BAB 4

14 1 0
                                    

-Usaha dan pengorbanan yang bernilai, menjadi tidak pernah ternilai di manik coklat mu itu-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Usaha dan pengorbanan yang bernilai, menjadi tidak pernah ternilai di manik coklat mu itu-

***

    750 tahun setelah tahun 850M, belanda mulai menjajakan kakinya di nusantara dengan membawa berbagai janji manis dan tipu muslihat yang membuat pribumi terjebak kedalam kesesatan dan penderitaan tiada akhir. Seluruh Kerajaan di nusantara berhasil mereka lucuti kewibawaanya. Masa masa kelam itu terus berlanjut hingga 335 tahun kedepan. Mereka tetap sama dan tidak berubah.

Yogyakarta tahun 1931

Suasana kota Yogyakarta pada saat tu terlihat sangat sibuk. Ada yang sedang berjualan lupis dan makanan dipinggir jalan, ada pula yang sibuk menjajakan koran kepada siapapun yang lewat dijalan itu. Orang orang belanda sibuk berjalan kesana kemari membicarakan bisnis perkebunan mereka dengan ditemani seorang asisten pribumi berpakaian beskap lengkap dibelakang yang siap mengikuti kemana saja Menner-nya akan berjalan.

Baru-baru ini berita koran sedang gencar gencarnya membicarakan penggalian ulang sebuah situs bangunan lama yang diduga merupakan sebuah candi yang pernah dibuat di masalalu. Namun yang membuat berita dikoran itu lebih tersorot bukan pengalian situs candinya tapi, bagaimana Ir.V.R.Van Romondt selaku orang yang bertanggung jawab dalam penggalian ulang ini memperkejakan pribumi secara paksa dengan bayaran harga setengah manusia.

"Heh Jij!!!" teriak laki laki berusia 40-an yang sepertinya sedang memarahi pekerja pribumi yang tidak becus bekerja.

"A....ampun...ampun Tuan, maaf kan saya Tuan" ucap pekerja itu takut jika nantinya ia akan dihukum akibat kinerjanya yang dinilai buruk oleh Tuan yang sudah siap mencabuk tubuhnya.

"Hej kira ik tuhan?, ik tidak akan membiarkan monyet sepertimu membuat ik rugi!" Tuan menghampiri pekerja pribumi sambil membawa pecut ditangan kananya kemudia ia melayangkan cambuka  dipungung pekerja tersebut. Pekerja itu tidak berani membalas bahkan ia terus merendah memohon belas kasihan.

"Ma...maafkan saya Tuan saya tidak akan berbuat sepeti itu lagi"

ucapannya tidak didengarkan oleh Tuan yang terus menerus mencambukki tubuh pekerja itu hingga dirinya merasa puas. Padahal ada banyak pasang mata yang melihat kejadian itu tapi, tidak satupun dari mereka yang berani menolong.

Hingga cambukan yang terakhir dilayangkan Tuan masih sempat untuk menendang tubuh pekerja pribumi itu hingga terjatuh tapi itu semua belum berakhir, Ia masih harus terus bekerja.

"koe gapopo har?" tanya laki laki berkulit sawo matang mendekati Hardo

"Ah gapopo yan" sambung Hardo sambil menerima uluran tangan Yanto

-ANASERA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang