Sorry yaa author rada error. Yang bang Kiki lupa nggak diterusin. Sekarang aja yoooo...
+++++
Perlahan Kiki membuka matanya. Disekelilingnya semua berwarna putih. Jangan-jangan gue udah mati lagi, batinnya ngawur. Pusing langsung menjalar ke kepalanya saat dia mencoba untuk bangun dari kasur. Kepalanya menyisir segala penjuru ruangan. Gue ada di rumah sakit? Jangan-jangan tadi gue pingsan lagi, ucapnya lagi dalam hati. Kepalanya perlahan menunduk. Dilihatnya sekarang dia sudah memakai baju rumah sakit. Lalu kepalanya menengok ke tangan kirinya. Infusan. Tanpa pikir panjang, Kiki menarik infusan itu hingga darahnya sedikit keluar.
Setelah itu, Kiki melompat turun dari kasurnya dengan perlahan. Berjalan pelan menuju pintu keluar. Lalu menyusuri lorong rumah sakit yang sudah sepi. Karena masih lemas, tangannya meraba tembok rumah sakit yang dingin. Saat melewati satu pintu ruangan VIP, matanya tertarik untuk memperhatikan pasien yang berada di dalamnya.
Kiki tidak bisa melihat wajahnya karena pasien itu memunggunginya. Sepertinya dia sendirian di kamar itu, karena jika ada orang di dalam maka orang itu akan membantunya mengambilkan minum.
Pasien yang kepalanya sepenuhnya sudah botak itu sedang berusaha meraih gelas yang berisi air putih yang disimpan di meja di samping kasurnya. Karena merasa iba, Kiki langsung nyelonong masuk ke kamar itu. Mengambil minum yang ada di meja dan langsung menyerahkannya ke pasien itu. Pasien itu langsung mendongak, kaget menatap Kiki yang sudah ada di depannya. Saat melihat wajah pasien itu, Kiki langsung kaget sekaligus bahagia.
"Khanza?" ucap Kiki tersenyum bahagia.
Khanza langsung cepat-cepat memalingkan wajahnya. "Pergi!"
"Kenapa?"
"A...aku malu. A...aku-"
Perlahan Kiki duduk di pinggir kasur. Lalu memegang bahu Khanza. Seketika itu pula Khanza melihat pemilik tangan yang sedang memegang bahunya.
"Kamu tahu, aku nggak bisa hidup tanpa kamu. Aku hampir mati karena kelaparan. Kalau bukan karena sahabat-sahabat aku, mungkin aku bisa jadi gila karena terlalu mikirin kamu," ucap Kiki diakhiri senyuman. "Nggak peduli keadaan kamu kayak gimana sekarang, yang terpenting aku udah nemuin kamu." Kiki langsung memeluk Khanza dengan erat.
Tak berapa lama, Khanza membalas pelukan Kiki sambil tersenyum. "Thanks, Ki."
Lama mereka berpelukan, hingga Khanza sadar akan sesuatu. Perlahan mereka melepas pelukan kangen mereka.
"Ada apa?" tanya Kiki bingung.
"Tunggu deh, kok kamu pake baju rumah sakit juga? Kamu lagi sakit?" tanya Khanza khawatir.
Kiki menunduk, melihat pakaian lalu menyengir lebar ke arah Khanza. "Hehehe, eng-enggak kok, aku cuma kecapek an aja."
"Nggak usah bohong kamu!"
Kiki tersenyum lagi, kali ini sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya yang nggak gatal. "Hehehe sebenarnya sih aku kabur dari kamar," ucapnya sambil sedikit menunduk. "Tapi ini karena aku pengen cari kamu lho..." sambungnya cepat-cepat.
Khanza langsung menunduk sambil tersenyum. Pipinya langsung merah. "Sekali lagi makasih." Khanza mengangkat kepalanya. "Kayaknya aku ngerepotin kamu banget ya?"
"Enggak kok!" jawab Kiki dengan cepat. "Karena aku kan sayang sama kamu."
Pipi Khanza seketika itu juga langsung kembali merah. "A...aku juga sayang kok sama kamu," ucapnya malu-malu sambil menundukkan kepala.
Keheningan terjadi di kamar itu selama beberapa saat. Hingga Kiki memegang dagu Khanza dan menariknya agar cewek yang sangat dia sayang ini bisa melihat wajah Kiki yang benar-benar serius menyukainya. Perlahan wajah Kiki mendekat. Dia tersenyum, yang membuat Khanza tersenyum malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of CJR
Fiksi PenggemarBerisi tentang cerpen-cerpen para personil yang sangat kita cintai. Mengisahkan tentang Iqbaal, Kiki, dan Aldi-atau biasa aku sebut Alvaro. Di dalamnya adalah kumpulan dari beberapa kisah-makanya disebut cerpen juga. Dan sebelum aku ngawur lebih lan...