5

79 11 1
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁 Ryo ingin

Aku baru saja tiba di rumah setelah seharian bersekolah, dan ada sedikit bimbingan tambahan belajar.

Aku masuk ke kamar gon dan melihat gon sedang belajar, jadi aku menaruh tas sekolahku lalu tiduran di kasur kamar gon.

"Tidur saja ryo tousan tidak ada di rumah bahkan berada di luar kota, jadi biarkan fisikmu beristirahat." Ucap Gon.

"Ya aniki." Ucapku.

Aku melepaskan alat bantu dengarku dan menaruhnya diatas meja belajar gon, lalu tertidur dengan nyenyak.

Aku hanya merasa ketenangan saat tertidur kali ini, dari kejauhan aku mendengar suara seseorang memanggilku.

"Ryo!"

Aku mencari sumber suara dan berlari dari hamparan hijau rumput, dilihat dari kejauhan ada seorang wanita sedang duduk diatas pohon.

"Kaachan." Ucapku.

"Ryo sini!" Panggil Kaachan.

Aku berlari dan memeluk kaachan dengan erat membuat aku tersenyum akan hal ini.

"Ryo ikut kaachan ya." Ucapku.

"Waktu ryo masih lama jadi habiskan waktumu bersama gon dan ayahmu." Ucap Kaachan.

"Tousan tidak sayang ryo." Ucapku.

"Suatu saat pasti akan sayang ryo." Ucap Kaachan.

"Kaachan ryo menyerah." Ucapku.

"Jangan nak." Ucap Kaachan.

Tapi cahaya putih malah menyinari wajahku saat membuka mataku kulihat atap putih kamar gon.

"Ryo!" Pekik Gon.

Gon memelukku sangat erat dan melihat sekeliling ada nenek, kurapika dan killua tidak ada kehadiran ging sama sekali.

"Aniki ternyata benar tousan tidak menyayangiku." Ucapku.

"Tapi masih ada kami ryo." Ucap Gon.

"Iya." Ucapku.

Aku melepaskan pelukanku dan melihat semua dengan senyuman lebarku membuat mereka lega karena hal itu.

Beberapa hari kemudian aku berada di rumah kurapika dari kejauhan kulihat ayah kurapika mengacak-acak rambut kurapika walaupun kurapika kesal akan hal itu.

"Aku iri." Ucapku.

Aku menekan dadaku rasa sakit dari penyakitku mulai terasa lagi tapi sebisa mungkin aku tidak menunjukkan hal ini.

"Ryo ayo makan siang!" Ajak Ibu kurapika.

"Ah iya bibi." Ucapku.

Aku makan siang bersama keluarga kurapika dan hanya tersenyum getir melihat keharmonisan keluarga mereka.

"Ryo nanti masuk sekolah menengah mana?" Tanya Ayah kurapika.

"Aku belum memikirkan melanjutkan kemana sih paman." Ucapku.

"Nanti paman kasih rekomendasi dengan ayahmu saja ya kebetulan ada sekolah bagus pasti dia setuju." Ucap Ayah kurapika.

"Tidak perlu paman saya saja yang berbicara soal itu semua." Ucapku.

"Oh baiklah." Ucap Ayah Kurapika.

Selesai makan siang aku dan kurapika bermain di kamar milik kurapika seluruh kamarnya sangat rapih.

"Kemoterapi itu menyakitkan tidak sih?" Tanyaku.

"Eh kau ingin sembuh?!" Kaget Kurapika.

"Kurasa begitu." Ucapku.

"Syukurlah." Ucap Kurapika.

"Kurapika aku ingin menanyakan sesuatu." Ucapku.

"Tanya saja nanti aku jawab." Ucap Kurapika.

"Rasanya dipeluk seorang ayah bagaimana sih? saat rambutmu diacak-acak menyenangkan ya atau tidak? bercanda dengan ayahmu sensasi nya bagaimana sih?" Tanyaku.

Kurapika hanya diam dan langsung memelukku begitu saja membuat aku kebingungan akan hal ini.

"Aku bertanya padamu kurapika bukan meminta pelukan tahu." Ucapku.

"Maaf aku membuatmu iri ryo." Ucap Kurapika.

"Tidak apa-apa aku sudah terbiasa dengan semua ini." Ucapku.

Puas bermain di rumah kurapika aku pulang ke rumah saat akan membuka pintu kamarku aku mendengar tawa ging di ruang tamu.

"Kenapa tousan tidak pernah tertawa di depanku?" Lirihku.

"Oi cacat!" Panggil Ging.

"Kesini kau!" Pekik Ging.

Aku menghampiri ging dan ging menatapku tajam dengan keras langsung menendangku begitu saja.

Tubuhku terjatuh tapi ging malah menyiram wajahku dengan air dingin membuat aku melihat ging.

"Dengar ya! kau hanya anak beban bagiku! bahkan sekolah menerimamu karena kasihan! aku malas menyekolahkanmu di sekolah khusus orang-orang cacat sepertimu!" Kesal Ging.

Ging berlalu pergi dan mengambil botol alkohol, membuat aku mundur secara perlahan-lahan dari hadapan ging.

Ging memukul botol alkohol keatas kepalaku membuat darah mengalir begitu deras berasal kepalaku, apalagi kurasakan mataku juga ikut mengeluarkan cairan merah akibat penyakitku.

"Astaga tousan!" Pekik Gon.

Aku mendapatkan pelukan dari gon, dan kulihat ging menjauh dariku tapi darah terus saja mengalir.

"Ryo kau masih sadar?" Tanya Gon.

"Mata ryo mengeluarkan darah." Ucapku.

Gon melihat kearahku sejenak dan menahan darah yang keluar kepalaku, sementara aku menutup mataku mencengah darah keluar dari mataku tapi percuma saja.

"Kenapa kau tidak berteriak saja sih?!" Kesal Gon.

"Ryo capek." Ucapku.

"Harusnya kau melawan ryo!" Kesal Gon.

"Percuma saat ini tubuh ryo lemas karena penyakit ini." Ucapku.

Gon menggendongku begitu saja dan tertidur begitu saja.

🍁 Bebas seperti burung

Fc Twins

~ 03 Oktober 2022 ~

✔️ Gon Freecss Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang