BAB 3

19 3 0
                                    

-"Jalan yang mudah seringkali merangkap menjadi anigma kesengsaraan" -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-"Jalan yang mudah seringkali merangkap menjadi anigma kesengsaraan" -

***

Didepan pintu kusen berdinding batu bata merah dengan ukiran aksara jawa "Pawon Abyudaya Astana" diatasnya, gadis yang mulai ragu dengan keputusannya itu masih kaku untuk menapakkan kakinya masuk kedalam. Untung saja jam perjamuan malam telah lewat waktunya, jika tidak mungkin belum sampai lima detik semua emban yang bekerja di dapur akan langsung menyadari keberadaan mereka berdua.

'Tenanglah roro ini adalah kunci agar kau bisa terbebas dari tenpat ini. Ayah bantu katakan kepada sang hyang widhi untuk membantuku' Batin Roro memantapkan hatinya untuk terus melanjutkan rencananya seraya menggangukan kepala meyakinkan dirinya sendiri.

Roro lalu memasuki area pawon itu bersama Nidya yang mengikutinya dari belakang. Di dalam pawon berlantai teraso terlihat berbagai macam alat peralatan masak yang sering digunakan oleh para emban dan kepala juru masak ketika menyiapkan seluruh hidangan masakan untuk anggota kerajaan. Ditengah ruangan itu terdapat meja persegi panjang berbahan kayu yang dipenuhi buah dan sayur sayuran yang sudah disiapkan para emban untuk dimasak keesokan harinya. Selain itu ruangan pawon terbagi menjadi tiga area yaitu lumbung, kobong, dan gembong.

Lumbung merupakan tempat bagi para emban dan juru masak istana untuk menyimpan padi dan berbagai rempah kering yang mereka dapat langsung dari petani. Lumbung sendiri terletak di samping kiri ruang pawon. Sedangkan Kobong tempat dimana nantinya bahan bahan yang diambil di dalam lumbung akan diolah menjadi hidangan yang akan disajikan di meja pawon utama untuk diberikan ke altar perjamuan astana. Di ruangan itu terdapat 20 tungku api berbahan tanah liat yang hampir setiap hari tidak pernah libur digunakan.

Lalu area terakhir yang ada di pawon yaitu Gembong, tempat dimana padi yang belum dipisahkan dari tangkai dan kulitnya akan langsung ditumbuk menggunakan lesung padi yang panjangnya mampu untuk dikerjakan oleh tujuh emban sekaligus. Selain sebagai tempat menumbuk padi, gembong juga tempat untuk pembakaran limbah masakan dan limbah padi yang sudah tidak di gunakan. Hal ini dikarenakan tempat gembong yang terbuka dan lebih luas dibanding area pawon lainya sehigga area gembong diimanfaatkan oleh para emban dan juru masak untuk tempat pembakaran limbah masakan.

Roro lalu menyuruh Nidya untuk mengambil padi yang ada didalam lumbung sebanyak mungkin dengan memanfaatkan wadah anyaman bambu yang digunakan untuk mewadahi sayur diatas meja. Ia lalu berjalan mengecek situasi di luar pawon yang sejauh ini masih terpantau aman olehnya. Setelah Nidya kembali dengan wadah sayur yang telah dipenuhi padi hingga hampir melebihi muatannya, Roro lalu bergegas mengajaknya berjalan masuk ke area kobong yang sisi kanannya terhubung dengan area gembong.

Membakar jerami dan menumbuk lesung dilakukan secara bersamaan oleh Nidya yang menumbuk lesung berisi padi menggunakan batang kayu sengon berukuran 90cm yang kemudian tangkai sisa padi itu ia berikan kepada Roro untuk dibakar.

-ANASERA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang