidak enak gon semakin besar.

Gon berlari ke gudang dan melihat kondisiku yang sudah berlumuran darah didepanku ging hanya diam saja melihat itu.

"RYO!" Teriak Gon.

Gon memeluk tubuhku dan mengguncangkan tubuhku tapi aku tidak terbangun sama sekali.

"Hey ryo bangun!" Pekik Gon.

"Aniki ryo pergi jangan menangis ya." Gumamku.

"Buka matamu ryo!" Pekik Gon.

"Mataku terhalang darah aniki jadi sulit dibuka." Gumamku.

Gon menggelap darah di kedua mataku dan aku hanya tersenyum melihat tangisan gon.

"Aku pamit aniki." Ucapku.

Pandanganku menghitam seketika dan tidak mendengarkan apapun lagi.

Gon memeluk tubuhku sangat erat merasakan tubuh dinginku dan menatap tajam ging.

"PUAS KAU?!" Marah Gon.

"Apa maksudmu gon?!" Kesal Ging.

"ADIKKU MATI KARENA KAU?!" Marah Gon.

"Dia hanya pura-pura pingsan gon agar tidak disiksa olehku." Ucap Ging.

"KAU BUTA TUBUH ADIKKU SEDINGIN ES!" Marah Gon.

Ging memeriksa tubuhku dan benar-benar dingin tidak ada denyut nadi sama sekali.

"Oi bocah sialan bangun kau!" Kesal Ging.

"Kau harus mempertanggungjawabkan semua ini!" Kesal Gon.

Gon pergi dan menggendong tubuh tanpa nyawa meninggalkan ging dalam keterdiaman.

🍁 Penderitaan ryo berakhir

Fc Twins

~ 08 November 2022 ~

Cepat update soalnya kouta menipis dan kemungkinan epilog nanti malam menunggu ada wifi nyasar

✔️ Gon Freecss Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang