4

82 8 0
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

👕 Gon

Aku pulang sekolah dan melihat ryo terduduk diam sambil menekan dada tepat dimana jantung berada membuat aku panik.

"Ryo!" Kagetku.

Ryo bangun tapi kulihat dia terus batuk membuat aku panik akan hal itu dan saat bangun tapi ryo terhuyung ke depan.

Aku membantu ryo berdiri dan kulihat ada jejak darah dari sudut bibir ryo pasti ini akibat dari penyakit ryo.

"Kau pasti kesakitan ya ryo?" Tanyaku.

"Penyakit ini tidak berdampak apapun bagiku yang paling menyakitkan itu saat kemarin tousan bilang agar aku segera kembali ke tanah saja." Ucap Ryo.

"Imun tubuhmu lemah karena sering melewatkan jam makan ditambah dengan siksaan tousan setiap harinya." Ucapku.

"MPA atau bisa dibilang sebagai penyakit yang menyerang pembuluh darah dan menurut dokter aku tidak mungkin untuk diobati lagi." Ucap Ryo.

"Kenapa kau tahu sedetail itu soal penyakitmu ryo?" Tanyaku.

"Sebenarnya aku sudah merasakan gejalanya sejak tahun lalu tapi kupikir itu hanya kelelahan semata dan saat kemarin aku batuk darah baru aku memeriksa keadaanku bersama kurapika yah penyakit yang kuduga ternyata benar." Ucap Ryo.

"Kau yakin tidak mau berobat sama sekali ryo?" Tanyaku.

"Tidak biarkan saja aku hanya meminum obat kalau dadaku sangat sakit sekali sementara setiap hari aku selalu melewatkan untuk meminum obat." Ucap Ryo.

"Kau benar-benar ingin mati ryo?" Tanyaku.

"Aku cacat aniki sejak lahir, pendengaranku saja terganggu, bahkan aku membuat kaachan pergi karena kelahiranku di dunia ini, jadi kupikir lebih baik aku pergi juga." Ucap Ryo.

"Ryo cukup kau adikku jangan pergi mendahului aku." Ucapku.

"Tousan menginginkan aku pergi ke neraka jadi aku akan mengabulkan itu semua." Ucap Ryo.

"Kulihat tubuhmu semakin kurus saja ryo." Ucapku.

"Dadaku semakin sakit belakangan ini dan nafsu makanku berkurang drastis bahkan sebelum penyakit ini diketahui aku hanya boleh makan kalau diizinkan makan oleh tousan hanya di rumah nenek aku bebas makan kapanpun." Ucap Ryo.

"Ryo maaf tidak berguna sebagai kakakmu." Ucapku.

"Bukan salah aniki juga ini sudah takdirku mungkin tuhan ingin agar aku bahagia di dunia yang kekal abadi tanpa ada rasa sakit sama sekali." Ucap Ryo.

"Aku tidak mau hidup kembali karena bagiku itu tidak berguna sama sekali." Ucap Ryo.

"Aku benci rasa sakit di dunia ini jadi aku memilih tidak terlahir sama sekali." Ucap Ryo.

"Ryo seberapa sakit yang kau pendam selama ini?" Tanyaku.

"Mungkin sangat dalam hingga kupikir setiap hari hanya kematian saja." Ucap Ryo.

"Tousan menyakiti fisik dan batinmu sangat dalam ya hingga kau berakhir seperti ini." Ucapku.

"Aku tidak mau memikirkan apapun selain belajar dan kematian saja." Ucap Ryo.

"Tatapan matamu kosong ryo." Ucapku.

"Memang apa yang harus kulakukan agar tatapan mataku tidak kosong?" Tanya Ryo.

"Kau bisa bersenang-senang dengan temanmu kurapika atau melakukan hal lain yang kau sukai." Ucapku.

"Kupikir ide bagus." Ucap Ryo.

"Ryo matamu berdarah!" Kagetku.

"Terulang lagi." Ucap Ryo.

Ryo menghapus darah dari mata kanan dia dan melepaskan alat bantu dengarnya membuat aku heran akan hal itu.

"Argh!" Kesal Ryo.

"Hey ryo!" Panggilku.

Tapi percuma karena ryo melepaskan alat bantu dengar membiarkan dia melepaskan semua rasa sakit.

"Lebih baik dari awal aku dibunuh saja sih!" Kesal Ryo.

"Dada ryo sakit bahkan seluruh tubuhku juga sakit!" Pekik Ryo.

"Biarkan ryo beristirahat dengan tenang!" Pekik Ryo.

Ryo akan menghancurkan alat bantu dengar tapi aku menahannya membuat ryo melihat kearahku.

"Jangan menghancurkan alat bantu dengarmu." Ucapku menggunakan bahasa isyarat.

"Biarkan aku tenang tidak mendengarkan teriakan atau nada bicara tidak pantas dari tousan." Ucap Ryo.

"Kau tidak mau mendengarkan ucapanku?" Tanyaku menggunakan bahasa isyarat.

"Aku mau tidur." Ucap Ryo.

Ryo tertidur begitu saja dan aku menahan tubuh ryo membiarkan dia beristirahat dengan tenang.

Aku menyimpan alat bantu dengar ryo di kantong celanaku karena tidak biasanya ryo seperti ini.

Aku menaruh kepala ryo di paha kananku dan mengelus surai rambut ryo dengan pelan.

"Tousan biarkan ryo mati." Gumam Ryo.

"Kau harus berobat ryo aku tidak mau kau pergi begitu saja seperti kaachan." Ucapku.

Aku sengaja tidak langsung pulang ke rumah karena percuma pulang juga pasti adikku ryo akan disiksa tousan kembali jadi lebih baik aku dan ryo disini dulu.

👕 Tidak tahu kalau beban ryo sangat berat

Fc Twins

~ 01 Oktober 2022 ~

Double update biar puas membacanya

✔️ Gon Freecss Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang