KAUSA

52 6 0
                                    

   Peradaban sudah dimulai sejak lama. berawal dari seorang  manusia membentuk sebuah kelompok yang berkumpul menjadi sebuah koloni hingga menjadi sebuah dinasti besar yang akan memegang kendali atas sekitarnya.

Bumi pertiwi Nusantara memulai peradaban dengan cinta dan kasih sayang melimpah antar sesama manusia, pada abad ke 4 kerajaan pertama di tanah jawa mulai membangun dinasti mereka yaitu 'Kutai Martapura'. namun semua yang ada di atas tanah memiliki masanya dan ketika masa itu datang akan ada yang terbuang oleh keadaan. Kerejaan besar dan makmur itu pada akhirnya harus kehilangan puncak kejayaannya yang disebabkan konflik internal dan peperangan dengan musuh kerajaan yang terus bergerak sejalan dengan konflik di dalam istanah.

Pada akhirnya Kutai Martapura harus mengakhiri dinasti mereka sendiri akibat kalah telak melawan kerajaan dari tanah timur. Mereka menamai kerajaan itu sebagai kerjaan Baka, Kerajan kecil yang mampu meruntuhkan dinasti Martapura dalam kurung waktu 10 bulan. 

Kerajaan ini dipimpin oleh raja perkasa berbadan seperti dewa yang bernama Raden prabu Kaylasha. Ia merupakan pemimpin yang disegani oleh rakyatnya tapi sangat dibenci oleh kerajaan diluar istanah karena kebengisannya dalam membunuh siapa saja yang menghalangi jalannya untuk mencapai kesuksesan. tidak mau menyembah kaki Kaylasha itu artinya kematian dan itu berlaku keras bagi rakyat dan anggota dinasti Martapura yang masih tersisa.

"Sembah sikil ku!"

'sembah kaki ku!'

***

   Malam ini Roro Jonggrang sangat gelisah ia merasa sesuatu yang buruk akan menimpa Ayahandanya. Padahal sebelumnya perasaan seperti ini tidak pernah muncul Karena selama ini setiap kali ada perperangan, ayahandanya itu akan kembali dengan membawa kemenangan bagi kerajaan Baka dan semoga saja kaliini juga akan sama seperti itu.

"Anda tidak perlu risau putri agung. Hamba yakin Raja Kaylasha akan pulang dengan kemenangan mutlak setelah berhasil mengalahkan kerajaan Pengging" ucap Nidya, seorang dayang kesayangan sekaligus teman bermain Roro Jonggrang sejak kecil.

Roro yang mendengar perkataan Nidya langsung menghela nafas dan berfikir apa yang dikatakan oleh Nidya itu ada benarnya. Ayahandanya tidak mungkin kalah dengan mudah di medan pertempuran apalagi musuh mereka saat ini adalah kerajaan Pengging, kerajaan yang umurnya baru seperempat dari umur kerajaan Baka. Sudah pasti ini akan menjadi kemenagan mutlak bagi pihak kerajaan Baka.

"Kau benar, seharusnya aku menyiapkan perayaan untuk menyambut kehadirannya nanti. Untuk apa aku bersedih untuk hal yang tidak mungkin terjadi?" Seru Roro semangat. seharusnya sejak dari awal ia menghiraukan perasaan buruk itu. Karena untuk apa repot repot memikirkan hal-hal buruk yang akan menimpa ayahandanya jika semua itu tidak akan terjadi?

Roro akhirnya bisa menghela nafas tenang dan melanjutkan kegiatanya seperti biasa tanpa tahu bagaimana kondisi Ayahandanya di medan perang.

***

Badama Arsha 850M

   Deru langkah prajurit terdengar nyaring memenuhi seluruh medan pertempuran. mereka para manusia yang tidak saling mengenal tapi dipaksa untuk saling membunuh demi kepentingan bangsa dan ambisi sang penguasa terus menghunuskan pedang kearah manusia manusia didepan mereka yang dianggap sebagai ancaman.

 Saat ini mungkin Kaylasha sedang terbang tinggi diatas awan sambil menikmati hidangan mewah di dalam bilik tendanya.  bagi Kaylasha kerajaan pengging hanyalah hambatan batu kerikil kecil yang menolak untuk tunduk dibawah kakinya.

"Yang maha kuat paduka raden agung Kaylasha. hamba membawa kabar buruk dari perbatasan pertahanan pertama ... " menelan ludah pelan "Pasukan pertahanan kedua  sudah berhasil di tembus oleh panglima kerjaan pengging. Ada baiknya kita menarik pasukan dan mundur dari medan perang paduka" tutur salah satu prajurit yang baru saja tiba dari perbatasan dengan tersegal segal.

Kaylasha menghentikan makannya"Tidak! aku tidak akan pernah memundurkan pasukan ku. Seorang ksatria tidak akan pernah mundur dari medan perang dan seorang raja tidak akan pernah membiarkan kerajaannya jatuh ditangan orang lain!" seru Kaylasha seraya bangkit dari kursinya bersiap untuk mennggenakan baju perangnya. 

Keputusan optimis yang diambil nyatanya menjadi sebuah blunder. dalam kurun waktu 10 jam, Panglima tertinggi kerajaan Pengging berhasil menembus semua barisan pasukan pertahanan yang sudah dirancang oleh ahli strategi kerajaan Baka dengan begitu mudahnya.

Hingga sampai pada detik pertemuan antara prabu Kaylasha dengan panglima tempur kerajaan Pengging di medan pertempuran, Kaylasha masih merasa besar kepala. Dirinya merasa mampu untuk segera menebas tubuh pria jakung didepan matanya hanya dengan sekali serang. Tanpa banyak bicara Kaylsha langsung melontarkan serangan miliknya namun pria itu terlihat tidak kesulitan sama sekali saat menpis serangan dari Kaylasha.

Adu pedang diantara mereka berdua pada akhirnya terus berlanjut memanas. Kaylsha bertarung dengan gesit dan cepat setiap menangkis dan menghunuskan pedangnya begitupula dengan panglima Pengging yang juga begitu cepat mengimbangi tempo serangan dari Kaylsha.

"Menyerahlah dan nyawamu masih bisa kubiarkan untuk hidup!" Seru panglima Pengging saat hunusan pedangnya ditangkis oleh Kaylsha.

"Sebagai ksatria aku tidak akan sudi menyerahkan diriku untuk kerajaan Pengging. Aku adalah ksatria dan aku akan menghabiskan darahku di medan perang hingga aku memenangkannya!" Tolakan keras dari prabu Kaylsha kemudian dilanjutkan sebuah pertengkaran adu pedang.

Sayatan demi sayatan terlukiskan pada tubuh kedua manusia yang penuh dengan emosi dan ambisi. seiring berjalannya pertarungan keadaan mulai berbalik entah apa yang terjadi pada Kaylsha, tenaganya seperti tersedot begitu saja ketika menyentuh pedang milik panglima Pengging. Tenaga besar yang dimilikinya selama ini semakin lama semakin pudar, Kaylsha sudah berada di ujung batas kemampuanya. 

Sialnya disaat dirinya sudah diujung batas Kaylasha malah menyadari sesuatu.

"seharusnya dari dulu aku tidak membiarkanmu tetap hidup, seharusnya kau kubiarkan ikut mati bersama dengan keluargamu!" ucap Kaylasha yang kini sudah benar benar terpojok

Tersenyum angkuh "harus kuakui bertempur denganmu sangat menyenangkan. Tapi sayangnya kau harus berakhir disini, tolong sampaikan salamku nanti kepada keluargaku yang sudah kau bunuh 25 tahun yang lalu ... SAMPAI JUMPA DI NIRWANA, KAYLASHA!" Sebuah tebasan pedang terakhir berhasil menumbangkan tubuh gagah perkasa milik prabu Kaylasha. Sesaat sebelum kesadarannya diambil semesta, Kaylasha menyadari sesuatu jika kini dirinya sudah kalah dan ia belum sempat berpamitan dengan putrinya.

***

Sebagai tambahan ini hanyalah sebuah cerita fiksi yang saya ambil dari sebuah dongeng terkenal bernama Roro Jonggrang dan pada cerita ini semua kejadian dan para karakter hanyalah fiksi/ tidak nyata.

Saya mengucapkan terimakasih untuk para pembaca yang sudah mau memulai untuk membaca cerita yang saya buat. Saya harap reader sangat menikmati dan menyukai cerita yang saya buat.

-ANASERA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang