O3 : Durian[Sepupu]

10 3 0
                                    

Di koridor, Arora melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah. Ketika ia melihat seseorang dengan jaket hitam yang sangat ia kenal bersama cewek dan ada satu cowok lagi. Pandangannya terfokus oleh interaksi ketiganya.

Arora pun mundur perlahan sembari melihat interaksi dari David, Yudhis, dan cewek bersurai pendek sebahu.

"Lo udah dapat tumpangan gratis masa nolak, sih?"

"Ayo, biar gue anter lo aja."

"Oke deh, kalian yang maksa."

Sekiranya itu yang Arora dengar. Sudah jelas Arora kesal, ia ingin rasanya teriak dan memarahi siapapun yang ada di sampingnya. Namun, yang ia ingat hanya satu, Arora ingin berubah. Jadi ia harus tetap stay cool dan gak alay kayak biasa yang dia lakukan.

Setelah kepergian motor David. Arora berlari menghampiri Yudhis yang ingin pergi dari tempatnya bertapak.

"Yusra!"

Sang oknum pun menoleh melihat seorang yang memanggilnya, panggilan yang sangat dihafalnya. Yudhis kaget melihat Arora yang ada di hadapannya ini.

"Arora? Lo beneran Arora?" tanya Yudhis tak percaya. Ia melihat Arora dengan seksama dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Iya ini gue, kenapa?" tanya Arora santai.

"Gila, cakep banget. Lo bisa berubah kayak gini." ujar Yudhis sembari tertawa menepuk pundak Arora, sepupunya.

"Apaan, sih," Arora menepis tangan Yudhis dari pundaknya. "Eh cewek tadi siapa?" tanyanya mengganti topik.

"Cewek mana?"

"Yang tadi." ujar Arora, tangannya menunjuk arah gerbang yang sudah tidak ada siapa-siapa.

Yudhis berpikir sebentar. Ia kini paham siapa yang dimaksud oleh sepupunya ini. "Yang bareng David maksud lo? Dia Rara."

Oh, jadi cewek itu yang namanya Rara.

"Dia suka ya sama Rara?" sambung Arora bertanya, kali ini dengan hati-hati dan senatural mungkin agar Yudhis tidak curiga kalau ia menyukainya.

Yudhis menatap Arora teliti sambil berkata, "Kenapa lo tanya kayak gitu?"

"-lo naksir dia ya?"

Arora hampir saja ketahuan karena ia terkejut dengan pertanyaan yang diucapkan Yudhis padanya. Ia berusaha untuk biasa saja dan berusaha tenang seakan tidak terjadi apa-apa.

"Ngaco lo."

Yudhis tertawa, "Gue tahu kali, Ra. Lo mana mungkin berubah kayak gini tanpa alasan. Lo suka, kan, sama David? Makanya lo ubah penampilan lo kayak tipe David,"

Arora terbelalak kaget. Bagaimana Yudhis bisa tahu sedetail itu? Tapi tidak, alasannya berubah bukan karena tipe David. Melainkan untuk menghilangkan sifat manja dan lebaynya itu. Oke?

Arora hanya diam tak berkomentar. Yudhis kini merasa yakin bahwa opininya memang benar.

"Ra, lo kalo suka sama David deketin dong. Kalo lo sukanya diem-diem dia mana tau lo suka sama dia-"

"Diem deh lo. Lo gak tau apa? Fans David hampir satu sekolah. Sekali gue deketin dia, yang ada gue diserbu kali sama fansnya." ujar Arora ketus.

"Ya lo deketinnya jangan di sekolah. Lo bisa lewat chat, otak dipake dikit dong." ujar Yudhis dengan ejekan diakhir. Arora merasa kesal diejek seperti itu tak terima.

"Lo yang pinteran dikit. Deketin cewek lewat chat doang. Ngajak ketemuan kaga. Cupu!" sindir Arora, buru-buru ia lari sebelum Yudhis menghajarnya.

JUICE[yourself]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang