Teror Malam 'Bintang'
"Maaf semuanya, tapi.." Dia menatap ribuan orang yang menatapnya sedih. "Saya mengundurkan diri dari Coboy Junior."
Seruan kecewa langsung menyerbu. Tangisan pecah di mana-mana. Termasuk tangis dari sang pembicara.
"Sini, Bas," ucap Iqbaal sambil menarik Bastian ke pelukannya. Disusul oleh Aldi dan Kiki yang ikut memeluk Bastian juga.
***
1 minggu kemudian...
Tuk!
Lampu ruangan tersebut langsung menyala. Karena lelah, dia langsung melemparkan sepatunya ke sembarang tempat. Kemudian menyandarkan tubuhnya di sofa ruang keluarga sambil melepaskan tas olahraganya.
Bastian melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya.
"Anjir! Nggak kerasa, udah jam sepuluh malem aja. Perasaan tadi pas pulang futsal jam delapanan deh," ucapnya sambil menyalakan televisi.
Beberapa kali Bastian memindahkan channel TV. Karena menurutnya tidak ada satu pun acara yang menarik perhatiannya.
"Aih! Nih acara cuma gini-gini aja lagi!" umpatnya kesal. "Mama mana sih? Kok nggak ada suaranya?"
Suuur...
Tiba-tiba saja air shower di kamar mandi di lantai atas menyala. Suaranya bahkan mengalahkan suara televisi.
"Astaga! Apaan tuh?!" tanya Bastian sambil mendongakkan kepalanya ke atas.
Hanya kegelapan yang menyelimuti lantai atas.
"Ma! Babas pulang nih!" seru Bastian sambil berdiri dari sofa kemudian mematikan televisi.
Dengan malas, Bastian menyeret tas punggungnya itu kemudian membawanya menuju tangga ke lantai atas.
Perlahan-lahan Bastian menaiki satu demi satu anak tangga. Sambil berpegangan erat di pegangan tangga, dia terus-terusan memanggil mamanya yang sepertinya sedang mandi.
"Roma!" panggil Bastian saat dia menginjakkan tangga terakhir di lantai atas.
Bastian dengan perlahan membuka pintu kamar Roma. Sebelum dia buka sepenuhnya, terdengar suara anak kecil berlari di kamarnya.
"ROMA!!" teriak Bastian ketika dia melihat ada sesosok makhluk di pojok kamar adiknya itu. Makhluk itu tinggi, berambut panjang, dengan memakai baju putih.
Tuk!
"Alah, cuma gantungan baju doang," ucap Bastian setelah menyalakan lampu kamar Roma.
Kemudian kepalanya menengok ke arah kasur. Dilihatnya adiknya itu terlelap sambil memeluk boneka kesayangannya.
"Good night, dear," ucap Bastian sambil menutup pintu kamar rapat-rapat.
Perjalannya dilanjutkan kembali. Bastian berjalan dengan malas menyusuri lorong lantai atas yang gelap.
Tak lama kemudian, bastian membuka pintu kamar yang kedua dari tangga dengan perlahan. Takut-takut kalau bayangan yang ada di kamar adiknya ada lagi.
"Eh, di kamar gua kan nggak ada gantungannya," kata Bastian sambil menepuk jidatnya.
Dengan sekali hentakan dia mendorong pintu kamarnya yang juga gelap.
"MAMA!!" Bastian kembali berteriak ketika melihat bayangan tangan di jendela kamarnya. Tangan itu terus mengetuk-ngetuk jendela kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of CJR
FanfictionBerisi tentang cerpen-cerpen para personil yang sangat kita cintai. Mengisahkan tentang Iqbaal, Kiki, dan Aldi-atau biasa aku sebut Alvaro. Di dalamnya adalah kumpulan dari beberapa kisah-makanya disebut cerpen juga. Dan sebelum aku ngawur lebih lan...