Sedetik Mengingatmu

842 38 0
                                    

Maaf kalau author udah lama nggak update. udah yoo ah daripada jadi panjang, happy reading aja hehehhe

"Khanza, jangan tinggalin aku..." Air mata bang Kiki perlahan turun. Tangannya menggenggam erat tangan Khanza yang perlahan menjadi dingin. Kemudian mengusap pipi Khanza dengan lembut. Dua orang petugas menariknya agar pergi. Tapi dia tidak bisa. Tidak, untuk waktu yang cepat. Dia masih ingin bersama dengan pujaan hatinya.

Bujukan dari sahabat-sahabatnya membuat dia perlahan melepaskan tangannya. Mencoba untuk tegar. Tapi, dia masih tidak percaya dengan yang baru saja dilihatnya. Beberapa jam yang lalu, cewek itu masih berada di sampingnya. Tersenyum padanya. Tertawa bersama. Dan hal lainnya yang sering dilakukan oleh sepasang kekasih.

Tanpa pikir panjang, Kiki berlari menuju tempat parkir. Masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari rumah sakit. Tanpa sadar, kakinya sudah menginjak rem lebih dalam. Hingga dia mencapai kecepatan maksimal memecah keheningan yang ada di langit malam yang dipenuhi bintang-bintang.

Tanpa sadar, di depannya sudah ada seseorang sedang berjongkok sambil memungut belanjaannya yang berantakan. Teriakan dari cewek itu membuat dia tersadar dari lamunannya.

Matanya melotot menatap yang ada di depannya. Dia kaget setengah mati.

Saat cewek itu menatap ke arah mobil yang melaju kencang di depannya, Kiki menjadi teringat akan sesuatu. Wajahnya. Wajah cewek itu...mirip dengan Khanza!

Tiba-tiba, Kiki jadi teringat saat pertama kali dia bertemu dengan Khanza. Saat itu, dia sedang nongkrong di salah satu cafe favoritnya. Bunyi bel di pintu cafe membuat dia mengalihkan perhatiannya dari jalanan yang sedang ramai. Cewek itu tersenyum pada pelayan cafe dan langsung duduk di salah satu meja, tak jauh dari Kiki.

Ketenarannya membuat Kiki mengurungkan niat untuk berkenalan dengan cewek itu. Masuk ke cafe ini saja, dia harus mati-matian mengubah nada bicaranya dan menutupi wajahnya dengan memakai hoodie dan topi yang hampir menutupi wajahnya.

Tak lama, pesanan cewek itu datang. Sambil mengerjakan sesuatu di laptopnya, dia memakan pesanannya. Posisi duduk cewek itu menghadap ke arah Kiki. Jadi, Kiki bisa dengan mudahnya memperhatikan kegiatan dari cewek itu.

Tanpa diduga, tiba-tiba cewek itu mendongak lalu tersenyum ke arah Kiki. Refleks, dia pun menjawab senyuman dari cewek itu. Tak lama, ponsel Kiki berbunyi. Bunyinya yang dengan volume keras membuat hampir semua pengunjung di cafe itu menengok ke arahnya.

Cepat-cepat Kiki menghabisnya coffee-nya yang tinggal sedikit lagi lalu berjalan keluar. Saat melewati meja cewek itu, sekilas dia mendengar cewek itu tertawa kecil. Kiki hanya bisa tersenyum miring mendengarnya.

"Apa?!" tanyanya galak pada cowok yang menelponnya itu.

"Galak banget sih" jawabnya dari seberang sana.

"Ngapain nelpon? Ngeganggu waktu luang orang aja"

"Hehehe...gue cuma mau tanya, menurut lo gue pake baju yang warna biru yang pernah gue pake pas ke Bali atau gue pake baju merah yang dikasih sponsor kemarin?"

"Penting banget ya gue jawab Al?"

'"Yaaa gue cuma minta saran dari lo aja. Gimana?"

"Yang merah!" jawab Kiki ketus.

"Tapi gue lebih suka yang warnanya biru. Gimana dong???"

"Ya udah lo pake aja yang biru"

"Tapi kan menurut lo lebih bagus yang warna merah. Aduh, kok gue jadi plin plan gini ya?"

"Alvaro! Lo kok jadi kayak cowok rempong gini sih? Tumben-tumbenan banget..."

Story Of CJRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang